Berselancar di Batukaras SEPASANG turis asing melenggang santai ke pantai. Tubuh keduanya setengah telanjang. Saat keduanya berjalan, puluhan pasang mata wisatawan lokal--yang di antaranya anak-anak-- memeloti mereka. Entah apa yang ada di benak sejumlah wisatawan domestik tersebut di tengah hari yang panas itu.
Itulah pemandangan yang sudah lazim disaksikan di kawasan wisata Batukaras, Cijulang, Kab. Ciamis. Pada hari-hari tertentu, pasangan turis setengah bugil--bahkan bugil sama sekali--yang terlihat di pantai bukan hanya satu-dua pasang. Mereka bercengkrama di pantai, bersatu dengan turis domestik yang mulai meminati objek wisata berjarak 45 km ke arah selatan dari Pangandaran itu. Di bawah terik mentari mereka berjemur sambil mendengarkan ombak pantai selatan. Bosan berjemur, mereka berenang, menyatukan jiwa dan raga dengan air samudera. Sebagian dari mereka, tak sedikit yang surfing (berselancar) karena ombak di pantai ini sangat cocok untuk berenang dan olahraga surfing. "Pascatsunami dulu, alhamdulillah wisatawan mancanegara yang datang ke Batukaras pelan tapi pasti semakin bertambah. Tiap hari selalu saja ada turis yang datang, menginap di hotel dan menikmati keindahan pantai di sini," ujar Rudi (32), penyewa alat surfing di Pantai Batukaras. Kadang kehadiran para turis asing ke Batukaras itu mengundang perhatian turis domestik. Terutama karena cara berpakaian mereka yang berani terbuka, baik di pantai ataupun sekitar hotel. Namun, kata Rudi, hal itu sepertinya tidak perlu dipermasalahkan dan harus mulai dianggap wajar. "Lagi pula, masa berjemur, berenang, dan surfing berbaju komplet ya. Yang penting, kebiasaan mereka tidak memengaruhi kita saja," katanya sambil tersenyum. Rudi meminta agar kegiatan para turis asing itu jangan diganggu. "Biarkan mereka bebas seperti di Bali atau objek wisata pantai lainnya di dunia. Ulah digareuwahkeun atau diganggu. Jika diganggu, mereka akan malas datang ke Batukaras," ujarnya. Sebuah harapan yang tentu saja sangat wajar karena kehadiran wisatawan asing itu bisa menambah penghasilan mereka yang bekerja di sektor wisata, termasuk pemilik penginapan dan hotel, serta sejumlah kafe di Batukaras. Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis pun tentu diuntungkan dengan banyaknya bule yang berkunjung ke Batukaras. Belajar "surfing" Batukaras adalah salah satu objek wisata pantai yang potensial. Namanya sudah cukup mendunia. Jika berselancar di dunia maya (internet), akan ditemui cukup banyak catatan tentang Batukaras yang ditulis oleh penikmat wisata asing, termasuk penikmat olah raga surfing. Terletak sekitar 45 km dari Kawasan Wisata Pangandaran, Pantai Batukaras menampilkan panorama yang layat dilihat dan dinikmati. Yang pertama, tentu saja panorama alam pantainya yang luar biasa indah. Arahkanlah pandangan kita ke kanan atau kiri pantai di lokasi utama Batukaras, akan terlihat indahnya lekukan pantai yang menawan. Batu-batu berdiri kokoh di pinggir pantai, seakan menambah menawannya pemandangan. Keunggulan lainnya, pantainya landai dan memiliki teluk kecil, serta ombak yang relatif besar sehingga cocok bagi para surfer untuk melakukan surfing. Dengan kondisi alam seperti itu, para surfer (peselancar) sepertinya tidak perlu menguras tenaga untuk menuju titik awal datangnya ombak di lautan. "Cocoknya Pantai Batukaras untuk surfing ini, membuat banyak turis mancanegara dan domestik yang ingin mengasah kemampuannya menari di atas ombak datang ke sini. Mereka bisa mamantapkannya di sini. Karena alasan itulah, para turis asing banyak yang datang ke sini ketimbang ke Pangandaran," kata Gandhi, turis lokal asal Jakarta yang mengaku sering datang ke Batukaras. Guna memanjakan penggemar atau peminat surfing, di Batukaras banyak orang yang sengaja menyewakan berbagai surfboard (papan selancar) lengkap dengan instrukturnya. Board yang disewakan mereka cukup lengkap, baik untuk profesional, pemula, maupun papan untuk tengkurap di atas laut. Semuanya komplet dengan harga sewa relatif murah. Bagi yang ingin belajar surfing, instruktur siap juga memberikan instruksi singkat dan bimbingan dengan tarif yang murah. Tak ada angkutan umum Sebelum bencana tsunami, pengunjung ke objek wisata tersebut masih terbilang sedikit. Pesona Pangandaranlah yang menyebabkan objek wisata ini kurang diperhitungkan. Namun setelah tsunami menerjang pantai selatan termasuk pantai Batukaras, nama pantai Batukaras mulai banyak diperhitungkan. Penyababnya, selain karena Pemkab Ciamis dan pengelola wisata mulai menata kembali kawasan itu sebagai objek wisata, juga karena banyaknya informasi di internet yang dirilis peminat surfing mengenai kehebatan pantai dan ombak di Batukaras. Oleh karena itu, jangan heran jika pelan tetapi pasti jumlah wisatawan yang datang ke Batukaras mulai meningkat. "Sekarang sepertinya Batukaras sudah mulai dilirik wisatawan khususnya wisatawan mancenagara," kata Ahmad Sobirin, petugas dari Dinas Pariwisata Ciamis yang sering memantau objek wisata tersebut. Menurut Sobirin, peminat wisata tidak akan kecewa berkunjung ke Batukaras. Pasalnya, di sepanjang jalan menuju Batukaras, misalnya sejak dari Pangandaran, wisatawan bisa mengunjungi sejumlah objek wisata lain yang tak kalah menarik seperti pantai Batuhiu dan Green Canyon. "Maka, begitu tiba di Batukaras, wisatawan bisa mencapai kepuasaan yang tidak ada taranya," ujarnya setengah berpromosi. Apalagi, harga sewa hotel atau penginapan dan harga makanan termasuk seafood di kawasan Batukaras, ternyata lebih murah dibandingkan dengan di Pangandaran. Dengan demikian, wisatawan bisa sedikit mengirit pengeluaran. "Namun ada juga kelemahan objek wisata ini. Dari jalur Pangandaran-Cijulang tidak ada angkutan umum menuju ke sini. Bagi yang membawa kendaraan pribadi sebenarnya tidak ada masalah, namun bagi yang tidak punya kendaraan pribadi agak repot. Oleh karena itu, bagusnya mulai dipikirkan masuknya angkot ke sini," kata Sobirin. Mungkinkah? Mungkin saja. Namun yang pasti, sekali lagi, berkunjung ke Batukaras sungguh mengasyikkan. (Aam Permana S./"PR")*** Cite: http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=82153