TNI Mengakuinya Sebagai Tokoh Keprajuritan Nasional 
Menggagas Prawatasari Jadi Pahlawan Nasional
¡¨HAMPIR setiap minggu, saya berolahraga di Lapang
Prawatasari (dulu disebut Lapang Joglo, red), tapi
masih tidak tahu siapa itu Prawatasari,¡¨ demikian
diungkapkan Bupati Cianjur, Drs. H. Tjetjep Muchtar
Soleh, M.M., kira-kira 5 bulan silam. 

Namun bisa jadi, keterusterangan yang disampaikan
orang nomor satu di Cianjur ini, terjadi pula pada
orang lain. Bahkan, mungkin kebanyakan orang Cianjur
sendiri tidak mengetahui mengenai sejarah kepahlawanan
tokoh kharismatik yang pada tahun 1703-1707 melakukan
perlawanan terhadap VOC di wilayah Cianjur bagian
selatan (Jampang) ini. 

Untuk menghindari hal tersebut, beberapa pihak yang
memiliki kepedulian terhadap nilai-nilai sejarah dan
kepahlawanan pejuang bernama lengkap Raden Haji Alit
Prawatasari ini, berupaya melakukan sosialisasi kepada
masyarakat, khususnya masyarakat Cianjur. Dewan
Kesenian Cianjur (DKC) mendukung Pemerintah Kab.
Cianjur menjadikan tahun 2007 sebagai tahun ¡¨300
Tahun Gugurnya Prawatasari¡¨. Selain itu, ada pula
kegiatan-kegiatan lain, di antaranya ziarah ke Makam
Aria Salingsingan di Dayeuhluhur, Cilacap, Jawa
Tengah, yang disebut-sebut sebagai makam Prawatasari. 

Kemudian, sejak Juli hingga November 2007, setiap
komite seni di DKC, seperti komite teater, seni rupa,
sastra, film, dan lainnya menyiapkan pergelaran seni
yang mengangkat kepahlawanan Prawatasari. Bahkan,
pelukis Soni Ahmad Soleh, sudah menyelesaikan satu
lukisan dengan ukuran 2 X 3 meter, yang menggambarkan
Pasukan Siluman Prawatasari sedang menggempur pasukan
Belanda. ¡¨Untuk ke depannya, kami berencana
menerbitkan buku sejarah bergambar untuk anak-anak SD
yang akan dibagikan secara gratis ke setiap sekolah,¡¨
kata Ketua DKC, Andry M. Kartanegara, S.H. 

Kajian dan penelitian

Sejarah kepahlawanan Raden Prawatasari hingga kini
memang dianggap minim. Para ilmuwan maupun ahli
sejarah pun, seperti dikatakan Aan Merdeka Permana,
penulis yang menggemari cerita-cerita sejarah, tak
banyak tulisan atau pendapat dari pihak ¡¨ilmuwan
resmi¡¨ yang bercerita tentang perjuangan Prawatasari
dari Jampang. Padahal, di sebagian masyarakat
tradisional, cerita mengenai Prawatasari ini sangat
dihapal. Bahkan, menurut tilikan Aan Merdeka, taktik
kemiliteran Haji Prawatasari dalam menghadapi VOC
telah gunakan 12 taktik tempur Pajajaran, amat
dipercaya mereka. 

¡¨Haji Prawatasari dibesarkan di Jampang, sementara
kampus perguruan tinggi ilmu kemiliteran Pajajaran
terdapat di wilayah antara Surade dan Jampangkulon.
Dengan demikan sangat pas bila pengetahuan militer
Haji Prawatasari didapat dari alumni perguruan tinggi
kemiliteran Pajajaran di pakidulan Sukabumi,¡¨ cetus
dia. 

Jejak kepahlawanan Prawatasari yang benar-benar resmi
muncul ketika terbit Surat Perintah Panglima TNI No.
Sprin. 783/PXII/1984 dan Surat Keputusan Panglima TNI
No. Skep. 182/IV/1985 tanggal 8 April 1985. Kedua
surat tersebut menjadi dasar dibentuknya tim yang
bertugas meneliti, menelaah, dan menyusun peristiwa
bersejarah, tokoh-tokoh pejuang perlawanan rakyat di
Tatar Sunda (Jawa Barat dan Banten). 

Hasil seleksi tim tersebut terpilih 3 tokoh dan
peristiwa sejarah yang memenugi kriteria Pahlawan
Keprajuritan Nasional, yakni Sultan Ageng Tirtayasa
(1651-1683) dari Banten, Raden Alit Prawatasari
(1703-1707) dari Priangan, dan Bagus Rangin
(1802-1819) dari Cirebon. 

Harapan dan keinginan warga Cianjur untuk menempatkan
Prawatasari sebagai Pahlawan Nasional tidak pernah
surut, meskipun secara literatur sangat minim. Aan
Merdeka Permana, dalam penjelasan yang disampaikan
dalam acara ¡¨Seminar sehari tentang H. Alit
Prawatasari dalam Upaya Pengajuan Gelar Pahlawan
Nasional¡¨ di Gedung DPRD Kab. Cianjur, Kamis (8/11)
beberapa waktu lalu, menjelaskan bahwa dia pernah
menemui H. Makbul Husein yang ditengarai sebagai
keturunan Prawatasari. ¡¨Beliau punya catatan-catatan
mengenai Prawatasari, tapi tidak bisa ikut membaca
dengan dalih belum saatnya,¡¨ kata Aan. 

Berbagai pendapat pun muncul pada kegiatan seminar
yang digagas DKC bekerja sama dengan Kantor Kesbang
Cianjur tersebut. Selain Aan Merdeka Permana, hadir
pula sebagai narasumber antara lain Yoseph Iskandar,
Dr. A. Sobana Harjasaputra, M.A., dan Dyah Padmini,
Ph.D. Ada pula Sekretaris Pusat Kesejarahan dan
Tradisi TNI, Kol. Inf. R. Ridhani serta Kepala Museum
Keprajuritan Indonesia, Letkol CAJ Sutanto.

Yoseph Iskandar mengemukakan temuan yang telah masuk
catatan Pusat Kesejarahan dan Tradisi TNI bahwa
perjuangan Prawatasari telah diakui resmi oleh
pemerintah sebagai tokoh Keprajuritan Nasional.
Pemerintah pun, katanya, melalui Markas Besar TNI
telah mengabadikannya dalam bentuk patung dan fragmen
di Museum Keprajuritan Indonesia, Kompleks Taman Mini
Indonesia Indah. 

Dyah Padmini mengatakan, Prawatasari merupakan salah
seorang pelaku sejarah yang merintis perjuangan bangsa
dalam menegakkan kedaulatan rakyat pada zamannya. Dyah
setuju jika pemerintah menganugrahi Prawatasari gelar
Pahlawan Nasional. ¡¨Dalam konteks ini, gelar
merupakan peringatan terhadap suatu peristiwa sejarah
yang terjadi di Cianjur-Sukabumi pada awal abad ke-18
dengan pelakunya adalah Prawatasari. Gelar yang akan
diajukan ini juga bisa menjadi penyulut semangat
nasionalisme bagi generasi saat ini,¡¨ ungkapnya. (PK


Andry M. Kartanegara, S.H.
¡¨Ingin Meneruskan Amanah 20 Tahun Lalu¡¨
MASYARAKAT Jawa Barat selama ini lebih mengenal
nama-nama pahlawan nasional Indonesia yang berjuang
ketika VOC berkuasa, seperti Pangeran Diponegoro,
Patimura, Sisingamangaraja, atau Hasanuddin. Nama-nama
pejuang yang dikenal kebanyakan masyarakat itu,
umumnya berasal dari luar Jabar. 

Sementara itu, nama-nama pejuang, termasuk tokoh
pemimpin perjuangan rakyat dari Tatar Priangan,
relatif sedikit yang dikenal. Padahal, banyak pejuang
besar dari Tatar Sunda yang memerjuangkan kepentingan
rakyat tanpa pamrih serta memiliki andil besar
terhadap negeri ini. Namun nama mereka kurang dikenal
masyarakat Jabar. Salah satu contoh, Raden Alit
Prawatasari, ulama Cianjur yang berjihad melawan VOC
tahun 1703-1707. 

Apabila melihat peran dan kiprahnya selama memimpin
perjuangan, seharusnya Raden Prawatasari pantas
menyandang gelar Pahlawan Nasional. ¡¨Di tatar
Cianjur, sosok Prawatasari merupakan tokoh pimpinan
perjuangan rakyat dan ulama yang semasa hidupnya
berjihad melawan penjajah. Melihat perjuangannya,
sebagai komponen masyarakat merasa perlu
mengusulkannya agar mendapat penghargaan sebagai
Pahlawan Nasional dari pemerintah pusat,¡¨ kata Andry
M. Kartanegara, S.H., Ketua Dewan Kesenian Cianjur
(DKC), pada acara Seminar Sehari tentang H. Alit
Prawatasari, dalam Upaya Pengajuan Gelar Pahlawan
Nasional di Gedung DPRD Kab. Cianjur, Kamis (8/11)
lalu. 

Menurut Andry, melalui seminar itu, pihaknya ingin
melanjutkan amanah yang telah dirintis para seniman
Cianjur 20 tahun lalu. Tujuannya mengangkat pahlawan
putra Cianjur, Rd. Prawatasari, supaya bisa mendapat
gelar Pahlawan Nasional yang belum terealisasi sejak
tahun 1987. ¡¨Kami mulai merintis kembali tahun 2005
lalu, diawali dengan mengusulkan kepada Pemkab Cianjur
untuk mengabadikan nama Prawatasari pada salah satu
tempat di Cianjur Kota. Alhamdulillah, Bupati bersama
DPRD telah menerbitkan Perda dan menetapkan Lapang
Joglo menjadi Lapang Prawatasari,¡¨ jelasnya. 

Tahun 2007, lanjut Andry, bertepatan dengan tiga abad
mengenang perjuangan Prawatasari, DKC menggulirkan
berbagai program kegiatan bertema ¡¨Mengenang Tiga
Abad Perjuangan Prawatasari¡¨, seperti pementasan
drama dan lukisan Prawatasari, festival film pendek
yang ditonton tidak kurang dari 4.000 pelajar Cianjur.
¡¨Menyambut Hari Pahlawan, kami menggelar seminar
sehari tentang Prawatasari,¡¨ ungkapnya.

Dikatakan Andry, untuk mendukung keinginan agar
Prawatasari dianugerahi gelar sebagai Pahlawan
Nasional, pihaknya telah melakukan sejumlah penelitian
dan kunjungan ke berbagai tempat, di antaranya ke Kp.
Dayeuhluhur, Cilacap, Jawa Tengah. Walaupun belum
diuji kebenarannya, sampai saat ini di daerah tersebut
diyakini terdapat makam Prawatasari. Lalu ke Pusat
Kesejarahan TNI, dan ternyata namanya belum tercatat
sebagai pahlawan nasional. 

Jika dilihat dari catatan perjuangannya, Prawatasari
merupakan sosok ulama yang menentang penjajahan
Belanda. Malahan, hingga akhir hayatnya, Prawatasari
terus berjuang, dengan wilayah tidak hanya di Cianjur,
tetapi meluas ke beberapa daerah di Jabar, Banten dan
Jateng. ¡¨Perjalanan masih panjang dan perlu ada tim
khusus. Mudah-mudahan melalui sebuah seminar, paling
tidak bisa menghasilkan suatu kesimpulan sekaligus
menjadi penentu untuk mengusulkan nama Prawatasari
menjadi pahlawan nasional,¡¨ katanya. (PK-1)*** 



      
____________________________________________________________________________________
Be a better friend, newshound, and 
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ 

Kirim email ke