http://www.indomedia.com/bpost/072005/25/opini/opini1.htm
Mari Makin Peduli Anak-anak! (Refleksi HAN, 23 Juli 2005) Oleh : Joko Riyanto Tidak semua anak beruntung berada dalam asuhan sebuah keluarga. Apalagi yang bisa mencukupi kebutuhannya atas hak dasariah seperti jaminan kesehatan, pendidikan, kehidupan yang layak dan rasa aman. Bahkan, belakangan makin marak terdengar kekerasan dan pelecehan terhadap anak. Termasuk di dalamnya anak-anak yang terperangkap dalam jaringan pengedar narkoba. Pengaruh lingkungan, terutama orang-orang di sekeliling sangat besar terhadap tumbuh kembang anak. Lingkungan yang buruk hanya akan menghasilkan tingkah laku yang tidak jauh berbeda dari sifat buruk. Lingkungan kondusif, memungkinkan anak tumbuh jadi sosok yang cerdas, punya nilai moral yang baik dan kreativitas hidup sehingga perkembangannya menjadi optimal. Namun, penyair Libanon Kahlil Gibran mengingatkan kita bahwa 'anakmu bukanlah anakmu'. Anak memiliki dunianya sendiri. Kita bisa memberikan kasih sayang, tetapi tidak dapat memberikan pikiran kita, karena mereka memiliki pikiran sendiri. Kita tidak dapat mengurung jiwa mereka, karena jiwa mereka tinggal di 'rumah masa depan' yang tidak bisa kita kunjungi. Kita juga dapat menyerupai mereka, tetapi jangan coba-coba memaksa mereka menyerupai kita. Karena, waktu tidak berjalan mundur dan merekalah yang akan menggenggam dunia setelah kita tiada. Ungkapan Gibran di atas sebenarnya adalah untuk menyadarkan kita betapa penting peranan anak di masa depan. Masa depan anak jelas berbeda dengan dunia nyata yang kita tinggali saat ini, karena waktu senantiasa berubah. Sementara setiap perubahan akan melahirkan tantangan dan kebutuhan baru. Namun sayang, pesan moral Gibran di atas sering diabaikan. Pengabaian pesan moral tersebut, misalnya, dapat kita lihat dalam bentuk tindak kekerasan terhadap anak, ketelantaran anak, dan bentuk pengabaian lain. Anak yang jadi korban kekerasan, eksploitasi dan pelecehan seksual semakin marak belakangan ini. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan semuanya itu terjadi di dalam rumah tangga sendiri, pelakunya adalah bagian dari keluarga si anak sendiri. Pemberitaan media massa banyak mengungkapkan pelecehan seksual anak dilakukan ayah tiri, tetangga, paman, keponakan dijual pamannya, dan lain-lain. Sejarah panjang kekerasan di tanah air pun telah menyisakan duka mendalam di dada anak-anak. Di daerah konflik seperti Ambon, Poso, Aceh dan lainnya, kekerasan anak bahkan mungkin sudah mencapai tingkat yang tidak dapat ditoleransi lagi. Dari sini kemudian memicu banyak pihak yang peduli terhadap anak untuk membela mereka, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kondisi anak saat ini sungguh memprihatinkan, sehingga saatnya mereka mendapatkan perhatian lebih. Banyak kasus yang menjadikan anak sebagai korban kekerasan secara fisik, pelecehan seksual atau penyiksaan mental seperti ancaman, tekanan, pembatasan berlebihan, pengucilan, dan lainnya. Masih ditambah dengan kekerasan sosial-ekonomi di mana anak-anak dianggap rendah dan dihargai sebagai tenaga kerja murah, perdagangan anak, pelacuran, terjerat dalam sindikat pengedar narkoba, atau yang terpaksa berada di jalanan karena berbagai sebab. Satu data yang dilansir Komnas Perlindungan Anak menyebutkan 150.000 anak memerlukan perlindungan. Sekitar 4.000 anak di bawah usia 16 tahun mengalami masalah hukum dan dibawa ke pengadilan tiap tahun. Sebagian besar mereka terlibat tindak kriminal ringan. Dalam rangka Hari Anak Nasional (HAN), 23 Juli 2005 ini, kita seharusnya tidak sekadar mempedulikan nasib anak dalam bentuk seremonial. Lebih dari itu, yang diperlukan adalah perhatian sungguh-sungguh dari komponen terkecil masyarakat, seperti keluarga, banjar, RT/RW, desa adat, untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan, pelecehan maupun perdagangan anak. Perhatian yang mesti diberikan, misalnya, dengan memberikan informasi kepada aparat penegak hukum apabila mengetahui terjadi tindak kekerasan atau eksploitasi anak. Di sisi lain, pemerintah jangan setengah-setengah menegakkan peraturan guna melindungi keberadaan anak, sehingga menimbulkan efek jera terhadap pelaku pelecehan hak anak. Anak, di mana pun dia berada; di dalam rangkulan sebuah keluarga, panti asuhan atau mereka terpaksa ada di jalanan, tetap ibarat kuntum bunga yang suatu hari nanti tumbuh dan berkembang menjadi bagian dari keluarga besar masyarakat dan bangsa ini. Jadi, di HAN ini, mengapa kita tidak mulai ikut peduli tentang permasalahan, perlindungan dan nasib mereka. Mahasiswa S1 Fakultas Hukum UNS-Solo e-mail: [EMAIL PROTECTED] [Non-text portions of this message have been removed] Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/