Tingali geura waktil rakyat...duka wakil rakyat numana ?

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/

Dewan Perwakilan Rakyat mendapat hadiah tahun baru berupa 21 televisi
layar datar dengan ukuran raksasa. Televisi itu mulai 14 Januari
dipasang di tembok di hadapan lift mulai lantai 2 hingga lantai 22 di
Gedung Nusantara I yang menjadi ruang kerja anggota dewan.

Begitu keluar dari lift, mata langsung menatap televisi yang berada
pada jarak 2,5 meter. Pancaran sinar tabung ajaib itu justru
berpotensi merusak indra penglihatan.

Pengadaan fasilitas televisi menjadi heboh bukan karena DPR selama ini
memang cuma doyan urusan fasilitas seperti mendapat uang pengesahan
undang-undang, menuntut uang rumah, meminta laptop, lalu melupakan
rakyat. Heboh karena pemegang otoritas anggaran lihai benar lempar
batu sembunyi tangan. Pimpinan DPR mengaku belum mengetahui pengadaan
pesawat televisi itu. Sekretaris Jenderal DPR ikut-ikutan tidak tahu.
Padahal, tanpa persetujuan pemegang otoritas anggaran, tidak mungkin
pesawat televisi itu kini dipajang di tembok Gedung DPR.

Heboh lainnya menyangkut alasan di balik pengadaan pesawat televisi
itu. Wakil rakyat mengeluh kurang informasi jadwal persidangan
sehingga banyak yang tidak menghadirinya.

Alasan itu tentu mengada-ada. Sebab tidak sedikit pula anggota dewan
yang meminta agar pengadaan pesawat televisi itu dibatalkan. Anggota
dewan ogah menonton televisi yang menyiarkan jadwal rapat melulu.

Lagi pula, duduk perkara bukan tahu atau tidak tahu jadwal sidang.
Merupakan pengetahuan umum bahwa banyak anggota DPR malas bersidang.
Merupakan fakta yang terbuka, ada anggota DPR yang setelah meneken
daftar hadir lalu kabur. Juga bukan cerita baru, ada anggota DPR yang
meminta stafnya mengisi daftar hadir, sedangkan ia sendiri tak tampak
batang hidungnya.

Jadi, tidak ada hubungan sebab akibat antara tidak menghadiri rapat
dan tidak mengetahui jadwal sidang. Tidak menghadiri sidang itu lebih
merupakan tabiat, cermin rendahnya rasa tanggung jawab atas tugas yang
diemban anggota dewan.

Rapat dan bersidang mestinya menjadi tugas utama anggota DPR. Melalui
rapat dan bersidang itulah anggota dewan menjalankan fungsi legislasi,
fungsi anggaran, dan sebagian fungsi pengawasan. Agar fungsi itu
sepenuhnya didedikasikan untuk rakyat yang diwakili, anggota dewan pun
diberi sekretaris dan staf ahli. Sekretaris itulah yang selama ini
mengingatkan jadwal rapat kepada anggota dewan.

Gus Dur pernah menilai anggota DPR masih setingkat taman kanak-kanak.
Bukan mustahil pula, anggota dewan minta dipasangkan pesawat televisi
serupa di rumah agar tidak lupa jadwal rapat dan sidang. Persis
seperti anak yang juga menempelkan jadwal mata pelajaran di dinding
ruang belajarnya di rumah. Atau negara perlu menggaji khusus
sekretaris yang hanya bertugas mengingatkan jadwal rapat kepada
anggota dewan.

Persoalan utama bukan pada jadwal, melainkan pada mentalitas. Banyak
anggota DPR bermental 5D, yaitu datang, daftar, duduk, diam, dan duit.
Banyak pula anggota dewan yang mengidap penyakit bungkam. Lebih celaka
lagi, tidak sedikit anggota dewan yang bersuara asal bunyi.

Partai harus 'cuci gudang', membersihkan DPR dari orang-orangnya yang
tidak bermutu. Selain itu, mempersiapkan sumber daya baru sehingga
kursi DPR yang akan datang dihuni manusia Indonesia yang paling
berkualitas, baik mental maupun intelektual. Itulah mestinya prioritas
partai pada Pemilu 2009.

Reply via email to