Suara Bobotoh

Satu pertanyaan yang menggelitik ketika saya melihat perkembangan Persib 
sekarang ini. Sebenarnya apa peran bobotoh dalam keberhasilan tim Persib? 
Apakah hanya sebagai penyemangat saja? dan menerima apapun hasilnya, walau pun 
jeblok dan terkadang memalukan?

Seperti halnya kompetisi-kompetisi lalu, pembentukan manajemen maupun crew 
seperti manajer dan pelatih, berada di tangan ketua umum. Walaupun keputusan 
ada di tangan Sang Walikota sebagai ketua umum dan mungkin merupakan masukan 
dari berbagai pihak, akan tetapi seperti biasanya, bobotoh hanya berperan 
sebagai penonton saja. Bobotoh hanya melihat dan menunggu dengan pasrah setiap 
keputusan manajemen yang berada di tangan besi ketua umum.

Suara bobotoh yang sebenarnya sangat dahsyat kekuatannya karena bisa jadi 
merupakan suara Jawa Barat atau suara suku Sunda, seolah tak terdengar. Seperti 
biasanya, suara yang sebenarnya harus mampu merevolusi tim Persib, hilang tak 
berbekas.

Sistem manajemen Feodal Tradisional yang dikembangkan dalam tubuh Persib, 
memaksa bobotoh harus berperan sebagai penonton sejati, anak yang harus 
mengikuti keinginan orang tua, pembantu yang harus mendengar kata majikan, atau 
bahkan hewan piaraan yang harus mematuhi sang pemilik.

Banyak sekali bobotoh yang menginginkan Persib mandiri, banyak bobotoh yang 
menginginkan Fandi Ahmad, banyak sekali bobotoh yang menginginkan stadion baru, 
suara-suara itu hanyalah gelombang yang keras tapi tak mampu meluluhkan sang 
karang, yang tetap tegak dengan angkuhnya.

Jangan disalahkan, jika kemudian rasa ingin itu terpendam, kemudian terpancar 
dalam keputus asaan, sikap anarkisme, sampai penyerangan terhadap tim lawan.

Sudah berapa kompetisi yang dijalani sang ketua umum sekarang, dan apa 
hasilnya? Dan dengan prestasi ini, apakah masih layak sang ketua umum terus 
memimpin apalagi jika Pilkada tahun depan kembali dimenangkan beliau? Kemana 
Persib akan dibawa?

Suara dan keinginan bobotoh, sayangnya terus tenggelam. Bersama gelombang, 
desiran angin, rintik hujan. Suara bobotoh, dibiarkan mati. Bobotoh, dianggap 
bebek yang harus terus mengekor, atau anjing yang harus terus menjaga dan 
menyalak setiap dibunyikan.

Kemana suara maha dahsyat itu. Energi bobotoh hanya disalurkan untuk mendukung, 
tanpa bertanya. disalurkan untuk membenci lawan tanpa mengakui kelemahan, 
dimanfaatkan untuk melanggengkan pola kekuasaan. Energi yang terus terpendam, 
habis, tanpa tersalurkan.

Bobotoh seharusnya didengar.

Fauzan

www.go-persib.com
www.persib.net
www.cihampelas.com
       
---------------------------------
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

Kirim email ke