Curug Malela, Niagara Mini di Pelosok Rongga

    CURUG Malela di Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga,
Kabupaten Bandung Barat merupakan objek wisata kebanggaan warga
tersebut yang potensial untuk dijual. Curug ini memiliki ketinggian
sekitar 50 meter dan lebar 70 meter. Persis seperti bendungan yang
membentang selebar sungai.* ENTON SUPRIYATNA/GM

ā€¯WAYAHNA ayeuna mah rada kasiksa naek ojegna. Engke mah moal kieu,
sabab minggu kamari aya Wagub Dede Yusuf ka dieu. Cenah mah bulan
genep tahun ieu bakal dibangun jalan. Mudah-mudahan we kalaksanakeun,"
kata Undang Supardi (45) yang dengan tangkas mengendalikan laju
motornya menuju Curug Malela.

(Sabar saja kalau sekarang merasa tersiksa naik ojeknya. Nanti tidak
akan begini lagi, karena pekan lalu Wagub Dede Yusuf ke sini. Katanya
bulan enam tahun ini, akan dibangun jalan. Mudah-mudahan terlaksana).

Memang benar, jalanan menuju Curug Malela dari Balai Desa Cicadas Kec.
Rongga Kab. Bandung Barat, hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Mobil pribadi akan kepayahan menyusuri jalur terjal dan berlobang
tersebut, kecuali kendaraan spesialis offroad. Motor pun hanya mampu
mengantar sejauh dua kilometer. Selebihnya harus ditempuh dengan
berjalan kaki sekitar satu kilometer menuruni jalan setapak di lereng
bukit, menyisir pematang sawah dan rimbunnya pepohonan.

Dede Yusuf bukanlah pejabat pertama yang menjanjikan pembangunan jalur
transportasi lebih baik ke lokasi curug (air terjun) yang berada di
Kampung Manglid itu. Sejumlah pejabat Kab. Bandung yang kemudian
diteruskan Kab. Bandung Barat, sejak lama berjanji akan membangun
akses jalan memadai. Tetapi setelah bertahun-tahun, tidak banyak yang
berubah.

Harapan Undang Supardi, mungkin mewakili keinginan umumnya warga
Cicadas. Secara turun temurun mereka hidup berdampingan dengan objek
wisata alam yang potensial untuk dijual. Namun, selama itu pula mereka
belum merasakan nilai tambah secara ekonomi. "Ya kita baru merasa
bangga saja punya Curug Malela," kata Jajang (35) warga setempat.

Rasa bangga itu tidak berlebihan. Itu karena Curug Malela memang
berbeda dengan curug-curug lainnya yang ada di Jawa Barat. Curug ini
memiliki ketinggian sekitar 50 meter dan lebar 70 meter. Persis
seperti bendungan yang membentang selebar sungai. Air  yang jatuh
sebagai curug tampak begitu dahsyat sekaligus indah.

"Saya sudah mengunjungi sejumlah curug di Jawa Barat. Tetapi baru
sekarang melihat curug seperti ini," ujar Ny. Eva Nur (37) pelancong
asal Cipadung Kota Bandung. Bahkan Dede Yusuf mengibaratkan keindahan
Curug Malela seperti Air Terjun Niagara. "Dunia mengenal Niagara
Waterfall di perbatasan AS dan Kanada. Curug Malela ini tak kalah
dengan Niagara," ucapnya. Ya, Niagara mini.

Dari bukit tempat perhentian terakhir sepeda motor, aliran deras
berwarna putih itu sudah terlihat jelas dan suaranya bergemuruh.
Pemandangan itu terlihat kontras, sebab curug diapit dua bukit yang
hijau. Sensasi yang luar biasa semakin terasa saat sudah berhadapan
langsung dengan curug. Mata tidak bosan-bosannya memandangi gerakan
air menuruni undakan bebatuan kokoh. Rasa lelah terobati dengan
suguhan panorama alam yang begitu elok.

Pengunjung bisa bebas bermain air di atas batu datar dan tidak licin
yang ukurannya cukup lebar, atau berendam di tempat yang tidak terlalu
dalam. Bagi mereka yang gemar berenang, bisa menikmati air terjun
lebih dekat lagi hingga ke dindingnya. Sebenarnya pada aliran Sungai
Cicurug itu, bukan hanya ada Curug Malela tetapi ada sekitar enam
curug lainnya. Antara lain Curug Katumbiri dan Curug Ngebul, tetapi
tidak besar dan sebagus Malela.

Menurut penduduk setempat, terkadang puluhan monyet ekor panjang
(Macaca pasciscularis), berlompatan dari pepohonan dan turun untuk
minum di sekitar curug. Sebagian di antara mereka mandi di bawah air
terjun. Sayang saat itu hari agak mendung dan udaranya dingin. Mungkin
hewan-hewan itu malas meninggalkan pohonnya.

Tanpa petunjuk

Kesulitan mencapai lokasi Curug Malela memang sudah dirasakan sejak
perjalanan dimulai. Untuk sampai ke tempat yang dituju, harus melewati
beberapa daerah. Antara lain Batujajar, Cililin, Cihampelas,
Sindangkerta, Gununghalu, dan terakhir Rongga. Jarak dari pintu tol
Padalarang hingga ke Curug Malela kurang lebih 65 kilometer atau
sekitar 80 kilometer dari Kota Bandung.

Jarak sejauh itu sebenarnya bisa ditempuh dalam waktu dua hingga dua
setengah jam dalam kondisi sarana jalan normal. Namun, karena berbagai
hambatan di sepanjang perjalanan, waktu yang dibutuhkan lebih lama
lagi hingga mencapai sekitar empat jam.

Begitu memasuki kawasan Batujajar perjalanan sudah terhambat kemacetan
di Pasar Batujajar. Hal yang sama dialami pula ketika melewati pasar
di kawasan Cililin dan Cihampelas. Semakin jauh memasuki pelosok
Kabupaten Bandung Barat, hambatan perjalanan pun semakin bervariasi.
Jalanan mulai terasa mengecil, turun naik, dan berkelok. Ketika
kendaraan sedang melaju agak kencang karena jalanan kosong, tiba-tiba
sudah sudah ada tikungan menghadang atau berpapasan dengan kendaraan
lainnya.

Meskipun secara umum kondisi jalan tergolong baik, beraspal, tetapi di
beberapa tempat terdapat jalanan berbatu dan lubang-lubang menganga.
Sekitar dua kilometer sebelum kantor Desa Cicadas, kondisi jalan yang
buruk mulai tampak di depan mata. Laju kendaraan pun semakin lamban.

Sepanjang perjalanan itu pula, tidak ada petunjuk jelas tentang
keberadaan Curug Malela. Maka selama perjalanan itu pula, hampir di
setiap persimpangan harus berhenti sejenak untuk bertanya arah menuju
Kecamatan Rongga. Kalau langsung bertanya lokasi Curug Malela,
kebanyakan orang akan mengerutkan dahi dulu. Namun, kalau menyebut
Rongga, mereka segera menunjuk arah dimaksud.

Selepas Gunung Halu, alam memberikan penawar kepenatan. Perkebunan teh
Montaya terhampar di kiri-kanan jalan. Suasana terasa semakin sejuk
sebab pohon-pohon mahoni dan damar tua berjejer seperti menyambut para
pendatang. Tak apalah jalanan  kurang bersahabat dan kendaraan
merayap, yang penting bisa cuci mata menatap hamparan hijau teh milik
PTP Nusantara VIII.

Meskipun perjalanan makin mendekati Cicadas, jangan harap akan mudah
menemukan petunjuk tertulis. Hanya ada satu rambu petunjuk bertuliskan
"Malela", berukuran sekitar 40 x 15 sentimeter terbuat dari kayu.
Rambu disimpan di antara jalan bercabang, dan menunjuk jalan sebelah
kiri yang harus dilalui.

Sampai juga di depan Kantor Desa Cicadas. Masih sekitar tiga kilometer
lagi jarak yang harus di tempuh menuju curug. Jangan nekat melajukan
mobil pribadi mendekati lokasi curug. Ada dua pilihan: jalan kaki atau
naik ojek. Jika mau membakar lemak, bisa nikreuh dan bermandi
keringat. Tetapi, kalau ingin agak ringan, bisa naik ojek. Dengan
ongkos Rp 35.000 sudah bisa mendapatkan pelayanan bolak-balik.

Untuk masuk lokasi Curug Malela, tidak ada retribusi yang harus
dibayar. Tidak ada cendera mata. Sekaligus juga tidak ada pemandu yang
bisa ditanyai. Benar-benar masih alami. Sangat jarang wisatawan yang
datang, kecuali pada saat liburan. Itu pun jumlahnya terbatas dan
berasal dari daerah sekitar Rongga.

Nasi liwet

"Bade pangdamelkeun sangu liwet?" ujar pemilik warung tempat mobil
dititipkan. (Mau dibuatkan nasi liwet?). Nah, jangan menolak ketika
pemilik warung atau tukang ojek menawarkan jasa seperti itu. Nasi
liwet tentu bukan untuk dimakan saat itu juga, melainkan hidangan
sepulang dari curug. Percayalah, perjalanan pulang itu akan menguras
banyak tenaga.

Memang jarak yang harus ditempuh dengan jalan kaki hanya satu
kilometer. Saat berangkat tidak menjadi persoalan, karena jalannya
menurun hingga Curug Malela. Namun ketika kembali lagi melewati rute
semula, benar-benar melelahkan. Sejauh ini belum ada rute alternatif
untuk membantu meringankan beratnya perjalanan tersebut.

Meski lauknya hanya goreng tahu, la laban, sambal, dan telur  ceplok,
tetapi benar-benar nikmat. Badan terasa segar kembali. Tenaga pun
pulih lagi dan siap menempuh perjalanan pulang  yang panjang.
"Pokoknya nanti bulan enam tahun ini, jalan akan dibangun. Ke sini
lagi setelah jalannya bagus," ujar seorang tukang ojek meyakinkan. Ya,
siapa tahu janji itu kali ini ditepati? (Enton Supriyatna Sind)***

web: http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=121870

Kirim email ke