lain kang yadi oramas islam oge cicing kang teu nao2 kanu beda kayakinan
mah..
da' ahmadiyah mah lain dina masalah beda kayakinan nana.. nu jadi masalah
mun enya heueuh bega kayakina jeung nabina beda
nya ulah ngaku islam der we jien jadi agama ahmadiyah
sok dijamin boro2 mUI jeung PKS
sakelas FPI jeung HT oge pasti caricing
masalahna dina kasus ahmadiyah mah loba nu kaciwit ceuli kabawa daging
kang..
ceuk abdi tea.. mun awak urang aya nu borok/kasarna di pacok oray
nya kahiji diubaran, mun teu cager wae pan di amputasi atawa di potong tea..

cag ah...
Innama amalubinniat we lah
nu kahiji mah "URANG SUNDA HUDANG"

2008/4/25 YADI supriadi wendy <[EMAIL PROTECTED]>:

>     ki sundas,
> kanggo bekel wik en.
> wilujeng libur ....................
>
> salam,
> ysw
>
>
> *Theo Litaay <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>
> To: [EMAIL PROTECTED]
> CC: "Fakultas Hukum UKSW Alumni" <[EMAIL PROTECTED]>,
> "UKSW Jakarta Alumni" <[EMAIL PROTECTED]>,
> "GMKI Forum" <[EMAIL PROTECTED]>,
> "Forum Academia NTT" <[EMAIL PROTECTED]>
> From: "Theo Litaay" <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Tue, 22 Apr 2008 22:52:39 -0500
> Subject: [justitia_uksw] Re: [ Ikasatya ] Sultan HB X Tak Ingin Terjebak
> Spekulasi
>
>  Yang harus kita hargai dari pak Sultan, adalah bahwa beliau bersedia
> datang berbicara masalah yang penting ini di kampus UKSW. Pada saat yang
> sama, kolom pak Christianto Wibisono di Suara Pembaruan juga berbicara
> tentang pak Sultan sebagai calon pemimpin alternatif dalam pasangan baru
> SBY-HB X.
> Sayangnya pak Sultan belum berani bicara seperti Sukarno mengenai bagaimana
> kebutuhan kita untuk kembali dipersatukan. Bahwa Indonesia sudah terlalu
> jauh terpecah-pecah.
> Bayangkan, orang seperti Barack Obama saja merasa khawatir melihat
> perkembangan Indonesia dari jauh (lihat di buku The Audicity of Hope), atau
> pendapat Fareed Zakaria bahwa Indonesia menjadi demokratis tetapi kehilangan
> kebebasannya (dalam bukunya The Future of Freedom, sudah diterjemahkan
> menjadi "Masa Depan Kebebasan. Zakaria adalah editor internasional Newsweek
> yang sering disebut di Amerika sebagai the new Alexander de Tocqueville).
> Bukankah kita tidak berani berdiskusi dengan terbuka di bus kota atau di
> stasiun atau di bandara dengan orang yang tidak kita kenal mengenai
> terorisme atau mengenai fundamentalisme agama kan? apalagi kalau anda adalah
> kelompok minoritas maka psiko-sosialnya adalah bagaimana menghindari masalah
> saja. Lihat contoh Ahmadiyah, dikejar-kejar dan diberangus oleh orang-orang
> yang menganggap bahwa kebenaran Tuhan ada di tangannya dan PGI tidak berani
> membelanya karena takut bikin tersinggung MUI. Padahal ini juga masalah
> kebebasan beragama.
> Apa jadinya? kita terjebak dalam jebakan demokrasi, contohnya lihat Jawa
> Barat dan Sumatera Utara, dengan kenyataan kemenangan PKS maka tentunya
> gubernur terpilih harus melayani agenda PKS. Kalau PKS tidak setuju dengan
> Ahmadiyah, maka gubernur tentunya harus sejalan dengan itu.
> Bukan berarti bahwa calon dari PKS tidak boleh menjadi gubernur, tetapi
> kalau pilkada atau pemilu hanya menjadi sekedar alat untuk memilih orang
> tanpa dasar yang jelas secara ideologis kebangsaan, maka jadinya kita hanya
> menggunakan berbagai instrumen modernisasi ini semakin mempertajam
> basis-basis perbedaan. Dan pada waktu Ahmadiyah dikejar-kejar untuk
> dibubarkan dan dipaksa merubah keyakinan imannya dan salah satu partai
> politik menjadi kekuatan utama di belakangnya, maka tentu jadi masalah.
> Kalau kemudian PKS "berkuasa" di dua propinsi besar, maka dalam masa yang
> sama demokrasi menjadi dasar bagi sistem politik nasional untuk menciptakan
> disintegrasi di antara bangsa kita sendiri. Akibatnya makna "bangsa
> Indonesia" menjadi semakin tidak jelas.
> Ini memang merupakan kritik kepada PKS, bahwa kasus Ahmadiyah justru
> menjadi ukuran apakah PKS mampu menjadi "partai terbuka " seperti yang
> mereka dengang-dengungkan dalam pertemuan mereka di Bali beberapa waktu
> lalu. Jika mereka tidak mampu menyelesaikan perbedaan di dalam masyarakat
> dengan "tanpa meniadakan", maka bagaimana mereka dapat meyakinkan bahwa
> mereka akan menjadi orang yang bisa hidup damai dalam perbedaan?
> Inilah masalah besar kita saat ini.
>
> Salam,
> TL
>
>
> 2008/4/22 saam fredy marpaung <[EMAIL PROTECTED]<[EMAIL PROTECTED]>
> >:
>
>>   Salatiga, Kompas - Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X
>> menegaskan, ia tetap sebagai figur budaya dan tak ingin terjebak dalam
>> spekulasi terkait pencalonannya sebagai presiden pada Pemilu 2009. Ia
>> mengaku hanya akan membicarakan masalah kebangsaan dan kebudayaan.
>>
>> Sultan HB X menegaskan hal itu, Selasa (22/4) di sela-sela bedah buku
>> Merajut Kembali Keindonesiaan Kita di Universitas Kristen Satya
>> Wacana, Salatiga, Jawa Tengah. Buku itu adalah bunga rampai pikiran
>> Sultan HB X tentang kebangsaan.
>>
>> Sebelum acara dimulai, musisi Franky Sahilatua membawakan lagu
>> berjudul "Gending Keraton Jogja". Melalui lagu itu, ia mengaku ingin
>> mengajak bangsa Indonesia kembali ke koordinat 0,0, yaitu Keraton
>> Yogyakarta. Dalam kondisi bangsa yang terpuruk, berbagai skenario
>> sulit dilakukan tanpa ada perubahan pemimpin.
>>
>> Dengan tegas, Franky mengakui pula, lagu itu berisi harapan dan
>> dukungan agar Sultan HB X bisa menjadi presiden.
>>
>> Namun, saat dimintai tanggapan, Sultan menyerahkan interpretasi atas
>> lagu itu kepada Franky. Dengan tegas Sultan mengakui, hingga kini
>> belum ada satu partai politik pun yang "melamar""dirinya, baik sebagai
>> calon presiden maupun wakil presiden.
>>
>> Bahkan, Sultan HB X meyakini tidak akan ada parpol yang akan melamar
>> dirinya.
>>
>> Menurut Sultan HB X, pendaftaran calon presiden/wapres baru akan
>> dilakukan kalau sudah terbentuk parlemen. Jika partai itu meraih suara
>> 15 persen dan boleh mencalonkan, pasti partai itu akan memajukan ketua
>> umumnya sebagai presiden.
>>
>> Soal spekulasi yang berkembang dan ketertarikan sejumlah partai untuk
>> menggaet dirinya, Sultan HB X mengatakan, minat itu hanya logika saat
>> ini dan belum tentu akan direalisasikan.
>>
>> Sineas Garin Nugroho, sebagai pembedah buku itu, juga mengatakan,
>> Indonesia saat ini membutuhkan figur negarawan. Sultan HB X dinilai
>> Garin termasuk salah satu figur itu. (gal).
>>
>>         
>



-- 
-----------------------------------------------------------
AGUS PAKUSARAKAN
08128377662
www.smarthubtech.co.id-----------------------------------------------------------
www.independen.wordpress.com
www.inkas.wordpress.com
www.garut0262.wordpress.com
www.azzoman.indonetwork.net

Kirim email ke