kakarak pamahaman di wacana MMI tos benten kieu..kumaha sareng anu aslina di
Pakistan/Yaman...kumaha lamun lintas batas asliran antawis Hizbut
Tahrir...Taliban...Jamaah Islamiyah (Pakistan)...Riweuh oge...

On 8/12/08, Waluya <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Ustad Abu Bakar Ba'asyir kaluar ti Majelis Mujahidin Indonesia (MMI),
> sabab
> beda "tafsir" jeung wakilna di MMI. Salah sahijina beda tafsir perkara
> pamimpin (Imam). Beja lengkepna dihandap ieu:
>
> GATRA, 39 / XIV 13 Agu 2008
>
> NASIONALMAJELIS MUJAHIDIN
> Ustad Berpisah Jamaah Terbelah
>
> Kongres III Majelis Mujahidin digelar di Yogyakarta. Ustad Abu Bakar
> Ba'asyir
> mundur dan mendirikan jamaah baru. Kedua institusi yang mengusung syariat
> Islam
> itu akan diuji oleh waktu.; Syiah, Ahmadiyah, dan Komunis; Ini Pembunuhan
> Karakter
>
> Gedung Mandala Bhakti Wanitatama, Yogyakarta, Sabtu dan Ahad pekan ini,
> kembali
> jadi saksi sejarah. Sebuah hajatan nasional digelar, dengan tema
> ''Indonesia
> Bersyariah Solusi Tepat Salah Urus Negara''. Di tempat ini, pada 5-7
> Agustus
> 2000, Kongres I Mujahidin digelar.
>
> Ketika itu, Ustad Abu Bakar Ba'asyir (ABB) hadir dan menyampaikan makalah
> ''Sistem Kaderisasi Mujahidin dalam Mewujudkan Masyarakat Islam''. Dalam
> Kongres
> III Mujahidin kali ini, sebulan sebelum dilaksanakan, ABB mundur dari
> Majelis
> Mujahidin Indonesia (MMI), di tengah semangatnya yang menggebu-gebu untuk
> mewujudkan masyarakat dan organisasi secara Islami.
>
> Menurut ABB, Majelis Mujahidin, meskipun tujuan perjuangannya sudah Islami,
> yakni dakwah dan jihad, sebagai institusi perjuangan Islam masih menerapkan
> sistem kepemimpinan yang tidak dikenal dalam ajaran Islam. ''Sejak awal,
> saya
> melihat kekeliruan ini, dan saya sejak awal menolak diangkat menjadi Amir
> Mujahidin,'' katanya kepada Gatra.
>
> Tapi, karena desakan dan demi kemaslahatan umat, akhirnya dia bersedia.
> ''Itu
> untuk sementara, sambil mengajak pengurus untuk kembali pada sistem ajaran
> Islam, al-jamaah wal imamah,'' ia menandaskan. Tapi rupanya apa yang
> dicita-citakan ABB mendapat penolakan dari dalam, baik dari kalangan ahlul
> halli
> wal aqdi maupun dari kalangan tanfidziyah.
>
> Dalam struktur MMI, ada ahlul halli wal aqdi (AHWA), yang bertindak semacam
> majelis syuro, dan tanfidziyah yang menjalankan roda organisasi
> sehari-hari.
> Tanfidziyah bekerja dengan kontrol penuh dari AHWA. ''Tapi rupanya
> tanfidziyah
> berjalan sendiri tanpa mau mendengar nasihat dan saran-saran dari Ustad
> Abu,''
> kata Fauzan Al-Anshari, Ketua Departemen Data dan Informasi MMI, yang pada
> Juni
> 2007 dipecat dari jabatannya.
>
> Pemecatan Fauzan itu, menurut Irfan Suryahadi Awwas, karena yang
> bersangkutan
> melanggar kebijakan institusi. ''Dia mengusung ABB for president, padahal
> kami
> tidak pernah membicarakan masalah tersebut,'' tutur Irfan.
>
> Tahun lalu, Fauzan memang melemparkan wacana ABB for president. ABB
> sendiri,
> meski tidak bersedia, tak sampai memberikan sanksi kepada pengusungnya.
> Ketika
> skorsing dan pemecatan dijatuhkan kepada Fauzan, ABB pun tidak setuju. Tapi
> pihak tanfidziyah, yang didukung Ustad Muhammad Thalib, wakil AHWA,
> bersikukuh
> pada pendiriannya. Fauzan tetap dipecat per 30 Juni 2007.
>
> Dalam perkembangannya, agenda perselisihan terus bertambah. Persoalan
> pokoknya
> adalah ketika ABB mengusung ide al-jamaah wal imamah, sebuah konsep jamaah
> dengan kepemimpinan berada pada satu komando, amir. Jika ide ABB ini
> diwujudkan,
> maka tanfidziyah hanya menjadi pelaksana. Amir adalah komando tertinggi dan
> wajib ditaati. ''Sekarang yang terjadi terbalik, tanfidziyah menjadi
> lembaga
> superbody,'' kata Fauzan.
>
> Keluarnya ABB dari MMI diikuti sejumlah pengurus daerah. Kepengurusan
> Majelis
> Mujahidin Lajnah Perwakilan Jakarta, yang dipimpin Haris Amir Falah,
> membubarkan
> diri. Haris secara resmi mundur tapi malah dipecat oleh pihak tanfidziyah.
> Ketua
> Lajnah Jawa Timur, Akhwan, lebih dulu dinonaktifkan. Di beberapa daerah,
> kondisinya mulai menghangat. Mereka yang keluar atau dipecat kini berimam
> kepada
> ABB. Oleh ABB, mereka ditampung dalam wadah bertitel Jamaah Ansharu-Tauhid,
>
> yang
> segera dideklarasikan.
>
> Bagi sebagian orang, MMI tanpa ABB tidak ada apa-apanya. MMI ya ABB, ABB ya
>
> MMI.
> ''Perjuangan institusi dalam menegakkan syariah tanpa figur Ustad Abu
> hanyalah
> slogan tanpa makna,'' Haris Amir Falah menegaskan. Tapi Irfan Suryahadi
> Awwas
> menepisnya. ''Dalam tradisi mujahidin, tidak ada kultus individu,'' kata
> Irfan
> kepada Arif Koes Hernawan dari Gatra. ''Kami punya keyakinan bahwa pemimpin
> boleh datang dan pergi, tapi perjuangan terus berlanjut dan tidak bisa
> digantungkan pada individu tertentu,'' ujarnya. ''Kita ini punya Allah, kok
> bergantung pada figur? Ini konyol,'' ia menambahkan.
>
> Rupanya dua kubu itu tak lagi bisa disatukan. ABB resmi memisahkan diri
> dari
> MMI. Jamaah pun terbelah. MMI mengandalkan sistem, sedangkan Jamaah
> Ansharu-Tauhid mengusung figur. Eksistensi keduanya akan diuji oleh waktu.
>
> Herry Mohammad
>
> Muhammad Thalib:
> Syiah, Ahmadiyah, dan Komunis
>
> Muhammad Thalib sehari-hari adalah ustad dan penulis buku-buku keislaman.
> Di
> MMI, Thalib adalah wakil AHWA, yang tidak lain adalah wakil Ustad Abu Bakar
> Ba'asyir. Perawakannya sedang, tapi kalau bicara meledak-ledak.
> Hampir-hampir
> tak pernah menggunakan bahasa sindiran, selalu berterus terang. Kepada Arif
>
> Koes
> Hernawan dari Gatra, yang menemui Thalib di rumahnya di Yogyakarta, Senin
> pagi
> lalu, Thalib memperjelas tuduhannya itu. Petikannya:
>
> Ustad Abu Bakar Ba'asyir (ABB) mundur dari MMI, Anda sebagai penyebab?
>
> Saya ingin menyampaikan dua pokok persoalan. Persoalan ideologi dia dan
> keanggotaan dia di MMI. Kalau persoalan keanggotaan, pada 13 Juli dia
> menyatakan
> mundur.
>
> Pada 22 Juni 2008, ketika diadakan sidang pleno ahlu hali wal ahdi (AHWA)
> di
> Jakarta yang saya tidak bisa hadir, saya berikan surat yang mewakili
> kehadiran
> saya. Dalam surat itu saya sebutkan, ideologi yang dibawa ABB adalah
> ideologi
> Syiah dan Ahmadiyah. Karena itu, ideologi itu bertentangan dengan ideologi
> ahlus-sunah waljamaah, dengan Quran dan hadis. Sidang pleno menawarkan dua
> macam
> penyelesaian. Pertama, ABB mundur dengan baik-baik atau (kedua) dia
> dipecat.
> Itu
> usulan saya dalam surat.
>
> Ternyata, apa yang saya tulis dalam surat itu tidak didalami untuk menjadi
> pertimbangan dalam rapat. Justru dibelokkan dengan adanya isu bahwa ada
> pertentangan kepentingan antara M. Thalib dan ABB. Ini pengkhianatan secara
> konspiratif.
>
> Siapa yang membelokkan?
>
> ABB dengan kelompoknya. Karena dia menyanggah bahwa dia tidak Syiah, tidak
> Ahmadiyah. Karena itu, pada 22 Juni itu ditolak tanfidziyah. Bahwa
> keputusan
> pokok itu tidak dapat diterima oleh majelis, maka diselenggarakanlah rapat
> pleno
> pada 13 Juli. Dibuka kembali hal yang tidak jelas itu.
>
> Akhirnya ABB tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan anggota AHWA,
> Kamalludin
> Iskandar, dan Ketua Tanfidziyah Irfan S. Awwas, seperti surat saya. Pada 22
>
> Juni
> dan 13 Juli, saya sengaja enggak mau hadir karena menghindari kesan
> rekayasa.
> Seolah membentuk opini mendiskreditkan ABB.
>
> Fakta-faktanya apa saja?
>
> Doktrin yang sesat itu, pertama, bahwa imam itu berlaku seumur hidup dan
> tidak
> boleh ada penggantian selama sanggup memimpin umat. Kedua, imam tidak
> bertanggung jawab kepada rakyat. Jadi, kalau persoalan imam menggunakan
> harta
> kekayaan, rakyat tidak punya hak bertanya. Kekayaan organisasi yang dipakai
>
> imam
> itu hak imam, dan rakyat tidak bisa minta pertanggungjawaban. Ini doktrin
> Mirza
> Ghulam, Ahmadiyah.
>
> Selain itu?
>
> Lalu ulama-ulama kelompok mereka, Jamaah Islamiyah, adalah ulama yang
> mendapat
> nur dari Allah sehingga tidak bisa salah. Ini keyakinan Syiah. Musyawarah
> itu
> tidak mengikat imam. Hasil musyawarah tidak wajib diikuti imam. Imam itu
> bebas
> dari pemikiran siapa saja. Musyawarah tidak mengikat imam. Ini juga paham
> Syiah.
> Kalau Islam yang benar, musyawarah itu kewajiban. Nabi saja melaksanakan
> keputusan musyawarah.
>
> ABB pun mengatakan, organisasi gerakan Islam, bila tidak menggunakan jamaah
> imamah yang dipimpin satu imam, juga tidak tunduk, maka bukan gerakan
> Islam.
> Itu
> hak khalifah. Saya katakan benar, sebab khalifah bertanggung jawab menjaga
> keselamatan rakyat dan tidak bisa menjalankan itu tanpa kekuasaan.
>
> Tapi, apa dia bisa menjamin keselamatan rakyat? Saudara mau enaknya
> sendiri.
> Inilah mental komunis. Menuntut hak kepemimpinan, tapi kewajiban pada
> rakyat
> tidak dijalankan. Pemimpin mutlak, tapi nggak bertanggung jawab pada
> rakyat.
> Ideologi kamu ini ideologi apa? Kalau komunis, kan rakyat itu untuk partai,
>
> dan
> partai adalah pemimpin.
>
> Kenapa tuduhan-tuduhan pada ABB itu baru Anda lontarkan sekarang?
>
> Lho, ABB itu dipenjara empat tahun, terpisah dengan kami. Jadi, satu
> setengah
> tahun pertama saja dengan kami. Setelah keluar, dia menggerogoti MMI. Mulai
> dengan tingkah laku yang aneh-aneh. Saya sudah peringatkan pada pengurus
> karena
> memang beda-beda pengalaman. Tapi ini kan organisasi, tidak ada hak
> istimewa.
>
> Langkah MMI selanjutnya?
>
> Meminta MUI melakukan klarifikasi pada ABB yang oleh MMI dipandang sesat.
> MMI
> sudah resmi menyatakan itu sesat. Termasuk bom Bali. Kami mau mengeluarkan
> sikap
> kalau tiga orang itu (maksudnya Mukhlas, Amrozi, dan Imam Samudra --Red.)
> mengakui siapa yang membuat bom. Kami tidak anggap itu jihad, tapi fitnah.
> Karena ada tiga kekuatan yang ingin selalu menguasai MM tapi tidak
> berhasil,
> yaitu intelijen pemerintah, Jamaah Islamiyah, dan orang-orang oportunis
> yang
> cari duit.
>
> Abu Bakar Ba'asyir:
> Ini Pembunuhan Karakter
>
> Tuduhan bahwa Ustad Abu Bakar Ba'asyir seorang ekstremis dan teroris, itu
> sudah
> biasa. Semuanya sudah terjawab di pengadilan bahwa dia tidak bersalah. Tapi
>
> kali
> ini ia dituduh Syiah oleh wakilnya sendiri di MMI. Kepada Herry Mohammad
> dari
> Gatra yang menemui Ustad Abu di markasnya di kawasan Petamburan, Jakarta
> Pusat,
> Senin siang lalu, Ustad Abu menepis tudingan itu. Petikannya:
>
> Latar belakang Anda mundur dari MMI?
>
> Saya berkeyakinan, di samping Allah menurunkan Islam sebagai ideologi hidup
> sebagai din, Allah juga menurunkan resep cara mengamalkannya. Pengamalan
> Islam
> yang benar itu ada di dalam sistem kekuasaan, bukan dikuasai, harus
> menguasai.
> Orang-orang yang berada di luar Islam boleh bernaung di bawahnya dan
> diperlakukan dengan baik dan adil.
>
> Musyawarah, di dalam sunah Yahudi, ketua ini terikat dengan hasil
> musyawarah,
> dan hasil musyawarah dianggap sah kalau disetujui mayoritas, yaitu 50% plus
> satu, misalnya. Itu sistem yahudi. Kalau dalam Islam, jika seorang pemimpin
> ditunjuk, namanya bisa imam atau amir, punya otoritas seperti komandan,
> wajib
> ditaati. Senang atau tidak senang, kamu sependapat atau tidak, selama
> perintahnya tidak melanggar pokok pokok syariat, wajib sami'na wa 'ata'na
> (didengar dan ditaati).
>
> Bagaimana dengan musyawarah? Dia membentuk badan musyawarah sewaktu-waktu.
> Kalau
> memerlukan satu pemikiran, pandangan orang lain, dia memilih orang-orang
> yang
> ahli ilmu dan tokoh-tokoh masyarakat. Itu namanya majelis syuro. Lalu dia
> minta
> pandangan, ini ada persoalan begini, bagaimana? Misalnya ada pandangan
> A-B-C,
> dia milih mana yang dia yakini sesuai dengan kebutuhannya.
>
> Bagaimana dengan MMI?
>
> Di MMI, masih dipakai sistem kepemimpinan kolektif. Ndak ada itu dalam
> Islam.
> Maka, saya bilang, ini sistem sekuler yang datang dari sunah Yahudi. Mereka
> marah. Di MMI ada seorang pinter, namanya Ustad Muhammad Thalib. Orang ini
> orang
> pinter, tapi tampaknya belum sampai ke sana pikirannya. Terjadilah diskusi,
>
> saya
> malah dituduh Syiah. Saya bilang, tidak mesti orang Islam itu pakai imamah
> Syiah.
>
> Ada perbedaannya. Kalau Syiah, pemimpin itu ma'sum (tidak pernah salah).
> Kalau
> ahlus-sunnah wal jamaah, tidak. Imam itu tidak ma'sum. Kapan imam diganti?
> Kalau
> wafat atau belum wafat tapi lemah, nggak bisa ngurusi lagi, sakit-sakitan,
> atau
> melanggar syariat yang membawa pada kekafiran. Itu baru diganti.
>
> Apakah dengan mundurnya Anda, silaturahmi putus?
>
> Meskipun saya mundur, kami masih bisa berkerja sama dari luar dalam hal-hal
>
> yang
> memang diperlukan kerja sama. Silaturahmi tetap jalan. Sebagai seorang
> muslim
> yang meyakini kewajiban hidup berjamaah, saya mundur bukan lalu diam. Saya
> akan
> mengamalkan perjuangan dengan sistem berjamaah. Saya sudah membentuk jamaah
>
> yang
> menjadi sarana perjuangan menegakkan Islam. Namanya, Jamaah Ansharu-Tauhid
> (JAT). Nanti, setelah Kongres MMI usai, JAT akan diumumkan secara terbuka.
>
> Apakah usulan Anda itu tidak dibahas di kongres?
>
> Saya pernah mengusulkan, cobalah kita bicarakan di kongres. Saya
> ber-hujjah,
> ini
> ber-hujjah, nanti yang lain menilai mana argumen yang lebih kuat, kemudian
> diterima. Kalau memang yang diterima dia, dan argumen saya lemah, akan saya
> terima. Ya, nanti konsekuensinya saya harus mundur, itu di dalam kongres.
> Kalau
> mayoritas setuju argumen saya yang diterima, ya, MMI harus ikut majlis
> imamah.
> Yang tidak setuju boleh terus ikut, boleh juga mundur. Kalau dalam kongres,
>
> kan
> enak persoalannya. Tapi usulan ini tidak disetujui, pintu sudah ditutup.
> Menurut
> Thalib, pengikut kongres itu bodoh-bodoh, tidak akan ngerti.
>
> Apa tujuan Anda membentuk JAT?
>
> Ya, agar ditolong oleh Allah. Pertolongan Allah itu datang jika memenuhi
> dua
> syarat. Pertama, niatnya ikhlas. Kedua, caranya benar. Nah, cara yang benar
>
> itu
> meliputi tujuannya benar demi tegaknya khilafah. Sistem perjuangannya
> benar,
> yaitu dakwah dan jihad. Sistem jamaah organisasinya benar, yaitu jamaah dan
> imamah. Termasuk sistem syuro-nya. Mudah-mudahan, dengan membentuk jamaah
> ini
> bisa mendekati hadirnya pertolongan Allah, karena perjuangan tidak akan
> menang
> tanpa pertolongan Allah.
>
> Saya tidak sepakat jika ada yang bilang, jika umat Islam tidak bersatu,
> akan
> kalah. Umat Islam tidak bisa bersatu sebelum ada ulil amri. Kalahnya umat
> Islam
> itu kalau tidak ada pertolongan Allah. Kalau ormas-ormas dan orpol-orpol
> masih
> begini caranya, tidak mau muhasabah (instrospeksi), ndak akan ada
> kemenangan.
>
> Bagaimana dengan tuduhan bahwa Anda Syiah, Ahmadi...
>
> Saya dituduh Syiah tulen, juga Ahmadi, tapi tidak berani berhadap-hadapan.
> Kesimpulan saya, ini pembunuhan karakter supaya orang tidak percaya kepada
> saya.
>
> 
>

Reply via email to