Euleuh geuningan,...
Didiyeu mah seu'eur sesepuh anu tiasa ditaros kumaha kaayaan bandung kapungkur?
Eta meni emut keneh kana lalakon hiji tempat. Duka pedah kulantaran buligirna 
atapi kumaha eta teh? 
heureuy ach tong dilebetkeun kana pesak :D

Enya eta oge, kaleresan abdi ayeuna kuli ka urang walanda. Eta dunungan sigana 
teh masih aya terah ka urang walanda nu pernah di bandung, margi unggal bade 
mulang tiap dinten jumaah, sok sakecap dua kecap naroskeun kumaha bandung 
ayeuna.

kabayan
Kerjaan di Bandung kontak saya yach!

--- On Wed, 8/27/08, H Surtiwa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: H Surtiwa <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [Urang Sunda] Sepenggal Cerita Babakan Siliwangi
To: urangsunda@yahoogroups.com
Date: Wednesday, August 27, 2008, 2:12 AM










    
            Kuabdi bade dibetot deui katukang 10 taun..nyaeta taun 1963 an 
samemeh Gestapu..eta BS teh namina Lembah Siliwangi..hejo ngagedod 
kusawah....ti Jalan dayang Sumbi tiasa nningali plong ka Jambatan diluhureun 
Cikapundung. ....Sonten 2 atanapi enjing2 caket jambatan teh aya cai nyusu..anu 
herang..ku Ibu2 sabudereun Cibarani sok dianggo nyeuseuh atanapi ibak...wah.. 
pamandangan anu seger...Kitu deui dihandapeun jambatan..seueur Ibu2 anu Ibak 
sareng berkarya..teu nganggo bikini..alias singsat samping..bujur 
buligir..alamiah. ..Ayeuna moal aya deui anu kitu...



On 8/27/08, dedi dedi <[EMAIL PROTECTED] co.id> wrote:







Aduh ... jadi emut abdi nuju barudak keneh ( th.1977 an )
ngiring ngusep sareng alm.pun Bapak ... lempang motong jalan
ti pamandian Tjihampelas ( iyeu oge di ical wartos namah ! )
mapay walungan cibarani .. torojolna teh jalan Siliwangi sateuacan
jembatan .. lempang deui sakedik ( da harita mah ... mapay disisi
jalan teh ... teu pati sieun teuing kasarempet ku mobil .. beda jeung
jaman kiwari ! ... lieur kiwari mah ) terus sampe ka palataran parkir
anu luas .... ari pun Bapak Alm.mah langsung ka balong disabelah katuhu,
( mayar ngusep na teh ti isuk ka sore ... masih 5000 perak )
kuring mah jeung lanceuk sok terus lumpat ka tempat mainan barudak sabelah
kenca ti lapangan ... nyaeta aya poporosotan, patung munding jeung patani keur
niup suling   ..... lamun geus bosen naik kaluhur ningali sok aya anu ngadu 
domba,
( duka tah ayeuna mah ...kondisina ? )
Wah mun dicarioskeun sadayana, sigana seuer teuing,
Tah kitu baraya ..... ari saya secara pribadi mah ngadukung eta tempat teh kudu 
dijaga
/ dilestarikeun kuurang sararea ( terutama Pemkot Bandung ) kanggo warisan urang
ti anak incu ka harep.
 
Salam,
 
DJ.

 


----- Pesan Asli ----
Dari: Abu Kasya <[EMAIL PROTECTED] com>

Kepada: [EMAIL PROTECTED] .com; [EMAIL PROTECTED] ups.com

Terkirim: Rabu, 27 Agustus, 2008 09:58:48
Topik: [Urang Sunda] Sepenggal Cerita Babakan Siliwangi




punten panjang teuing upami disundakeun mah :)
 
Sepenggal Cerita Babakan Siliwangi
Ema Nur Arifah - detikBandung

http://bandung. detik.com/ read/2008/ 08/23/121141/ 993175/490/ sepenggal- 
cerita-babakan- siliwangi


 


Bandung - Papan nama usang berwarna biru muda yang pudar disertai warna karatan 
di beberapa bagian terpancang dengan tulisan Rumah Makan Babakan Siliwangi 
sedikit bersembunyi di balik dedaunan. Namun papan inilah yang menunjukan 
kawasan ini sebagai Babakan Siliwangi, paru-paru kota yang selalu menuai 
kontroversi.


Rumah makan ini berdiri di lahan yang disebut Lebak Siliwangi. Akibat kebakaran 
tahun 2003 lalu, yang tertinggal hanya reruntuhan.

Berada di persimpangan Jalan Cihampelas, Jalan Ciumbuleuit, dan Jalan 
Tamansari. Dari luar tak tampak seperti tempat wisata. Tukang tambal ban 
menyambut kedatangan kala memasuki kawasan ini. Kemudian kios kecil dengan 
baju-baju bergelantungan di tali jemuran.


Menuruni beberapa anak tangga atau tanah yang melandai sampai pulalah di Jalan 
besar yang menghubungkan Jalan Cihampelas dan Jalan Ganesha. Jalan yang diapit 
oleh rimbunnya pepohonan.

Dua galeri seni berdiri berdampingan. Di kedua galeri yaitu Mitra Art Center 
dan Sanggar Olah Seni (SOS) ini tampak beberapa orang tengah memulaskan warna 
di atas kanvas. Mungkin hanya dua galeri inilah yang masih memberikan identitas 
bahwa tempat ini sebuah kawasan wisata.


Menurut Ketua SOS, Syarif Hidayat asal mula nama Lebak Siliwangi adalah Lebak 
Gede. Walikota Bandung saat itu, Otje Djunjunan melihat kawasan Lebak Siliwangi 
potensial untuk dijadikan tempat wisata..

Maka pada tahun 1970-an dibuatlah rumah makan dengan nama Rumah Makan Babakan 
Siliwangi. Dari sana pula pemerintah Jawa Barat melihat wisata lainnya. Maka 
atas gagasan seniman Popo Iskandar, Barli, Tony Yusuf dan seniman lainnya 
Sanggar Seni SOS didirikan pada 1982. Peresmiannya dilakukan oleh Menteri 
Pariwisata saat itu Jove Ave.


Kedua galeri ini menawarkan pembelajaran dan pembinaan akan seni, tak hanya 
seni rupa tapi juga teater, musik dan seni lainnya. Diciptakan sebagai ruang 
budaya antara seniman dan masyarakat.

Syarif menuturkan, setiap bulannya pada minggu pertama di tempat ini biasa 
diadakan seni adu domba. "Kalau dulu adu domba ini lebih sering dilakukan 
lagi," jelasnya.


Menyusuri jalanan hingga menembus Jalan Cihampelas, kawasan ini terlihat tidak 
begitu terawat. Kawasan yang secara geologi sebagai tempat resapan air ini 
tercatat sebagai salah satu kawasan terbuka hijau di Kota Bandung.


Pohon-pohon rimbun hijau hampir memenuhi keseluruhan wilayah. Dingin dan sejuk 
jika dibandingkan kawasan olahraga Sabuga yang berbatasan langsung dengan 
kawasan ini yang tampak panas, gersang dan berdebu. Namun di beberapa titik 
tampak tumpukan-tumpukan sampah di antara pepohonan yang juga tidak tertata. 
Reruntuhan bangunan yang tak lagi terjamah serta beberapa gubug kecil berdiri 
menjadi 'penghias' lain.


Untuk tempat seluas itu, hanya seorang perempuan bernama Eli yang dipercaya 
pemerintah untuk menjaga tempat ini. Dia mengaku menggantikan suaminya yang 
dulu menjaga tempat ini. "Saya menjaga agar tempat ini tidak digunakan oleh 
orang yang macam-macam," jelasnya.


Eli juga mengaku tidak ada yang menjaga datang untuk melakukan pemeliharaan 
lingkungan di tempat ini.

Menurut Pengelola Mitra Art, Herman R Suwarna yang memelihara lingkungan masih 
hanya orang-orang yang tinggal di kawasan ini termasuk para seniman. Herman 
mengusulkan penerpaan konsep eco wista di Babakan Siliwangi, misalnya dengan 
menata pohon dan memberikannya nama latin untuk menambah wawasan pengunjung.


Tahun 2001 lalu, penataan dan pengelolaan kawasan ini menjadi kawasan wisata 
terpadu dicetuskan Walikota Bandung saat itu, Aa Tarmana. Di dalamnya akan 
dibangun apartemen, wahana kawula muda, pusat seni, serta rumah makan.


Perencanaan yang sudah menggandeng developer PT EGI ini menjadi kontroversi 
baru meski PT EGI menjanjikan akan melakukan penataan terhadap pohon-pohon di 
tempat ini.

Kontroversi itu kini kembali mencuat. Berbagai kepentingan saling bersuara 
untuk mendudukan kawasan ini pada posisi semestinya. Posisi dari sudut pandang 
yang berbeda di mata pemerintah, pengembang, seniman dan masyarakat.


Semua memiliki dalih dan kepentingan termasuk kekhawatiran para masyarakat dan 
seniman akan terancamnya kembali satu paru-paru kota. Sekaligus hilangnya satu 
wilayah kreatifitas yang menjadi media pembelajaran bagi tangan-tangan pecinta 
seni.


Memang, oase hijau ini seperti kue lezat yang memikat. Dalam perjalanannya 
menuai kontroversi panjang dengan mempertanyakan, siapa yang akan menikmati kue 
lezat ini nanti?
(ema/ema) 



Dapatkan nama yang Anda sukai! 

Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. 
 


      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Kirim email ke