[PUBLISITAS]

Merasakan Kehadiran Tuhan Demi Meraih Kebahagiaan
---Anwar Holid


JAKARTA - Sekelompok wanita memasuki ruang tempat Ngabuburit Bersama Arvan 
Pradiansyah diadakan di toko buku Gramedia Matraman, Sabtu, 28 Agustus 2010. 
Beberapa di antara mereka memperlihatkan simbol agama yang jelas. Seorang 
perempuan berkalung salib, lainnya mengenakan jilbab. Di ruang itu tampak 
Budiman Sujatmiko tengah diwawancarai; terdengar sekilas ceritanya di masa-masa 
menjelang Reformasi. Sebelum acara dimulai, Arvan Pradiansyah berkali-kali 
disapa sejumlah orang, termasuk dimintai tanda tangan pada buku-buku karya 
Arvan yang mereka miliki.

Ruangan sudah penuh ketika ngabuburit berisi acara launching dan talkshow buku 
terbaru Arvan Pradiansyah You Are Not Alone (Elexmedia, 252 hal., Rp.52.800,00) 
dimulai. Riri Artakusuma, sang pemandu acara, mengawali hajatan dengan 
menanyakan maksud Arvan menulis  buku tersebut. "Buku ini bicara tentang 
perubahan," demikian kata penulis yang juga dikenal sebagai ahli SDM dan 
pembicara publik ini. "Saya ingin menulis buku yang dapat mengirimkan pesan 
kuat untuk memprovokasi pikiran orang agar dapat berubah menjadi lebih baik," 
tegas Arvan. Akhir-akhir ini dia rupanya prihatin dengan Indonesia yang 
digelari sebagai negeri mafia. Tidak ada satu pun lembaga penegakan hukum di 
negeri ini yang bersih dari korupsi.

Apa gagasan tentang Tuhan dan kebahagiaan akan mampu mengubah orang? Kita bisa 
simak dari komentar para hadirin. Mereka mayoritas telah familiar dengan Arvan 
Pradiansyah, baik dari radio maupun buku-bukunya. Seorang manajer cerita 
bagaimana dia suatu mendengar penuturan Arvan di radio dan penasaran dengan 
karyanya. Waktu itu buku terakhir Arvan ialah The 7 Laws of Happiness (Kaifa, 
2008). Dia membeli buku itu, membacanya, terkesan, dan akhirnya menghadiahkan 
buku itu kepada rekannya. Dia bilang, "Ini buku bagus. Baca deh." Rekan dia 
rupanya jauh lebih terkesan lagi oleh buku itu dan kemudian malah menyebarkan 
ide isi buku itu pada sejumlah rekan lain, sampai membuat manajer tersebut 
akhirnya merasa kehilangan buku itu dan akhirnya terpaksa beli untuk kedua 
kali. Kali ini dia melangkah lebih jauh: dia menerapkan sejumlah workshop yang 
bisa dipraktikkan dari buku itu di dalam perusahaan dan anak buahnya.

Secara konseptual, Arvan memang telah menuangkan ide mengenai spiritualitas dan 
kebahagiaan di dalam The 7 Laws of Happiness. Syarat utama kebahagiaan yaitu 
sabar, syukur, sederhana (kemampuan menangkap esensi), kasih, memberi, 
memaafkan, dan puncaknya kemampuan berserah diri dan percaya seratus persen 
kepada Tuhan (pasrah) sudah mengandung esensi spiritualitas yang kental. Tema 
ini telah dia eksplorasi. You Are Not Alone makin menegaskan betapa 
spiritualitas menjadi prasyarat untuk merasakan kehadiran Tuhan maupun demi 
meraih kebahagiaan. Untuk memudahkan penelusupan ide-idenya, Arvan mengawali 
setiap bab dalam buku ini dengan kisah. "Saya menyarankan Anda baca satu 
artikel per hari. Jangan langsung semua, biar tidak mabuk. Agar Anda lebih bisa 
meresapi makna isinya," demikian ucap Arvan.

Arvan menyebut ada lima poin yang ingin dia nyatakan dalam buku ini, yaitu:
1. Tuhan itu dekat, dia ada bersama kita setiap saat.
2. Percaya Tuhan itu tidak sama dengan beriman, buktiknya ada banyak orang 
mengaku percaya pada Tuhan tapi perilakunya justru kontradiktif dengan keimanan.
3. Melakukan kejahatan itu sama dengan kafir.
4. Mengajak agar pembaca cerdas secara spiritual (memiliki spiritual quotient). 
5. Puncak dari penghayatan manusia kepada Tuhan ialah cinta (kasih sayang).

Dalam You Are Not Alone, Arvan berkali-kali menjelajahi topik sensitif, misal 
dia menyatakan bahwa religius saja belum cukup, orang beragama belum tentu 
baik, memilih antara orang beragama atau orang baik, sampai pertanyaan apa 
agama itu merupakan keharusan atau kebutuhan? Spiritualitas pasti membicarakan 
Tuhan, sumber kebahagiaan itu sendiri. Tuhan yang dimaksud bersifat universal, 
tidak mengacu pada definisi ajaran agama tertentu. Itu sebabnya para hadirin 
dalam acara ini sangat beragam, datang dari berbagai latar belakang. Dalam 
konteks ini, spiritualitas tampak lebih luas dan mampu menampung banyak orang 
daripada agama formal tertentu. Bila pendekatannya sempit, hitam-putih, hanya 
berupa larangan dan perintah agama bahkan telah berkali-kali memperlihatkan 
sisi wajahnya yang mengerikan. Orang bisa atas nama Tuhan menghancurkan agama 
yang berbeda.

Arvan berpendapat idealnya spiritualitas mampu mengubah paradigma seseorang dan 
melahirkan kebaikan baru kepada orang lain. Pendapat ini sesuai dengan 
pernyataan Viktor Frankl (1905-1997) bahwa orang yang berhasil menemukan makna 
kehidupan memiliki niat lebih mulia untuk bertahan hidup; ia merasa bahwa 
dirinya "penuh."

Respons publik terhadap You Are Not Alone terbukti antusias. Seorang staf sales 
Elex menyatakan penjualan buku-buku Arvan di Gramedia Matraman saja sangat 
bagus; dalam seminggu bukunya rata-rata terjual 6-7 eksemplar. Menjelang akhir 
Agustus 2010 buku tersebut sudah cetak ulang.[]

Copyright © 2009 oleh Anwar Holid

Situs terkait: 
http://www.elexmedia.co.id
http://www.ilm.co.id
Arvan Pradiansyah juga berinteraksi di http://www.facebook.com


      

Kirim email ke