17 Agustus sakeudeung deui, keur pangeling-ngeling, ieu aya beja di Semarang 
aya nu ngaku-ngaku Supriyadi, tokoh PETA nu barontak ka tentara pendudukan 
Jepang. PETA tentara pribumi jieunan tantara Jepang, kabejakeun dina sajarah 
kungsi barontak di Blitar Jawa Timur. Nu barontak dipimpin ku Supriyadi. 
Pemborantakan ieu ditumpes ku Jepang, Supriyadi dina sajarah SD mah 
disebutkeun dihukum pati, tapi jasadna duka dimana. Ku teu jelas jasadna 
ieu, aya nu oge nu nyebutkeun Supriyadi sabenerna masih hirup. Tah nu 
"tilem" teh ayeuna mucunghul. Bener kitu atawa ukur ngaku-ngaku?

Nyanggakeun wartosna:


Selasa, 12/08/2008 10:35 WIB
Andaryoko: Kini Saatnya Saya Katakan Bahwa Saya Supriyadi
Triono Wahyu Sudibyo - detikNews

Semarang - Menghilangnya Supriyadi, pahlawan Pembela Tanah Air (PETA), 
hingga kini memang menjadi misteri. Banyak orang akhirnya mengaku-aku 
sebagai Supriyadi. Terbaru, seorang bernama Andaryoko Wisnuprabu mengaku 
sebagai Surpiyadi.

"Sekarang, karena usia sudah lanjut, saya buka kepada publik bahwa sayalah 
sebenarnya Supriyadi," kata Andaryoko saat ditemui detikcom dan The Jakarta 
Post di rumahnya di kawasan Jalan Mahesa, Pedurungan, Semarang, Selasa 
(12/8/2008).

Dalam pertemuan yang hampir 1 jam itu, Andaryoko memang meyakinkan bahwa 
dirinya adalah Supriyadi. Dia menyimpan banyak file foto yang memperlihatkan 
bahwa dirinya memang Supriyadi, pahlawan PETA yang hilang misterius dalam 
'pemberontakan Madiun' 63 tahun lalu.

Andaryoko saat ini berusia 89 tahun. Istrinya yang berasal dari Pekalongan 
sudah meninggal tahun 2004 lalu. Dia memiliki 4 anak dengan 8 cucu. Rumah 
yang dia tinggali cukup baik, bangunan tembok, namun terlihat sederhana.

Rambut Andaryoko sebagian tampak memutih. Dia berkumis. Namun gaya sisiran 
rambutnya sama persis dengan gambar-gambar tokoh Supriyadi yang selama ini 
beredar luas.

Sabtu (9/8/2008) lalu, Andaryoko membuka diri ke publik saat peluncuran buku 
berjudul 'Kesaksian Supriyadi'. Penulisan buku ini dibantu sejarawan dari 
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Baskara T Wardaya. Kemunculan buku 
menjelang HUT Kemerdekaan ke-63 RI ini cukup mencengangkan publik di tengah 
misteri menghilangnya Supriyadi.
(asy/nrl) 

Kirim email ke