TAH SUGAN WE PUISI IEU TEH, TIASA NGALIRENKEUN AHLI 
HISAB...rokok!

.
> Sugan we ku puasa, bisa areureun ngadu bako teh...
> 
> 
> 
> TUHAN SEMBILAN SENTI
> Oleh Taufiq Ismail
> 
> Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi 
perokok, 
> tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang 
tak merokok, 
> 
> Di sawah petani merokok,
> di pabrik pekerja merokok,
> di kantor pegawai merokok,
> 
> di kabinet menteri merokok,
> di reses parlemen anggota DPR merokok,
> 
> Di angkot Kijang penumpang merokok,
> di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang 
bertanding merokok,
> di loket penjualan karcis orang merokok, 
> di kereta api penuh sesak orang festival merokok, 
> 
> di kapal penyeberangan antar pulau penumpang 
merokok, 
> di andong Yogya kusirnya merokok,
> sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula 
merokok,
> 
> Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para 
dewa-dewa bagi perokok,
> tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang 
tak merokok,
> 
> Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, 
> diam-diam menguasai kita, 
> 
> Di pasar orang merokok,
> di warung Tegal pengunjung merokok,
> di restoran, di toko buku orang merokok, 
> di kafe di diskotik para pengunjung merokok,
> 
> Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak 
tertahankan abab rokok, 
> bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun 
menderita di kamar tidur
> ketika melayani para suami yang bau mulut dan
> hidungnya mirip asbak rokok,
> 
> Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang 
bergumul saling
> menularkan HIV-AIDS sesamanya, 
> tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
> 
> Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya 
mengepulkan asap rokok
> di kantor atau di stopan bus,
> kita ketularan penyakitnya.
> 
> Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang 
HIV-AIDS, 
> Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan 
nikotin paling subur di
> dunia, 
> dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun 
asap tembakau itu, 
> bisa ketularan kena,
> 
> Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, 
> di apotik yang antri obat merokok, 
> 
> di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, 
> di ruang tunggu dokter pasien merokok, 
> dan ada juga dokter-dokter merokok,
> 
> Istirahat main tenis orang merokok,
> di pinggir lapangan voli orang merokok, 
> menyandang raket badminton orang merokok, 
> 
> pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, 
> panitia pertandingan balap mobil, pertandingan 
bulu tangkis,
> turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki
> sponsor perusahaan rokok, 
> 
> Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek 
orang goblok merokok, 
> di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh 
orang goblok merokok, 
>  
> di ruang sidang ber-AC penuh, 
> dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok 
merokok,
> 
> Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im 
sangat ramah bagi orang
> perokok, 
> tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang 
yang tak merokok,
> 
> Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, 
> diam-diam menguasai kita, 
> 
> Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, 
> duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab 
kuning 
> dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
>  
> Mereka ulama ahli hisap.
> Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
>  
> Bukan ahli hisab ilmu falak,
> tapi ahli hisap rokok.
>  
> Diantara jari telunjuk dan jari tengah mereka
> terselip berhala-berhala kecil,
> sembilan senti panjangnya, putih warnanya,
> kemana-mana dibawa dengan setia,
> satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya, 
> 
> Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, 
> tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan 
tangan kanan, 
> cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
> 
> Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok 
ashabul yamiin dan
> yang sedikit golongan ashabus syimaal?
> 
> Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC 
penuh itu.
> Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud 
dukhaan, ya ustadz.
> Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
> Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al 
hawwa'i. 
> Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
> 
> Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
> 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
> 
> 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). 
Daging khinzir diharamkan. 
> 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. 
Patutnya rokok diapakan?
> 
> Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa 
yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
> Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada 
zaman Rasulullah dahulu, 
> sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada 
rokok.
> 
> Jadi ini PR untuk para ulama.
> Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas 
hukumnya jadi
> dimakruh-makruhkan, jangan,
> 
> Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar 
perbandingan ini. 
> Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil 
yang kepalanya berapi
> itu,
> yaitu ujung rokok mereka.
> Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
> 
> Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, 
> dan ada yang mulai terbatuk-batuk,
> 
> Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, 
> sejak tadi pagi sudah 120
> orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
> Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang 
korban kecelakaan lalu
> lintas,
> lebih gawat ketimbang bencana banjir, 
> gempa bumi dan longsor, 
> cuma setingkat di bawah korban narkoba,
> 
> Pada saat sajak ini dibacakan, 
> berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa dinegara 
kita, 
> jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong 
baju dan celana,
> dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
> diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
> 
> Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, 
> tidak perlu ruku' dan sujud
> untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, 
> karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat 
> 
> lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap 
tuhan-tuhan ini,
> Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi 
berhala-berhala ini.
>


Reply via email to