Urang tambihan kang Aldo, meni asa ka ilhaman, dilembur kuring di palebah Bandung kulon ge teu jauh, malah si nini jeung si aki anu ngajual sangu koneng teh ayana diharepeun imah kuring pisan. Si aki ngadorong roda daganganna unggal jam genep isuk, di susul ku si nini, sanggeus mangsa pecat sawed maranehna beberes, mangsa kasorenakeun maranehna balik deui ka eta tempat, ngan daganganna diganti ku bubur hayam, nya kitu sapopoe pagawean maranehna teh Hiji mangsa (can pati lila) anakna nu cikal keuna musibah, nyaeta manehna ka sabet ku program perampingan di pagaweanna, atuh walahwah welehweuh kumaha nya maraban anak pamajikan? Ku kanyaah jeung kacinta indung bapa-na (si aki jeung si nini tea), atuh antuknamah pacabakan maranehna anu geus matuh tur kawentar teh ayeuna diserenkeun ka si cikal, ka impleng kumaha katunggara korban jaman? Hiji pacabakan anu ceuk paribasa mah teu sakumaha (da dipakampungan), deur atuh rejeki na dibagi dua, mingkin pajeulit rarasaan teh. Mungguh pangawasa Allah Ta'ala, Anjeuna moal ngawilah wilah rejeki, ceuk pikir bakal pikitueun, moal boa isuk jaganing geto mah bakal jadi kieu, eta rusiah lamun ditengetan kalawan tarapti, pinuh ku sadrah sumerah, insyaAllah matak tiis ceuli herang panon, naon bae anu enggeus atawa bakal karandapan estu disanghareupan ku kaikhlasan. Mugia ah. From: urangsunda@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Aldo Desatura Sent: Friday, July 13, 2007 1:18 PM To: Undisclosed-Recipient:; Subject: [Urang Sunda] Real Story Ada sepasang suami-istri yang berjualan nasi kuning di sebuah kompleks perumahan di Bandung. Umur mereka sudah tidak muda lagi. Sang suami mungkin sudah berumur lebih dari 70, sedangkan istrinya sekitar 60-an. Di sekitar mereka ada beberapa gerobak lain yang juga menjual makanan untuk sarapan pagi. Tapi dari semuanya, hanya gerobak mereka yang paling sepi. Setiap pagi, dalam perjalanan menuju ke kantor, saya selalu melewati gerobak mereka yang selalu sepi. Gerobak itu tidak ada yang istimewa. Cukup sederhana. Jualannya pun standar. Setiap pagi pula, sepasang suami-istri itu duduk menjaga gerobak mereka dalam posisi yang selalu sama. Sang suami duduk di luar gerobak, sementara istrinya di sampingnya. Kalau ada pembeli, sang suami dengan susah payah berdiri dari kursi (kadang dipapah istrinya) dan dengan ramah menyapa pembeli. Jika sang pembeli ingin makan di tempat, sang suami merapikan tempat duduk, sementara istrinya menyiapkan nasi kuning dan menyodorkan piring itu pada suaminya untuk diberikan pada sang pelanggan. Kalau sang pembeli ingin nasi kuning itu dibungkus, sang istri menyiapkan nasi kuning di kertas pembungkus, dan menyerahkan nasi bungkusan itu pada suaminya untuk diserahkan pada sang pelanggan. Saat sedang sepi pelanggan, pasangan suami-istri itu duduk diam. Sesekali jika istrinya agak terkantuk-kantuk, suaminya mengurut punggung istrinya. Atau jika suaminya berkeringat, sang istri dengan sigap mengambil sapu tangan dan mengelap keringat suaminya. Kalau mau jujur, nasi kuning mereka tidak terlalu spesial. Sangat standar. Tapi, kalau saya mencari sarapan pagi, saya selalu membeli masi kuning di tempat mereka. Bukan spesial-tidaknya. Tapi lebih karena cinta mereka yang membuat saya tergerak untuk selalu mampir. Dalam kesederhanaan, kala susah dan sedih karena tidak ada pelanggan, mereka tetap bersama. Sang suami tidak pernah memarahi istrinya yang tidak becus masak. Sang istri pun tidak pernah marah karena gerakan suaminya yang begitu lamban dalam melayani pelanggan. Dia bahkan memberi kesempatan suaminya untuk melayani pelanggan. Mereka selalu bersama, dan saling mendukung, bahkan di saat susah sekali pun. Hingga hari ini, sudah 10 tahun saya lewati tempat itu, mereka masih tetap di tempat yang sama, menjual nasi kuning, dan selalu bersikap sama. Penuh kesederhanaan. Penuh kasih sayang. Dan saling menguatkan di saat susah. Jika Anda berkunjung ke Bandung, Anda bisa mampir ke jalan raya komplek Taman Cibaduyut Indah. Tidak susah mencari gerobak mereka yang sederhana. Carilah gerobak yang paling sepi pelanggan. Mereka berjualan sejak pukul 07.00 hingga siang hari (mungkin sekitar 11.00, karena saya pernah ke kantor jam 11.00, mereka sudah tidak ada). Jujur, nasi kuning mereka sangat standar & tidak selengkap gerobak nasi kuning lain di sekeliling mereka. Namun, cinta kasih mereka membuat makanan yang sederhana itu terasa begitu nikmat. Cinta kasih yang begitu tulus, sederhana, apa adanya. Bahkan dalam kesusahan sekalipun, mereka tetap saling menguatkan. Sebuah kisah cinta yang luar biasa. __________ NOD32 2398 (20070714) Information __________ This message was checked by NOD32 antivirus system. http://www.eset.com ----------------------------------------- This e-mail (including any file attachment) contains confidential information and/or may also be legally privileged. It is intended solely for the use of the named addressees and any unauthorized dissemination or use by any other person or entity is strictly prohibited. If you are not the intended recipient you should not transmit, copy, print, disclose or otherwise make use of and/or place any reliance on this e-mail and its contents. If you have received this e-mail in error, you should immediately notify the sender by return e-mail and delete all copies from your system. The views, opinion or advice as may be contained herein are those of the sending individual and do not necessary represent that of SABIC or bind SABIC. E-mails can be corrupted, altered or falsified and SABIC shall not be liable for any alteration or falsification on this e-mail.
<<image001.jpg>>
<<image002.jpg>>