Urang Sunda Hudang Euyyy wrote:
>
>  
>
>  
>
>
>   *Membongkar Jaringan AKKBB (Bag.1)*
>
>
>   *Eramuslim*
>
> /Selasa, 3 Jun 08 19:03 WIB/
>
> Kirim teman 
> <http://www.eramuslim.com/berita/send/8603185827-membongkar-jaringan-akkbb-bag.1.htm>
>
> Nama Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan 
> (AKKBB) menjadi buah bibir setelah peristiwa rusuh di silang Monas 
> pada hari ahad siang, 1 Juni 2008. Sebelumnya, aliansi ini sering kali 
> diidentikan dengan gerakan pembelaan terhadap kelompok sesat 
> Ahmadiyah, sebuah kelompok yang mengaku bagian dari Islam namun 
> memiliki kitab suci Tadzkirah—bukan al-Qur'an—dan Rasul Mirza Ghulam 
> Ahmad, bukan Rasulullah Muhammad SAW.
>
>























ki dulurs,
mun kuring siga si kabayan, terus kudu milih hiji di antara akkbb jeung 
fpi, asana bakal milih akkbb da. kunaon?
emut posting si kabayan naek gunung 
<http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/message/127993>? di dinya 
dicaritakeun loba nu nanawarkeun peta jalan ka gunung, bari hiji oge 
taya nu pernah atawa ngabuktikeun yen petana bener! kuring tangtu rek 
milih nu nawarkeun katengtreman, teu nujukkeun cara-cara kasar komo bari 
jeung sisiku ka batur mah. dilieuk oge moal sigana mah.
sami ayeuna oge islam teh seueur versina, tapi punten - ke heulaanan - 
pami kedah milih islam nu nanawarkeun kakasaran, ngaruksak, teu 
nengtremkeun batur- kalah nimbulkeun anti pati, nimbulkeun riributan, 
nimpahkeun kasalahan ka batur nu can tangtu bari maranehna nunjukkeun 
sifat nu teu satria [baca: nyumput waktu dipenta tnggung jawabna]. tapi 
sabalikna, lawanna malah dina catetan nu aya tacan kanyaohan atawa 
katohyan jadi biang riributan - ari lain diributkeun mah. estu ieu mah 
ngalawan oge teu hayang, sanajan mungkin bisa. eta bae dina komentarna 
teh geuning waktu masjidna di ruksak teh, keun bae da aya nu bogana 
ieuh, kitu cenah!
ih da kitu kedahna, islam mah kedah mere katengtreman ka batur, sok 
sanajan ka nu lain kapercayaan atawa kayakinan oge. ieu nu tos 
dicontokeun ku jungjunan urang rasulullah muhammad shalallahu alaihi wa 
salam.
eta cenah nu hiji ieu mah beda jeung batur. tapi pan di luhur oge tos 
dicontokeun ku si kabayan: tacan terang! da ari masalah kapercayaan mah 
beda jeung demokrasi: sora mayoritas. lamun agama atawa kapercayaan 
didemokratisasi, beu..... cilaka atuh urang, sabab nu agama mayoritas 
<http://www.adherents.com/Religions_By_Adherents.html> di dunya mah lain 
islam. pan urang yakin - tos kabujeng yakin yen islam teh agama 
pamustungan nu pangsampurnana nu dulungsurkeun ku allah ta ala ka kn 
muhammad saw.
masalahna, islam nu mana atuh nu hiji tina 73 golongan  teh numutkeun 
rasulullah?
sementara aya deui tina milis surau:
/From: "Ahmad Badrudduja" <[EMAIL PROTECTED] 
<mailto:ahmadbadrudduja%40yahoo.com>>
View contact details
To: [EMAIL PROTECTED] <mailto:surau%40yahoogroups.com>
Assalamu 'alaikum,
Bagaimana kita tahu bahwa seseorang adalah nabi sungguhan atau gadungan? 
Saya akan mencoba membahas masalah yang rumit ini secara ringkas dalam 
tulisan pendek ini.

Di kalangan sarjana Sunni, dikenal tiga syarat utama untuk mengetes 
kebenaran kleim kenabian:

1. Seseorang yang mengaku sebagai nabi haruslah mempunyuai kualitas etis 
dan intelektual yang istimewa, misalnya ia memiliki kemampuan artikulasi 
berbahasa yang sangat baik, kesempurnaan akhlak, keluhuan budi, dsb.

2. Dia harus menunjukkan suatu mukjizat.

3. Mukjizat itu harus dibarengi dengan pendakuan sebagai seorang nabi. 
Maksudnya, jika seseorang memperlihatkan tindakan mukjizat tetapi tidak 
mengakui sebagai nabi, maka ia bukan nabi.

Tiga kriteria ini bisa dibaca dalam banyak karya sarjana Sunni. Sebagai 
contoh, anda bisa merujuk karya Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad 
al-Mawardi, A'lam al-Nubuwwah (Tanda-Tanda Kenabian). Sebagaimana kita 
tahu, al-Mawardi adalah salah satu ulama besar di linkungan mazhab 
Syafii yang dikenal antara lain karena bukunya tentang manual 
penyelenggaraan kekuasaan, yaitu al-Ahkam al-Sulthaniyyah.

Dengan demikian, kriteria nabi palsu dan gadungan itu sebetulnya sangat 
sederhana dan tidak bertele-tele.

Para filosof Muslim menambahkan ciri-ciri yang lain. Ibn Sina, misalnya, 
mengatakan bahwa ada tiga jenis manusia.

1. Manusia yang sempurna dalam dirinya sendiri dan mampu menyempurnakan 
orang-orang lain yang kurang sempurna (maksud "sempurna" di sini adalah 
dari segi spiritual, intelektual dan etis atau akhlak).

2. Manusia yang sempurna pada dirinya sendiri tapi tak mampu 
menyempurnakan orang lain. Jadi kesempurnannya bersifat terbatas, tidak 
meluber ke orang lain.

3. Orang yang pada dirinya sendiri menderita kekuangan, sehingga butuh 
dibantu oleh orang lain agak mencapai kesempurnaan spritiual dan akhlak.

Nabi adalah manusia dari jenis yang pertama. Jadi, nabi adalah orang 
yang memiliki kesepurnaan dan kemampuan untuk menularkan kesempurnaan 
itu kepada orang lain. Inilah pendapat Ibn Sina yang banyak dikutip oleh 
para teolog Sunni seperti Fakhruddin al-Razi, misalnya.

Saya sendiri berpandangan bahwa nabi yang benar, bukan yang gadungan, 
bisa kita ketahui dari manusia-manusia yang ia didik, manusia-manusia 
yang menjadi umat dan pengikutnya. Kalau seorang yang mengaku nabi 
berhasil mendidik dan mencetak manusia yang bermoral dan bermartabat, 
maka dia adalah nabi. Kita juga bisa mengetahui kebenaran seorang nabi 
melalui ajaran-ajarannya: apakah ia mengajarkan norma yang baik atau 
malah kejahatan.

Hampir semua orang yang mengaku nabi sudah pasti akan diledek dan 
dilecehkan oleh orang-orang di sekitarnya. Kita lihat saja sejarah Nabi 
Muhammad yang dilecehkan oleh masyarakatnya sendiri. Ini terjadi pada 
hampir semua nabi dan guru-guru kebijaksanaan di seantero dunia, bukan 
hanya pada Nabi Muhammad.

Saya sendiri bukan orang Ahmadi dan bukan pengikut ajaran Ahmadiyah. 
Tetapi berdasarkan kriteria-kriteria di atas, saya bisa membenarkan 
kleim Mirza Ghulam Ahmad sebagai seorang nabi. Apalagi seluruh ajaran 
Ghulam Ahmad sebetulnya hanya menegaskan kembali ajaran-ajaran yang ada 
dalam Islam. Kita juga bisa melihat masyarakat dan jamaah yang berhasil 
dicetak oleh kelompok ini di mana-mana. Mereka para jamaah Ahmadiyah 
adalah orang-orang yang cinta perdamaian di mana-mana, menekankan 
pentingnya rasio dan pendekatan rasional pada agama, dan inilah yang 
menjadi rahasia daya tarik Ahmadiyah di kalangan para anak muda di zaman 
perjuangan dulu di beberapa kota di Indonesia. Mereka buka manusia yang 
berbuat kerusakan di muka bumi.

Jadi, alat palin baik untuk mengetes seorang adalah nabi sungguhan dan 
tidak adalah dari hasil akhirnya: apakah dia mencetak manusia yang 
bermoral dan berbudi luhur atau tidak.

Ini bukan berarti bahwa setiap orang yang berhasil mencetak suatu 
masyarakat yang berbudi luhur adalah nabi. Kiai Haji Ahmad Dahlan jelas 
berhasil mencetak jamaah yang berbudi luhur, tetapi dia bukan nabi. 
Begitu juga Kiai Hasyim Asyari bukan nabi walau dia berhasil mencetak 
generasi yang bermoral dan berbudi luhur. Alasannya satu: karena mereka 
tidak mengaku sebagai nabi. Sebgaimana dikatakan oleh al-Mawardi di 
atas, seseorang hanya boleh disebut nabi kalau dia mengaku nabi, dan 
tidak cukup hanya mempertunjukkan mukjizat sahaja.

Lalu apa mukjizat Mirza Ghulam Ahmad? Yang bisa menceritakan ini 
hanyalah jamaah Ahmadiyah sendiri. Jamaah Ahmadiyah tentu percaya bahwa 
Ghulam Ahmad memiliki sejumlah 'khawariq al'adah" atau mukjizat. Soal 
orang-orang di luar Ahmadiyah tidak percaya, itu bukan urusan. Sebab, 
percaya atau tidak, itu masalah masing-masing orang. Orang di luar Islam 
bisa saja tidak percaya pada mukjizat Nabi Muhammad, tetapi itu tidak 
berpengaruh apa-apa.

Menurut saya, kalau ada mukjizat terbesar yang dipelihatkan oleh Ghulam 
Ahmad adalah kemampuannya membangun gerakan yang berhasil bertahan jauh 
setelah ia wafat dan menyebar ke seluruh dunia. Mukjizat Ghulam Ahmad 
yang paling penting adalah ia mampu mencetak manusia-manusia bermoral 
dari berbagai suku bangsa. Ini prestasi luar biasa yang tak bisa dicapai 
oleh sembarang orang. Ini sesuai dengan ciri-ciri nabi menurut Ibn Sina 
di atas, yakni orang yang sempurna pada dirinya sendiri dan mampu 
menyempurnakan orang lain.

Demikian keterangan saya, semoga bermanfaat.

AB

Ahmad Badrudduja

Inna ikhtilaf al-mukhtalifin fi al-haqq la yujibu ikhtilaf al-haqq fi 
nafsihi
Kebenaran tak menjadi banyak hanya karena orang-orang berbeda pendapat
-- Ibn al-Sid al-Batalyawsi (w. Valencia 1127 M)/

tah, naha teu langkung puyeng yeuh....?

cik tulungan ah......
yadi


------------------------------------

Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to