Tina milis tatanga...sugan wae aya
mangpaatna..........

> From: Zaenal Muttaqin
> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> <mailto:zaenal%40sarijayasecurities.com> ] 
> 
> Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA atau Anda
> akan diperlakukan
> seperti
> kriminal!! 
> 
> ==========================
> 
> Nama saya Budiman Bachtiar Harsa, 37 tahun, WNI asal
> Banten, karyawan di
> BUMN berkantor di Jakarta.
> 
> Kasus pemukulan wasit Donald Peter di Malaysia,
> BUKAN kejadian pertama.
> Behubung sdr Donald adalah seorang "Tamu Negara"
> hingga kasusnya
> terexpose
> besar-besaran. Padahal kasus serupa sering menimpa
> WNI di Malaysia.
> BUKAN
> HANYA TKI Atau Pendatang Haram, tapi juga WISATAWAN.
> 
> Tahun 2006, bulan Juni, saya dan keluarga (istri, 2
> anak, adik ipar),
> pertama kalinya kami "melancong" ke Kuala Lumpur
> Malaysia. (Kami sudah
> pernah berwisata ke negara2 lain, sudah biasa dengan
> berbagai aturan
> imigrasi). Hari pertama dan kedua tour bersama
> Travel agent ke Genting
> Highland, berjalan lancar, kaluarga bahagia
> anak-anak gembira.
> 
> Hari ketiga city tour di KL, juga berjalan normal.
> Malam harinya, kami
> mengunjungi KLCC yang ternyata sangat dekat dari
> Hotel Nikko, tempat
> kami
> menginap. Usai makan malam, berbelanja sedikit, adik
> ipar dan anak-anak
> saya
> pulang ke hotel karena kelelahan, menumpang shuttle
> service yang
> disediakan
> Nikko Hotel. Saya dan istri berniat berjalan-jalan,
> menikmati udara
> malam
> seperti yg biasa kami lakukan di Orchrad Singapore,
> toh kabarnya KL
> cukup
> aman. Mengambil jalan memutar, pukul 22.30, di dekat
> HSC medical,
> lapangan
> dengan view cukup bagus ke arah Twin Tower.
> 
> Saat berjalan santai, tiba2 sebuah mobil Proton
> berhenti, 2 pria turun
> mendekati saya dan istri. Mereka tiba-tiba meminta
> identitas saya dan
> istri,
> saya balas bertanya apa mau mereka. Mereka bilang
> "Polis",
> memperlihatkan
> kartu sekilas, lalu saya jelaskan saya Turis,
> menginap di Nikko hotel.
> Mereka memaksa minta passport, yang TIDAK saya bawa.
> (Masak sih di
> negeri
> tetangga, sesama melayu, speak the same language,
> saya dan istri bisa
> berbahasa inggris, negara yg tak butuh visa, kita
> masih harus bawa
> passport?). Salah satu "polis" ini bicara dengan HT,
> entah apa yg mereka
> katakan dengan logat melayunya, sementara seorang
> rekannya tetap memaksa
> saya mengeluarkan identitas. Perliaku mereka mulai
> tak sopan dan Istri
> saya
> mulai ketakutan. Saya buka dompet, keluarkan KTP.
> Sambil melotot, dia
> tanya 
> "kerja ape kau disini?" 
> 
> saya melongo 
> "... kan turis, wisata. Ya jalan-jalan aja lah", 
> gitu saya jawab. 
> 
> Pak polis membentak dan mendekatkan mukanya ke wajah
> saya:
> "KAU KERJA APE? Punya Licence buat kerja?"
> 
> Wah kali dia pikir saya TKI ilegal. Saya coba tetap
> tenang, saya bilang 
> "saya bekerja di Jakarta, ke KL untuk wisata. "
> 
> Tiba-tiba salah satu dari mereka mencoba memegang
> tas istri, dan bilang:
> "mana kunci Hotel?"
> 
> ... wah celakanya kunci 2 kamar kami dibawa anak dan
> ipar saya yg pulang
> duluan ke hotel. 
> 
> Saya ajak mereka ke hotel yang tak jauh dari lokasi
> kami. Namun pak
> Polis
> malah makin marah, memegangi tangan saya, sambil
> bilang: 
> "Indon... dont lie to us. Saya kurung kalian..."
> 
> Jelas saya menolak dan mulai marah. Saya ajak mereka
> ke hotel Nikko, dan
> saya bilang akan tuntut mereka habis2an. sambil
> memegangi tangan saya,
> tuan
> polis meludah kesamping, dan bilang
> "kalian semua sama saja..."
> 
> Saat itu sebuah mobil polisi lainnya datang, pake
> logo polisi, seorang
> polisi berseragam mendekat. Di dadanya tertulis
> nama: Rasheed. 
> 
> Saya merapat ke pagar taman sambil memegang istri
> yang mulai menangis.
> Melawan 3 polis, tak mungkin. Mereka berbicara
> beritga, mirip berunding.
> Wah, apa polis malaysia juga sama aja, perlu mau
> nyari kesalahan orang
> ujung2nya merampok?
> 
> Petugas berseragam lalu mendekati saya, meminta kami
> untuk tetap tenang.
> Saya bertanya, apa 2 orang preman melayu itu polisi,
> lalu polisi
> berseragam
> itu mengiyakan. Rupanya karena saya mempertanyakan
> dirinya, sang preman
> marah dan mendekati saya, mencengkram leher jaket
> saya, dan siap
> memukul,
> namun dicegah polisi berseragam. 
> 
> Polisi berseragam mengajak saya kembali ke Hotel
> untuk membuktikan
> identitas
> diri. saya langsung setuju, namun keberatan bila
> harus menumpang mobil
> polisi. Saya minta untuk tetap berjalan kaki menuju
> Nikko Hotel, dan
> mereka
> boleh mengiringi tapi tak boleh menyentuh kami.
> Akhirnya kami
> bersepakat,
> namun polisi preman yang sempat hampir memukul saya
> sempat berkata
> "if those indon run, just shoot them!" 
> 
> katanya sambil menunjuk istri saya. Saya cuma bisa
> istigfar saat itu,
> ini
> rupanya nasib orang Indonesia di negeri tetangga
> yang sering kita
> banggakan
> sebagai "sesama melayu".
> 
> Diantar polisi berseragam saya tiba di Nikko Hotel.
> Saya minta
> resepsionis
> mencocokan identitas kami, dan saya menelpon adik
> ipar untuk membawakan
> kunci. Pihak Nikko melarang adik saya, dan
> mengatakan kepada sang Polis,
> bahwa saya adalah tamu hotel mereka, WNI yang
> menyewa suites family,
> datang
> ke Malaysia dengan Business class pada Flight
> Malayasia Airlines. 
> 
> Pak Polis preman mendadak ramah, mencoba menjelaskan
> bahwa di Malaysia
> mereka harus selalu waspada. Saya tak mau bicara
> apapun dan mengatakan
> bahwa
> saya sangat tersinggung, dan akan mengadukan kasus
> ini, dan 
> "membatalkan rencana bisnis dengan sejumlah rekan di
> malaysia" 
> (padahal saya tak punya rekan bisnis di negeri sial
> ini). 
> 
> Polisi berseragam berusaha tersenyum semanis
> mungkin, berusaha keras
> untuk
> akrab dan ramah, petugas Nikko Hotel kelimpungan dan
> berusaha membuat
> kami
> tersenyum. Setelah istri saya mulai tenang, saya
> mengambil HP P9901 saya
> dan
> merekam wajah kedua polisi ini. Keduanya berusaha
> menutupi wajah,
> meminta
> saya untuk tidak merekam wajah mereka. Istri saya
> minta kita mengakhiri
> konflik ini, dan sayapun lelah. Kami tinggalkan
> melayu-melayu keparat
> ini,
> tanpa berjabat tangan.
> 
> Sepanjang malam saya sangat gusar, dan esoknya kami
> membatalkan tur ke
> Johor
> baru, mengontak travel agent agar mencari seat ke
> Singapore. Siang usai
> makan siang, saya tinggalkan Malaysia dengan
> perasaan dongkol, dan
> melanjutkan liburan di Singapore.
> 
> Mungkin saya sial? ya. Mungkin saya hanya 1 dari
> 1000 WNI yang apes di
> Malaysia? bisa. Tapi saya catat bahwa bila saya
> pernah dihina, diancam,
> bahkan hampir dipukuli, bukan tak mungkin masih ada
> orang lain mengalami
> hal
> yg sama.
> 
> Jadi, kalau hendak berlibur di Malaysia, sebaiknya
> pikir masak2.
> Jangankan
> turis, Rombongan atlet saja bisa dihajar polisi
> Malaysia. Bayangkan bila
> perlakuan seperti ini dilakukan dihadapan anak kita.
> Tentu anak akan
> trauma,
> sekaligus sedih.
> 
> Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA. Di Malaysia,
> WNI diperlakukan
> seperti Kriminal.
>  
>  
> 



       
____________________________________________________________________________________Ready
 for the edge of your seat? 
Check out tonight's top picks on Yahoo! TV. 
http://tv.yahoo.com/

Kirim email ke