http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0507/17/persona/1899020.htm

ASAL USUL

Porno

Ariel Heryanto

Remaja Asia, termasuk Indonesia, telah menemukan seksualitas lebih
santai dan pada usia lebih muda dibandingkan orangtuanya. Ini bukan
perbedaan tingkat susila antargenerasi, tetapi perubahan sejarah
teknologi.

Ketika pornografi dicetak di atas kertas, ruang gerak pembuat dan
pengecernya serba terbatas. Juga konsumennya, apalagi yang di bawah
umur. Kalaupun berhasil mendapatkan, mereka harus mencuri-curi tempat
dan waktu untuk membaca dan menyimpannya. Begitu rumitnya pornografi
di atas kertas. Apalagi film biru yang butuh proyektor dan kamar gelap.

Berkat internet dan DVD, pornografi beredar gencar dan murah. Sesudah
dinikmati, bisa disimpan dalam disket tanpa kelihatan jorok,
diedarkan, diperbanyak, atau dihapus tanpa bekas. Rekaman VCD dan DVD
seharga karcis bioskop.

Bisa dimaklumi bila ada yang panik. Sambil menjerit "itu porno!",
mereka bertekad memeranginya. Tetapi, industri hiburan telah
menghancurkan batasan porno dan bukan porno. Teknologi SMS tidak
membedakan apakah pesan dari SBY cocok untuk dewasa atau anak. Di
layar komputer dan televisi bercampur-aduk berita tentang indeks
saham, bom, film kartun Jepang, dan gosip hamilnya Angelina Jolie bagi
penonton semua umur.

Generasi terdahulu jelas bersalah karena gagal menyediakan pendidikan
seksual yang sehat, terbuka, dan beretika pada generasi mudanya.
Lowongan itu digarap para pedagang industri informasi hiburan tanpa
menghiraukan etika. Kegagalan kaum tua ini melahirkan reaksi defensif
yang tidak selalu memperbaiki situasi.

Ada yang bangkit menjadi kelompok militan anti-pornografi. Ada yang
berjuang lewat undang-undang. Reaksi represif itu bukan hanya mubazir,
tetapi bisa berbahaya dalam masyarakat yang lembaga peradilannya
sedang amburadul. Merumuskan "pornografi" saja orang sudah kelabakan.
Karena akar masalahnya tidak dipahami di luar soal moralitas baik
lawan buruk.

Terlebih konyol ketika ada yang berdalih seksualitas terbuka tidak
sesuai kebudayaan asli bangsa Timur. Gambar relief di sejumlah candi
kita merayakan kelamin dan seks. Di sejumlah masyarakat kita, pria
mandi bersama di satu bagian sungai; perempuannya di bagian lain. Di
sebagian wilayah, perempuan bertelanjang dada sehari-hari. Di pusat
kota para pria bekerja bertelanjang dada, dan buang air-kecil di bawah
pohon. Goyang Inul pada awalnya populer di kalangan yang asing pada
gagasan liberalisme.

Porno tidak dikenal dalam bahasa adat kita. Kita harus pinjam bahasa
Inggris untuk menajiskan orang lain.

Sejak awal "adat" kita yang beraneka menyerap "adat" berbagai bangsa
lain. Perdebatan RUU KUHP kesusilaan didorong meningkatnya bentrok
nilai budaya yang sama-sama datang dari "luar" Nusantara. Tidak ada
yang berhak mengklaim lebih "asli".

Apakah "pornografi" ditentukan ada atau tidaknya unsur "erotik" pada
gambar atau tindakan? Bagaimana jika gambar atau tindakan itu tidak
mengandung unsur erotik, tetapi yang melihatnya terangsang? Gambarnya
harus dipidana, atau yang "tidak tahan" melihat perlu dibawa ke klinik
ilmu jiwa?

Seorang pria Indonesia pernah menceritakan pengalamannya cuci mata di
pantai Kuta. Banyak turis asing, perempuan berkulit putih, berjemur
diri sambil melepas kutang. "Aneh," katanya, "saya sama sekali tidak
terangsang. Tetapi, yang lebih aneh," tambahnya, "setengah jam
kemudian ada perempuan berkulit coklat yang lewat dengan pakaian
minim. Tubuh saya bergetar."

Sebagian besar kasus pornografi merendahkan perempuan, tetapi
meresahkan pria. Perempuan diperalat sebagai objek untuk merangsang
fantasi dan isi kantong pria, subjek yang rentan secara erotik, tetapi
berjaya secara politik, ekonomi, hukum, dan moralitas.

Pornografi mirip terorisme. Negara berusaha menaklukkan keduanya lewat
berbagai cara, termasuk hukum. Tetapi, keduanya susah didefinisikan.
Dalam sebagian besar kasus, pornografi atau teroris hanya ada di benak
yang merumuskan, bukan sesuatu yang hadir objektif di dunia. Bagi
Presiden Bush, orang seperti Abu Bakar Ba'asyir itu teroris. Tetapi,
bagi kelompok Ba'asyir, yang teroris adalah Bush.

Seperti terorisme, sebagian besar pornografi dikuasai, dinikmati, dan
sekaligus dikutuk sesama pria. Kaum perempuan diperalat atau dikorbankan.

Berciuman di muka umum atau di layar televisi merupakan tindak
kejahatan? Tetapi, adegan baku-hantam dalam film cerita atau ruang
parlemen sah-sah saja? Apa kita dididik lebih menghargai kekerasan dan
kebencian, sambil menindas kasih sayang? Dalam seluruh sejarah, pria
lahir dan dibesarkan untuk berperang dan membunuh. Perempuan
melahirkan kehidupan, menyusui, dan merawatnya.




WM FOR ACEH
Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara!
Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu No 
Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti.
Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 129.

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke