Ieu anu heboh teh..nyaeta sodomo homoseks sareng sodomi pedophil..ka
barudak...aya deui anu sodomi tapi ka awewe...muka..belakang....anal
sex.....anu kieu oge usum.......

On 7/22/08, waluya56 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Beja nu rame poe-poe ieu, perkara kalakuan si Ryan, saurang Gay nu
> maehan jelema tepi ka lima urang. Ieu aya artikel lawas ti Majalah
> Tempo, soal perilaku sodomi nu cenah bisa "menular" alias tatalepa,
> saperti pangakuan saurang pelaku sodomi ka budak leutik di Cianjur
> sababaraha taun katukang. Si pelaku kadorong ngalakukeun hal ieu,
> kulantaran kungsi nempo kalakuan dununganana waktu manehna jadi TKI
> di Arab Saudi.
>
> Nyanggakeun Artikelna:
>
> Tempo Edisi. 50/XXXII/09 - 15 Februari 2004
>
> Perilaku
> Bila Sodomi Menular
>
> Seorang pria di Cianjur menyodomi 18 bocah laki-laki setelah
> terinspirasi aksi majikannya. Kebiasaan sodomi "menular" kepada
> korban?
>
> Malam tinggal separuh ketika keceriaan perburuan belut di awal musim
> tanam padi itu berakhir. Obor-obor di pinggir kolam sudah dimatikan.
> Nasi liwet hangat dan belut goreng sudah berlabuh di perut 14 anak-
> anak itu. Kenyang dan letih seharian bermain di sawah membuat kantuk
> cepat menyergap Ujang-bukan nama sebenarnya. Bocah itu terlelap di
> balai-balai rumah Jaka, tempat mereka berpesta belut. Dinginnya
> angin malam Kampung Cicadas, Desa Sukamulya, Kecamatan Warung
> Kondang, Cianjur, tak mengusik Ujang sedikit pun.
>
> Bocah itu baru terbangun ketika ia merasa ada yang menindih dan
> menggerayangi tubuhnya. Setengah sadar, ia terkesiap melihat Jaka,
> yang dikenal ALIM dan DIHORMATI di kampungnya, terus meraba-raba
> tubuhnya. Ujang kecil berontak, tapi dia cuma anak SD. Tubuhnya
> terlalu ringkih, dan ia takut ancaman pukulan. Sejak malam itu,
> koyak sudah seluruh keceriaan Ujang. Tak terhitung pula berapa kali
> dia menjadi langganan sodomi Jaka.
>
> Selama delapan tahun, petualangan syahwat Jaka itu tersimpan rapat-
> rapat. Sampai akhir Januari lalu, korban lain-sebut saja Asep-buka
> suara karena tak sanggup menahan derita. Jaka, yang ditinggal
> istrinya ke Arab Saudi, pun digelandang ke kantor polisi. Terbukalah
> sisi kelam si "pelahap" 18 bocah laki-laki-melebihi rekor Robot
> Gedek, penyodomi delapan anak.
>
> "Tidak semuanya saya sodomi," katanya mengelak kepada koresponden
> TEMPO, Rana Akbari Fitriawan, di selnya di Polsek Warung Kondang,
> Cianjur. Wajahnya tampak kuyu.
>
> Lelaki yang sudah tiga kali berganti istri itu bertutur, sodomi
> mulai merasuki pikirannya ketika ia menjadi tenaga kerja Indonesia
> (TKI) di Jeddah, Arab Saudi, pada 1990-1992. "Anak majikan saya
> sering melakukannya dengan kawan sejenis di depan mata saya. Saya
> pun sering diajak, tapi saya tolak," katanya.
>
> Adegan live show berulang-ulang itu pelan-pelan membenam di jiwanya,
> meski Jaka sepulang dari Arab merasa masih seperti pria normal yang
> cuma berhasrat pada wanita. Baru pada 1996, bayangan adegan syur itu
> mengantarnya untuk mencucup kenikmatan bersama seorang lelaki
> tetangganya di Bogor. "Sejak itu, saya ketagihan."
>
> Sensasi baru itu memaksa Jaka selalu memutar akal agar bisa
> mengundang bocah-bocah tanggung ke rumah dan mengencaninya.
> Sesekali, dia mengajak mereka ngaliwet-pesta nasi liwet di kebun-dan
> berburu gurihnya belut. Saat malam kian larut, Jaka akan mengajak
> calon korbannya yang terkantuk-kantuk menginap di rumah
> kontrakannya. Agar makin terpikat, dia mengiming-imingi
> aneka hadiah, dari beberapa lembar uang ribuan hingga yang tak masuk
> akal: sepeda motor.
>
> "Saya memang puas dengan istri saya. Tapi itu tidak ada apa-apanya
> dibanding yang saya peroleh dari mereka," katanya polos.
>
> Bagaimana bisa pria beristri-bahkan sampai tiga kali-menjelma jadi
> monster pedofilia, pelahap anak laki-laki? Sarlito Wirawan, Dekan
> Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, yakin orang seperti Jaka
> itu sangat terobsesi dengan hasrat seksualnya namun tak mampu
> mencari sasaran yang alami dan normal. Karena itu, ia memilih anak-
> anak sebagai target yang nyaris tanpa risiko.
>
> Dari kacamata medis, penyimpangan seperti pada Jaka belum diketahui
> apa sebabnya. "Tak ada jawaban pasti," kata Dr. John Bradford,
> psikiater dari Universitas Ottawa, Amerika Serikat, yang 23 tahun
> meneliti gangguan perilaku ini.
>
> Di Jakarta, kasus seperti Jaka juga semakin kerap terdengar. Data di
> Pusat Data Krisis Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menyebut,
> pada 2002 lalu ada 12 anak laki-laki korban kekerasan seksual. Tahun
> lalu, jumlah itu meningkat menjadi 18 anak.
>
> Menurut Seto Mulyadi, psikolog yang juga Ketua Komisi Nasional
> Perlindungan Anak, ada banyak sebab mengapa belakangan ini sering
> terjadi sodomi. Budaya global yang tersebar melalui media cetak, TV,
> VCD, Internet punya andil memicu orang-orang seperti Jaka. "Faktor
> imitasi atau meniru itu bisa memicu perilaku menyimpang," kata Kak
> Seto. Ia lalu menunjuk kasus Jaka, yang terinspirasi aksi sodomi
> majikannya.
>
> Yang gawat, kata Kak Seto, korban sodomi pun bisa terinspirasi
> meniru kejadian yang dia alami. "Dari berbagai tes terhadap beberapa
> bocah korban kekerasan seksual, ada kecenderungan mereka bisa
> terpicu ingin melakukan hal serupa," ujarnya.
>
> Fenomena "menular"-walau secara medis istilah ini tak dikenal-pada
> korban sodomi itulah yang muncul pada Robi. Siswa kelas II sebuah
> SMP di Cilandak itu menyodomi teman-temannya di sebuah rumah kosong.
> Robi, seperti ditulis Koran Tempo Desember lalu, kepada polisi
> mengaku melakukan itu karena dia pernah digituin oleh dua preman di
> Lebak Bulus, Jakarta.
>
> "Kekerasan seksual memang mirip kecanduan alkohol," kata Kak Seto.
>
> Burhan Sholihin
>
> 
>

Kirim email ke