http://www.sinarharapan.co.id/berita/0507/21/sh06.html

Sisi Gelap Perkawinan Timur-Barat (3)
Aku Kesengsem pada Lelaki Itu



Oleh Yuyu A.N. Krisna Mandagie

UTRECHT - Kisah lain dialami oleh temanku, Amiatun. Setamat SMA di Pontianak, 
Kalimatan Barat, gadis cantik itu melanjutkan pendidikan ke sekolah tari di 
Bandung, Jawa Barat. Menjadi penari dan guru tari merupakan cita-cita gadis 
bertubuh semampai ini.


Di Bandung, Amiatun kos di rumah ibu Supinah, janda seorang Belanda pegawai 
perkebunan teh. Memang, janda ini hidup dari menyewakan kamar-kamar di rumahnya 
yang tergolong besar dan terletak di jalan kelas satu di Kota Bandung. Selain 
menerima kos, ibu Supinah juga menerima turis-turis dari manca negara. Tetapi 
karena ibu Supinah fasih berbahasa Belanda, maka kebanyakan turis yang menginap 
adalah orang-orang Belanda.


Di suatu sore yang sejuk sepulang dari sekolah, Amiatun melihat ada sebuah 
minibus di halaman rumah kosnya. Beberapa turis berkulit putih turun dari 
minibus dan berjalan memasuki rumah disambut ibu Supinah.


Oleh ibu Supinah, Amiatun diperkenalkan dengan tamu-tamu asing itu. Mereka akan 
menginap selama tiga hari. Saat itu jantung Amiatun bergetar tatkala berjabat 
tangan dengan salah seorang laki-laki dari rombongan turis tersebut. 
"Gerard...," kata lelaki itu.


"Aduh Mbak, aku hampir pingsan", ungkap Amiatun, melukiskan perasaannya ketika 
itu. Berikut ini ceritanya:
Laki-laki seperti Gerard selalu ada dalam angan-anganku. Beberapa tahun yang 
silam, keluarga kami tinggal di salah satu kota dimana banyak orang asing. 
Tetangga kami adalah pasangan muda asal Prancis yang hidup begitu harmonis. 
Sang suami begitu romantis memperlakukan istrinya. Aku yang saat itu masih 
gadis kecil merekam di dalam benakku, semua yang kulihat semasa kecil. 


Aku juga bermimpi kelak ingin bersuamikan laki-laki seperti laki-laki Prancis 
tetanggaku itu. Dan mimpi itu terbawa hingga saat aku berkenalan dengan Gerard. 
Mimpi-mimpiku seakan menjadi kenyataan. Laki-laki Prancis tetanggaku itu 
seakan-akan hidup di depanku.


Aku kesengsem pada lelaki. Dan ternyata gayung bersambut. Gerard juga 
menyenangi aku. Maka kami berdua menjadi dekat. Dia begitu galant dan sopan.


Namun tak terasa, rombongan Gerard akan berangkat ke Yogyakarta, lalu Bali dan 
langsung kembali ke Belanda. Maka hubungan kami dilanjutkan lewat surat dan 
kartu pos, juga lewat telepon. 


Perkenalan kami terjadi di bulan Agustus 1991, lalu aku dilamar dan langsung 
kawin pada bulan November tahun itu juga. Gerard mengikuti semua persyaratan 
yang diajukan keluargaku. Kami menikah dalam adat Jawa. Mungkin inilah pesta 
yang besar dan mewah yang pernah diadakan di kampungku.


Dua minggu usai perhelatan, Gerard harus segera kembali ke Belanda, karena dia 
hanya boleh cuti dua minggu. Sedangkan aku, baru menyusul dua bulan kemudian, 
karena harus mengurus surat-surat kepindahan ke Negeri Belanda.
Bulan Januari 1992, saat musim dingin mencapai puncaknya, aku berangkat 
menyusul Gerard ke Negeri Belanda. Untuk itu, dua minggu sebelumnya aku sudah 
mengirimkan surat dengan pos kilat. Sebab hubungan telepon di rumah Gerard 
terputus sejak pernikahan kami, entah mengapa. Sehingga satu-satunya caraku 
untuk menghubungi Gerard hanyalah lewat surat.

Tiba di Schiphol
Pagi-pagi buta pesawat KLM yang aku tumpangi mendarat di Bandara Schiphol.
Hatiku berbunga-bunga membayangkan tak lama lagi akan bertemu dengan suami 
tercinta. Dari balik dinding kaca tembus pandang, aku melihat keluar. Di luar 
hari masih gelap. 


Aku baru tahu bahwa pada musim dingin matahari di belahan bumi Eropa 
menampakkan diri lebih lambat dari musim panas. Menurut ibu asal Ambon yang 
duduk di sebelahku dalam pesawat, matahari pada musim dingin muncul kira-kira 
jam 8 pagi. 
Setelah melewati pemeriksaan imigrasi dan pabean, aku berjalan menuju pintu 
keluar dengan ditemani ibu yang baik itu. Tetapi di ruangan penjemput aku tidak 
melihat sosok Gerard. 


Aku melayangkan pandangan ke seluruh penjuru, namun Gerard tidak ada. Jantung 
tersentak, aku mulai panik. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku. 
Apakah surat kilat itu belum diterima. Tetapi itu tidak mungkin, karena sudah 
dua minggu surat aku kirimkan.


Ibu Ambon yang baik hati itu menenangkan aku, karena kami sudah dua jam 
menunggu namun Gerard tak kunjung datang. Aku pun kemudian mampir ke rumah ibu 
Ambon di Amsterdam. Siang harinya dengan bantuan anak-anak ibu itu, aku 
berhasil menemukan nomor telepon baru milik Gerard.


Ternyata Gerard tidak begitu terkejut mengetahui istrinya sudah ada di 
Amsterdam, sebab dia pada pagi itu sudah menerima surat yang aku kirimkan. 
Cuma, dia bingung dimana aku berada.


Lantas, aku dan Gerard pulang ke flat yang terletak di dekat kota Utrecht. Aku 
kembali terkejut untuk kedua kalinya, ketika memasuki flatnya yang hanya sebuah 
ruangan, tempat dimana Gerard makan, tidur dan menerima tamu.
Aku sulit dihadapkan dengan kondisi ini. Sebab di rumah orang tuaku di 
Kalimantan, walaupun sederhana, setiap kegiatan dilakukan di ruangan 
tersendiri. Rumah kami seperti lazimnya rumah-rumah di Indonesia. Ada ruang 
tamu, ruang makan, ruang tidur, ruang kerja, ruang belajar, dll. Tapi di negeri 
yang maju ini, semua kegiatan dilakukan di satu ruangan. Rasanya aku belum 
dapat mengadaptasi keadaan ini.


Selain itu, untuk mencapai ruangan dimana Gerard tinggal di lantai 3, aku harus 
menaiki anak tangga yang membuat napasku tersengal-sengal.


Belum selesai rupanya keterkejutanku pada hari itu. Hari semakin sore. Di musim 
dingin matahari cepat sekali masuk ke peraduan. Jam baru menunjukkan angka 4, 
tetapi di luar hari sudah gelap. n 
(Bersambung)


[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke