Sebagey Direktur suatu LSM..Kang Djuyoto kedah nyieun gebrakan...nganut aanapi nyieun salah sahiji Teori Konspirasi...dikemas keur suatu tujuan...Tah nembe tiasa langgeng janten Direktur LSM......
On 1/17/08, Eko Ruska Nugraha <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Punten teu disundakeun : > > Sumber : > http://www.antara.co.id/arc/2007/12/27/tahun-2015-indonesia-bisa-pecah/ > > Tahun 2015 Indonesia Bisa Pecah > > Jakarta (ANTARA News) - Indonesia pada 2015 diperkirakan bisa pecah > menjadi sedikit-dikitnya 17 negara bagian, dan sebagai induknya, > Negara Republik Jamali yang terdiri atas Jawa-Madura dan Bali, sebagai > cermin imperium Majapahit zaman dulu. > > "Sudah merupakan suratan Tuhan Yang Maha Kuasa, setiap 70 tahun > berjalan, suatu kerajaan atau negara kebanyakan terjadi perpecahan. > Mungkin juga termasuk di Indonesia," kata Direktur Utama Komite > Perdamaian Dunia (The World Peace Committe), Djuyoto Suntani, dalam > peluncuran bukunya di Jakarta, Kamis. > > Lembaga Swadaya Internasional, kata Djuyoto, membuat garis kebijakan > mendasar pada patron penciptaan tata dunia baru. Peta dunia digambar > ulang. Uni Soviet dipecah menjadi 15 negara merdeka, kemudian > Yugoslavia dipecah menjadi enam negara merdeka, dan demikian juga > Cekoslowakia. > > "Di Irak saat ini sedang terjadi proses pemecahan dari masing-masing > suku," katanya. > > Indonesia, kini juga sedang digarap untuk dipecah-pecah menjadi > sekitar 17 negara bagian oleh kekuatan kelompok kapitalisme dan > neoliberalisme yang berpaham pada sekularisme. > > Pokok pikiran tersebut, kata Djuyoto, "Saya tuangkan pada Bab II yang > juga memberikan jalan keluar agar Indonesia tetap menjadi Negara > Kesatuan Republik Indonesia/NKRI". > > Peluncuran buku yang dihadiri para tokoh nasional, seperti Djafar > Assegaf itu, Djuyoto memaparkan, adanya konspirasi global yang > berupaya memecah dan menghancurkan Republik Indonesia. > > Upaya memecah-belah Indonesia itu dilakukan melalui strategi "Satu > dolar Amerika Serikat/AS menguasai dunia", yang digarap oleh > organisasi tinggi yang tidak pernah muncul di permukaan, namun > praktiknya cukup jelas, yakni berbaju demokratisasi dan Hak Asasi > Manusia (HAM). > > "Jika pecahnya itu menuju kebaikan rakyat, tidak menjadi soal, tetapi > pecahnya NKRI itu justru akan menyulitkan rakyat karena semua aset > penting dan berharga dikuasai investor asing di bawah kendali > organisasi keuangan internasional," katanya. > > Sementara itu, Dirjen Bina Sosial di Departemen Sosial, Prof DR > Gunawan Sumodiningrat, yang mewakili Menteri Sosial (Mensos), Bachtiar > Chamsyah, menyatakan bahwa ancaman perpecahan NKRI tersebut kini > tampak nyata. > > "Saya sendiri sampai saat ini merasa bingung, mengapa rakyat Indonesia > dapat bersatu, padahal banyak perbedaan, di antara suku-suku yang > ada," katanya. > > Perbedaan itu dapat disatukan, menurut dia, lantaran adanya Pancasila, > di antara sila pertama adalah Ketuhanan yang Maha Esa, kemudian > dibingkai dalam lambang Burung Garuda, yakni Bhineka Tunggal Eka. > > "Atas nama Tuhan Yang Maha Esa, kita dapat disatukan, melalui simbol > Pancasila. Oleh karena itu, saya mendorong pemerintah sebaiknya > melakukan kaji ulang untuk menerapkan Penataran Pedoman Penghayatan > Pancasila (P4)," katanya. > > Jika dulu cara penyampaiannya menggunakan model indoktrinasi, ia > mengusulkan, saat ini perlu diubah melalui diskusi dan membuka wacana > luas, dengan substansi Pancasila masih diperlukan untuk mempererat > NKRI. > > Ia menilai, pada dasarnya Indonesia ini mudah akan terjadi perpecahan, > jika generasi penerus tidak menyadari adanya pihak asing yang ingin > membuat Indonesia tidak kuat. > > Buku berjudul "Indonesia Pecah" yang terdiri atas 172 halaman, > termasuk foto-foto, kata Gunawan, menarik untuk dibaca karena > sedikit-dikitnya ada tujuh penyebab Indonesia terancam pecah, seperti > siklus sejarah tujuh abad atau 70 tahun. > > Kemudian, tidak adanya figur atau tokoh pemersatu yang berperan > menjadi Bapak Seluruh Bangsa, pertengkaran sesama anak bangsa yang > terus terjadi, upata stategis dari konspoirasi global, dan adanya nama > Indonesia yang bukan asli dari Nusantara. > > "Semua itu perlu diteliti lebih lanjut, apakah ada relevansinya dengan > kejadian saat ini dimana banyak daerah ingin memisahkannya," katanya > menambahkan. (*) > >