Kuring curhat yeuh, hampura teu disundakeun.
Keramat oleh: Rhoma Irama Hai manusia, hormati ibumu Yang melahirkan dan membesarkanmu Darah dagingmu dari air susunya Jiwa ragamu dari kasih-sayangnya Dialah manusia satu-satunya Yang menyayangimu tanpa ada batasnya Doa ibumu dikabulkan Tuhan Dan kutukannya jadi kenyataan Ridla Ilahi karena ridlanya Murka Ilahi karena murkanya Bila kau sayang pada kekasih Lebih sayanglah pada ibumu Bila kau patuh pada rajamu Lebih patuhlah pada ibumu Bukannya gunung tempat kau meminta Bukan lautan tempat kau memuja Bukan pula dukun tempat kau menghiba Bukan kuburan tempat memohon doa Tiada keramat yang ampuh di dunia Selain dari doa ibumu jua Pada suatu ketika, lagu tersebut aku lantunkan di depan anak pertamaku yang baru berusia 3 bulan dengan mata berkaca. Betapa tidak, setelah melihat perjuangan istriku sejak mengandung, melahirkan dan memomong anak lelakiku itu sampai usia sekarang, aku jadi ingat ibu. Beliau pasti mengalami hal yang tidak jauh berbeda, bahkan mungkin lebih susah dibanding istriku sekarang. Jaman dulu ketika melahirkan, mungkin tidak ada namanya suntikan perangsang kontraksi. Melahirkan laksana berjalan dipinggir jurang kematian. Sebuah perjuangan antara hidup dan mati. Jaman sekarang, sudah jauh lebih enak. Proses persalinan lama sedikit, langsung operasi cesar, tinggal suntik, tidur, begitu bangun bayi sudah diluar. Jaman dulu tidak ada popok kertas sekali pakai langsung buang. Ibu harus berkutat dengan kotoran kita setiap harinya. Ketika pulang kerja, terkadang aku mendapati istriku sedang menggendong si jagoan yang menangis. Dengan sabar dia berusaha menimang, menenangkan dan menghibur agar tangisnya mereda. Dan acara menggendong dan menimang ini menjadi aktifitas rutin yang dilakukan berkali-kali setiap harinya. Di usianya yang baru 3 bulan, berat anakku sudah 6.1 Kg. Itu artinya istriku harus 'angkat barbel' 6 Kg, berkali-kali untuk jangka waktu yang cukup lama setiap harinya. Belum lagi kalau malam hari, istriku harus bangun dimalam buta untuk menyusui. Tentu saja ini membuat waktu tidurnya berkurang. Dan banyak lagi pengorbanan lainnya yang dilakukan istriku demi anak kami itu. Ketika aku bertanya pada dia, apakah dia capek melakukan semua itu. Istriku malah tersenyum, dan mengatakan bahwa dia bahagia menjalaninya. Semua kelelahan itu tak terasa lagi begitu melihat anaknya tertawa, tangannya menggapai-gapai atau bahkan menangis. Memang tidak terlalu berlebihan kalimat-kalimat yang dilantunkan Rhoma Irama dalam lagunya yang berjudul Keramat itu. "Darah dagingmu dari air susunya, jiwa raga mu dari kasih sayangnya". Aku yakin, setiap ibu di seluruh dunia pasti sangat menyayangi anaknya, dan akan mengorbankan apa saja demi kebahagiaan anaknya. Air susunya yang kita minum, membentuk tubuh kita. Kasih sayang dan pengorbanannya membuat kita merasa aman dan tenteram, sehingga kita tumbuh menjadi anak yang stabil secara emosi dan psikologis. Dan tentu saja kecerdasan kita juga berkembang secara sehat. Ketika bayi dan anak-anak, kita sangat membutuhkan ibu kita. Namun sekarang ini, ketika kita sudah bisa hidup 'mandiri', masihkah kita merasa 'membutuhkan' ibu kita?