Tah 40 poe na, nu ieu mah aya efekna kana ekonomi. Tiket ngapung ti Borneo ka Surabaya ngadadak nerekel naek. Mangkaning minggu ieu teh awal semester anyar keur nu sarakola. Atuh kapaksa kudu nambahan ongkos. Hehehe.
======= Ribuan Orang Peringati Wafatnya Gus Dur JAKARTA, (PR).- Tujuh ribu santri dari berbagai daerah melaksanakan tahlilan empat puluh hari wafatnya K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di kediaman keluarga Gus Dur di Jln. Ciganjur, Jakarta Selatan, Minggu (7/2) malam. Sejumlah artis dan pejabat negara juga turut hadir dalam acara yang diawali dengan pemutaran film perjuangan Presiden ke-4 RI itu. Para artis yang hadir di Ciganjur, di antaranya Ebiet G. Ade, Grup Bimbo, dan Franky Sahilatua yang turut menyanyikan lagu-lagu perjuangan untuk mengenang almarhum. Sementara para santri tidak hanya datang dari wilayah Jakarta dan sekitarnya, tetapi juga datang dari Ciamis, Tasikmalaya, dan Cirebon. Dari Jombang dilaporkan, peziarah makam almarhum K.H. Abdurrahman Wahid mengabaikan hujan lebat yang mengguyur sekitar Pondok Pesantren Tebuireng, Desa Cukir, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Sejak Minggu siang, mereka telah memadati kawasan pondok pesantren untuk mengikuti tahlil bersama. Mereka rela basah kuyup diguyur hujan demi menziarahi makam yang berada di sebelah barat masjid pesantren tersebut. Masyarakat tidak menyurutkan niat mereka untuk menghadiri acara itu meskipun harus berjalan kaki sepanjang tiga kilometer dari Lapangan Desa Ceweng, Kecamatan Diwek. Sebagian masyarakat lainnya yang datang secara berkelompok dengan menggunakan bus, juga harus berjalan kaki dari pertigaan Ceweng. Acara peringatan empat puluh hari wafatnya Gus Dur di PP Tebuireng itu dihadiri salah seorang mustasyar PB NU K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus) yang juga teman dekat Gus Dur sejak sama-sama menimba ilmu di Mesir. Turut hadir pula Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud M.D. Momen empat puluh hari wafatnya Gus Dur itu tidak hanya diperingati oleh santri dan kalangan Muslim, tetapi juga semua kalangan umat beragama, mulai dari umat Buddha, Kristen, Katolik, dan Hindu. Salah seorang tokoh Tionghoa, Jaya Suprana, bahkan mengaku berdoa untuk Gus Dur hampir setiap hari. ”Gus Dur itu tokoh fenomenal. Waktu beliau masih hidup banyak yang mencemooh, bilang aneh, nyeleneh. Tetapi, begitu beliau meninggal, tidak ada satu orang pun yang berani ngomong jelek. Itu merupakan fenomena yang luar biasa,” katanya. Selain itu, Jaya juga menuturkan, Gus Dur sangat berjasa dalam menghidupkan kembali kebudayaan Cina, seperti perayaan Imlek yang sudah berlangsung sepuluh tahun terakhir ini. ”Dengan sangat terharu saya menyatakan beliau orang yang telah memperjuangkan kembalinya perayaan Imlek dan juga menjunjung tinggi kebudayaan Cina, almarhum Gus Dur,” ucap Jaya. Sehari sebelum peringatan empat puluh hari wafatnya Gus Dur, forum lintas agama di Solo menggelar doa bersama. Pesan yang ingin disampaikan dalam doa bersama itu adalah menjunjung tinggi pluralisme, seperti yang diperjuangkan Gus Dur. ”Karena pluralisme itu tidak sekadar ada untuk diperjuangkan, tetapi juga dirayakan. Sebab, pluralitas adalah hadiah yang indah,” ujar Pendeta Retno Ratih Suryaning Handayani, salah seorang pemuka agama Gereja Kristen Jawa. (A-156/Vvn)*** Web: http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=126469