Enya nya..memang aya nu nyebut Obama teh Presiden Endonesa kitu ? Heuheuy
deudeuh prestasi batur teh ditolak kabehnya..kulantaran nganut tiori
konspirasi tea..Soal Obama rek ngaruh atanpai teu ngaroh teu aya hubungan
keur ngabahas kumaha prestasi si budak asal menteng SD na.......

On 11/17/08, Roro Rohmah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>    Ih, Kang… ni keqih kitu ka Obama teh… pedah naon Kang? Teu kapeto
> janten mentri? Heuheu...
>
> Bae we atuh Bah Willy ngiring reueus oge, da abdi ge sami... ketang, aya
> leresna oge urang teu keudah ngagung-ngagung anjeuna… Masing dilain-lain ge,
> kapi naon urang ka Obama? Persiden urang, lain!
>
> Cing urang tungguan kumaha ketakna Obama jadi Persiden Amrik... ngaruh teu
> keur nagara urang nu pangdipikacinta? (heuheu, ni gaya uing jiga pengamat
> politik bae... hehehe... punten baraya).
>
> Tah, aya iberna, punten kanu kantos maos. Nyanggakeun...
>
>
>
> ro2
>
>
>
> **
>
> *Obama Bukan Presiden Indonesia!*
>
> *Iwan Kamah - Jakarta***
>
> http://community.kompas.com/index.php/read/artikel/1535
>
> *Beberapa jam setelah Senator Obama menang dalam pemilu, Presiden Bambang
> Yudhoyono memberi ucapan selamat sambil sedikit bernada "memohon", dengan
> mengingatkan masa kecil Obama di Indonesia. Siapa tahu Obama agak berbaik
> dan punya kebijakan khusus untuk Indonesia. Memang Presiden SBY punya
> kesempatan bertemu Presiden Barack Obama hingga 20 Oktober 2009. Bisa
> menjadi tamu atau menjamu saat Obama 'welcome home" ke Indonesia. *
>
> Nada SBY itu menjadi cerminan publik Indonesia yang begitu antusias
> merayakan kemenangan Obama, sehingga terkesan berlebihan. Bahkan, kawan saya
> bilang, "orang Indonesia seperti orang Amerika yang tak punya hak
> pilih".Hanya karena Obama pernah tinggal di Jakarta dan berayah tiri pria
> Jawa, kita merasa Obama milik Indonesia. Yang kita harus ketahui, Obama
> dipilih oleh rakyat Amerika. Dia harus membayar harga itu mati-matian dengan
> menjalankan kebijakan yang menguntungkan Amerika. Tidak peduli dengan negara
> lain. Apakah itu Kenya atau Indonesia, ya kalau tak menguntungkan Amerika,
> buat apa dibela atau diurusin.
>
>
> *"Hitler's birthplace syndrome" *
>
> Wajar kalau orang Indonesia semarak dengan kemenangan Obama. Belum pernah
> dalam sejarah kita ada presiden negara asing yang punya kaitan emosional
> dengan Indonesia seperti kasus Obama. Apalagi Obama akan menjadi presiden
> dari negeri terkuat di dunia. Di Suriname, sebuah negeri nan jauh di Amerika
> Selatan sana, memang banyak politisi dan menteri berdarah Jawa. Bahkan
> mereka mencanangkan tahun 2012 akan ada orang Jawa menjadi presiden
> Suriname. Ya, mau Amerika atau Suriname, tetap aja mereka akan bela dan
> mementingkan negeri mereka.
>
> Kalau saya analisa, kaitan Obama dengan Indonesia mungkin bisa dijelaskan
> dengan teori yang saya sebut "Hitler's birthplace syndrome". Kalau mau
> dibilang sebuah penyakit, sindrom ini memperlihatkan, bahwa memori, latar
> belakang dan memori seseorang tidak akan membawa nilai positif terhadap
> tingkah lakunya.
>
> Lihatlah Hitler. Dia kelahiran kota Wina, Austria. Namun dia menyerbu
> negeri kelahirannya, setahun sebelum Perang Dunia Kedua dimulai. Orang yang
> terkena gejala ini banyak. Umumnya orang pemerintahan Amerika. Jenderal
> Dwight Eisenhower (kemudian menjadi Presiden AS ke 34), harus menghancurkan
> Jerman dan akhirnya mengalahkan Hitler. Padahal kedua orang tuanya berdarah
> Jerman. Henry Kissinger, penentu kebijakan luar negeri AS selama tiga
> dasawarsa, juga kelahiran Jerman. Tapi tak gunanya nostalgia itu bagi
> Jerman.
>
> Lebih parah lagi, sewaktu Jimmy Carter (yang tak punya pengalaman luar
> negeri) menjadi presiden AS ke-39, dia memilih seorang strategis berotak
> cemerlang kelahiran kota Warzawa (Polandia). Namanya  Zbigniew Brzezinski,
> untuk menjadi Ketua Dewan Keamanan Nasional. Dalam menjalankan kebijakannya,
> Brzezinksi harus menghancurkan reputasi dan hegemoni negara-negara Pakta
> Warzawa (blok komunis), yang kala itu sedang hangat-hangatnya perang dingin
> antara AS (kapitalis) dan Uni Soviet (komunis).
>
> Di Indonesia, memang ada beberapa orang pejabat asing kelahiran Indonesia
> atau memiliki kaitan emosional dengan negeri ini. Tetapi hal itu terbukti
> tidak bermanfaat.
>
> Paul Wolwofitz, bekas dubes AS di Jakarta, arsitek Perang Teluk dan mantan
> Presiden Bank Dunia, memiliki ikatan emosional dengan Jawa. Istrinya pandai
> bicara Jawa dan lama mondok di sini waktu ikut program AFS. Ya itu tadi,
> nostalgia ya nostalgia. Amerika tetap nomor satu. Neneknya Lee Kuan Yew,
> pendiri Singapura berasal dari kota Semarang. Lalu apa untungnya buat
> Indonesia? Gak ada! Tun Abdul Razak, PM Malaysia adalah keturunan bangsawan
> Bone, Sulawesi Selatan. Tapi tak bermanfaat fakta itu untuk kita. Bahkan
> anaknya, Najib Razak, calon PM Malaysia, merampas pulau Sipadan dari kita.
>
> Lihat saja, apa untungnya Austria dengan Gubernur California Arnold
> Scharwznegger (kelahiran Wina)? Nggak ada! Paling-paling cuma dibuatkan
> patung di kota kelahirannya. Hanya sebatas kebanggaan!
>
> *Obama dan Ann Dunham*
>
> Sebaiknya kita tidak usah berharap dan berlebihan meminta sesuatu dengan
> Obama untuk Indonesia. Dia dipilih dan dibiayai oleh rakyat Amerika, bukan
> kita. Apalagi diperburuk bahwa Obama seorang dari partai demokrat. Kita
> semua tahu, presiden AS dari partai demokrat sangat kritis dan kurang
> menyukai Indonesia. Jimmy Carter dari demokrat adalah presiden AS yang
> paling tidak suka dengan Indonesia. Bill Cinton yang juga dari kubu yang
> sama, membiarkan (atau memang memaksa) Timor Timur lepas dari Indonesia.
> Padahal, pendahulunya (semuanya kaum republik), mendukung, membela dan
> mempertahankan posisi membela Indonesia dalam kasus Timor Timur di panggung
> internasional.
>
> Yang kita bisa tahu dari Obama adalah ibu kandungnya yang cinta negeri
> kita. Dia mau menikah dengan pria Jawa dan bersusah payah tinggal di Jakarta
> sambil menyelami budaya kita. Padahal di Honolulu lebih enak dan nyaman.
> Kalau disuruh pilih siapa yang pantas menjadi presiden AS, Obama atau Ann
> Dunham? Saya pilih ibunya.
>
> Obama sendiri tidak pernah secara terbuka atau blak-blakan memuji (memang
> tidak ada yang bisa dipuji) atau menyebut Indonesia dengan nada bangga
> (memang tidak ada yang bisa dibanggakan). Dia lebih senang menyebut
> "pengalaman kecil saya di Asia Tenggara", daripada "masa kecil saya di
> Indonesia". Obama juga tidak aktif membela Indonesia di Kongres. Beberapa
> anggota Kongres AS dibiarkannya, yang sok ikut campur dan tidak mengerti
> masalah lokal sini, sampai berani menggugat integritas Papua dengan
> Indonesia. Indonesia sudah menjadi negeri asing bagi dia, seraya mengecam
> kaum militer Orde Baru yang represif dalam bukunya.
>
> Obama tinggal dan sekolah di Indonesia, karena terpaksa ikut ibunya, bukan
> kemauan sendiri atau cinta dengan Indonesia. Ibunya-lah yang cinta
> Indonesia. Sangat naïve meminta Obama punya perhatian khusus kepada
> Indonesia.
>
> Obama adalah senator cemerlang dan memiliki visi ke depan. Jadi dia akan
> lebih rasional bertindak, sambil mengartikulasi sebuah hubungan baik antara
> AS dan RI dengan rinci yang berpijak pada kepentingan Amerika.
>
> Untuk lucu-lucunya, lebih baik kita membantu dan membiayai partai politik
> di Suriname seperti Kerukunan Tulodo Pranata Inggih (Partai Kesatuan dan
> Persatuan) atau Pertjaja Luhur (Partai Buruh). Siapa tahu mereka bisa
> menjadikan orang Jawa menjadi Presiden Republik Suriname. Nah, yang seperti
> ini tentu sedikit beda dengan kasus Obama. Namanya juga orang Jawa.
>
>
>
> >>> [EMAIL PROTECTED] 11/11/08 02:59PM >>>
> rek hideung rek bodas rek beureum, kafir yahudi, nasrani mah eweuh
> pulunganneunnana, lain akang meni........................ka si Obama, emang
> geus pernah kumaha kitu ka si obama teh?
>
> --- Pada *Sel, 11/11/08, Waluya <[EMAIL PROTECTED]>* menulis:
>
> Dari: Waluya <[EMAIL PROTECTED]>
> Topik: [Urang Sunda] Amerika: "Ngimpi bisa jadi kanyataan"
> Kepada: [EMAIL PROTECTED], urangsunda@yahoogroups.com,
> [EMAIL PROTECTED]
> Tanggal: Selasa, 11 November, 2008, 6:08 AM
>
>  Kuring kungsi nonton film "Missisipi Burning", film soal kumaha urang
> hideung di Amerika ditincak harkat darajatnya ku urang kulit putih di taun
> 1960'an. Sanggeus lalajo pelem eta, rarasaan teh teu mungkin Amrik dipimpin
>
> urang hideung. Tapi ieu Amerika dimana ngimpi bisa jadi kanyataan: Januari
> 2009, Amerika dipimpin ku kulit hideung .....
>
>  
>

Kirim email ke