Atuda tong boro maca jeung menterjemahkan kahirupan.

milih mana nu hade mana nu teu hade oge kesulitan.

Cape deeeeehhhhh.............


On 5/31/07, Dudi Herlianto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  jadi tulisan salah saurang jurnalis, novelis, cerpenis ieu kabuktian
meureun nya kang..
::cutat::

[bukan puisi] sebatang rokok, secangkir darah



ini bukan puisi tentang

sebatang rokok, secangkir darah



lupakan,

lupakan bahwa rokok itu merusak kesehatan

(kalau memang tubuh si perokok kuat, gimana?)



lupakan,

lupakan bahwa rokok itu mempercepat kematian

(kata siapa? meski stephen hawking sudah bisa melayang

di angkasa, ajal tetap saja misteri luar biasa)



tapi mungkin boleh juga sesekali

diingat bukubuku lama

tentang derita buruh perkebunan tembakau

dalam gubuk paman tom di amerika sana



tapi mungkin boleh juga sesekali

dibuka bukubuku yang belum terlalu lama

tentang derita buruh tembakau deli

yang berlangsung cukup dekat di sini



ini bukan puisi tentang

sebatang rokok, secangkir darah



tapi sebatang rokok memang

bisa mendongkrak kekayaan para pemilik perkebunan

hingga bercokol di daftar 500 orang terkaya

versi majalah fortune atau forbes



tapi sebatang rokok memang

begitu luar biasa dibandingkan teh atau hasil kebun lain

yang hanya mampu membuat para pemilik kaya

tapi tidak superduperkaya



tapi sebatang rokok memang

bisa membuat para sastrawan yang asyik menulis lupa

bahwa di tengah pesan kemanusiaan pada barisbaris

prosa atau puisinya yang diukirnya dengan indah

yang ia hirup adalah secangkir darah



dan secangkir darah



dan secangkir darah



dan secangkir darah



dari para buruh tembakau yang berabadabad

berada dalam strata terendah bahkan di kalangan buruh

sendiri



secangkir darah yang keluar lagi dalam segantang asap

menari indah di depan mata para sastrawan

yang sibuk mencari inspirasi untuk memanusiakan manusia (har! har!)



bukan, ini bukan puisi tentang

secangkir rokok, sebatang darah



karena para sastrawan hanya bisa menulis teks

dan lupa menjadikan tubuhnya sendiri sebagai teks



ohoi!



lupakan,

lupakan bahwa rokok itu mempercepat kematian

seperti propaganda pemerintah di kemasan



lupakan,

lupakan bahwa rokok itu mengabadikan perbudakan

seperti dikisahkan bukubuku sastra



: karena kita memang tak pernah membaca.



~a~
(puisi di luhur meunang nyieun akmal n. basral, jurnalis tempo, nu ngaran
novel imperia jeung kumcerpen "ada seseorang di kepalaku yang bukan aku".
meunang maling kuring (dh) ti milis apsas)

On 5/31/07, irpan rispandi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>    Hanjakal kang Dudi ngan nampilkeun data ti "satu sisi mata uang".
> dimana rokok teh ngadatangkeun duit anu teu saeutik pikeun nagara.
>
> (padahal nu saha Nagara teh? nagara teh bogana pejabat korup jeung
> pengusaha rakus.)
> rahayat mah ngan ukur jadi sapi perah.
>
> abi coba nambahkeun "Sisi mata uang" anu hiji deui.
>
> http://www.tasikmalaya.go.id/interaksi/artikel/artikel03.html
>
> ._,___
>



--
dh
~:ngadék sacékna, nilas saplasna:~
:.nu dipalar lain pamuji, panyepét nu dipénta!.:
datiparang.blog.com . deha.wordpress.com



Reply via email to