sumpah ieu mah lain kuring nu nyebut. ngan di kirim ka dieu bane we keur
(saeutik) rame ku masalah mental penjajah... haha. geuning nu mikir jiga
kitu teh lain mang irpan wae...

d

---------- Forwarded message ----------

http://www.lampungp ost.com/cetak/ berita.php? id=2009032306240 876
Senin, 23 Maret 2009

OPINI

NUANSA: Bahasa Inlander

NASIB negara-bangsa Indonesia memang mengenaskan. Jauh sebelum merdeka, kita
dengan bangga berkata... menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia (satu
dari tiga butir Sumpah Pemuda). Karena sumpah itu, dalam perkembangan
selanjutnya, bahasa Indonesia kita pun melesat maju menjadi bahasa resmi,
bahasa persatuan, bahasa budaya, bahasa sains yang dipakai dalam pengajaran
di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi.

Malaysia pun iri dengan bahasa Indonesia. Kita bisa berdialog, berdiskusi,
dan berdebat dengan bahasa Indonesia. Berbeda dengan orang Malaysia harus
berbahasa Inggris ketika harus berdiskusi karena merasa ada hambatan ketika
berdiskusi dengan bahasa Melayu. Orang Malaysia pun berkata, "Bahasa
Indonesia itu indah. Orang Indonesia seperti berpuisi ketika berbicara."

Pengakuan betapa bahasa Indonesia (bahasa Melayu modern) bukan hanya dari
negara tetangga kita. Peneliti-peneliti lingustik pun mengakui bahwa bahasa
Melayu (bahasa Indonesia) adalah salah satu dari bahasa di dunia yang indah.

Wajar saja kalau Indonesia banyak penyair, cerpenis, novelis, dan sastrawan.
Teks Sumpah Pemuda saja ditulis dengan puisi berbahasa Indonesia. Pembukaan
UUD 1945 saja dirumuskan dengan bahasa Indonesia yang baik, sistematis, dan
tentu saja nyeni.

Tapi, kebanyakan kita, terutama para pemimpin negeri ini (mungkin tidak
semua) masih tidak percaya diri dengan kemampuan bahasa Indonesia menjadi
bahasa yang terhormat, menjadi bahasa kebudayaan, menjadi bahasa ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Sebuah pendapat mengemuka: untuk menguasai sains (ilmu pengetahuan dan
teknologi), orang harus mengusai bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.
Orang-orang tidak percaya sains bisa diajarkan dengan bahasa Indonesia.
Maka, sekolah-sekolah mengubah bahasa pengantarnya dari bahasa Indonesia ke
bahasa Inggris. Biar lebih mudah belajarnya!

Benarkah? Ternyata, hasil penelitian menunjukkan gara-gara pengajarannya
menggunakan bahasa Inggris, minat pelajar Malaysia kepada sains terutama IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam) dan Matematika menurun.

Direktur Eksekutif Pembina (Permuafakatan Badan Ilmiah Nasional) Malaysia,
Abdul Raof Hussin, mengatakan suatu kajian yang dilakukan Pembina,
penyampaian bahasa Inggris dalam pelajaran IPA dan Matematika sejak 2003
hanya mampu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris sebesar empat persen saja.

Ternyata... masalahnya, kita tidak pede saja dengan yang kita punya. Padahal
orang lain malah cemburu dengan kita. Sobron Aidit dalam Melawan dengan
Restoran (2007), bertutur ternyata bule atau tamu non-Indonesia yang
mengunjungi Restorant Indonesia di Paris, Prancis, banyak yang bisa
berbahasa Indonesia dengan baik. Bahasa Indonesia dipelajari, paling tidak
di 73 negara.

Ah, kaum inlander, ternyata kita lebih banyak mindernya. Itu baru dari soal
bahasa. Belum lagi dalam soal lain. n ZULKARNAIN ZUBAIRI

_,___



-- 
d-: dudi herlianto :-q
~nyoba ngilu ngabauan dunya~
uaduq.co.cc

Kirim email ke