IBRAHIM ISA dari BIJLMER
27 Juli 2005.
MENLU BELANDA BOT masih PLINTAT-PLINTUT
< KATANYA MAU HADIR PADA "PERAYAAN 17 AGUSTUS"?>
Hari ini, Rabu, 27 Juli 2005, sebuah s.k. nasional Belanda "de Volkskrant", 
pada halaman 2 memuat berita yang menarik sekali bagiku. Pasti juga bagi banyak 
orang Indonesia dan orang Belanda<!?>. Begini bunyi judul berita tsb.: 
"Indië-gangers niet tegen bezoek Bot". Dalam terjemahan bebasnya: "Para mantan 
KNIL/KL (bekas tentara Belanda yang bertugas di Nederlands-Indië)tidak 
menentang kunjungan Bot". 
Selanjutnya diberitakan bahwa, "para veteran-Hindia<Belanda>, menanggapinya 
dengan bersikap pasrah terhadap (rencana) kehadiran Menlu Bot pada peringatan 
jubilium (60 tahun) hari kemerdekaan Indonesia (17 Agustus) di Jakarta nanti. 
Perhimpunan para pejuang-lama Belanda beranggapan bahwa sudah waktunya, 
enampuluh tahun sesudah saat itu, untuk mengakhiri permusuhan". Demikianlah 
mereka-mereka itu selama ini memperlakukan masalah Hari Kemerdekaan Indonesia.
Sekretaris 'Vereniging Oud-Strijders', Van Alst menyatakan bahwa ia pribadi 
tidak berkeberatan dengan kunjungan Bot itu. 'Kan itu sudah begitu lama. Dan 
jangan lupa kami-kami ini sudah mendekati umur 80. Seumur itu bikin orang 
menjadi lebih bersikap pasrah. Rekannya, Orsel, dari 'Vereniging Oud Militairen 
Indië-gangers', sependapat. "Nederland tidak bisa terus-terusan memboikot. 
Mamun,  bagi sejumlah anggota hal itu akan membuka luka-luka lama".
Menurut berita itu Menlu Belanda Bot menekankan bahwa kunjungannnya <ke 
Indonesia nanti itu> bukanlah suatu vonis terhadap "aksi-polisionil" <yang bagi 
kita, orang Indonesia, kan apa yang dinamakan Belanda "aksi-polisionil" itu, 
tak lain adalah agresi terang-terangan terhadap Republik Indonesia Merdeka>, 
yang dilancarkan tentara Belanda pada waktu itu (1947-1949) dengan tujuan untuk 
mempertahankan Hindia Belanda sebagai jajajahan.
Dikatakan selanjutnya bahwa, ini adalah untuk pertama kalinya bahwa ada seorang 
menteri Belanda (akan) menghadiri perayaan (Hari Kemerdekaan Indonesia) di 
Jakarta. Selama ini pemerintah Belanda diwakili oleh dutabesarnya di sana.
Konstruksi ini, kata wartawan Belanda yang membuat berita di 'de Volkskrant', 
adalah perlu, karena Nederland menganggap tanggal 27 Desember 1949 sebagai 
tanggal, di saat mana Indonesia sudah bukan koloni lagi. Hadir pada tanggal 17 
Agustus, yaitu hari di saat mana pemimpin Indonesia Soekarno dalam tahun 1945, 
berlawanan dengan kehendak Den Haag, memproklamasikan kemerdekaan, implikasinya 
berarti suatu penolakan (afkeuring) terhadap aksi-polisionil tsb. 
Memang betul, kasus 'mengakui atau tidak mengakui, Hari Kemerdekaan Indonesia 
17 Agustus 1945' --- inilah yang selalu menjadi "soal pelik" di kalangan 
panguasa Belanda. Seperti makan "buah si malakama. Dimakan bapak akan mati, 
tidak dimakan ibu akan mati", begitu kira-kira kata pepatah Melayu. Jadi, 
pemerintah Belanda sudah bertahun-tahun menghadapi peringatan HARI KEMERDEKAAN 
INDONESIA 17 Agustus 1945, selalu berada dalam posisi "serba-salah". Kalau 
mengakui berarti mendapat perlawanan sengit dari "Indië-gangers" itu,-- 
sendangkan kalau tidak mengakui, selalu masalah itu merupakan 'kerikil', 
'batu-sandungan' dalam hubungan baik dan harmonis antara Belanda dan Indonesia. 
Kalangan elite Belanda termasuk persnya cara berfikir-kolonial mereka masih 
besar pengaruhnya di Den Haag dan di media Belanda. Indonesia akan selalu 
berpendapat bahwa Belanda sesungguhnya belum rela untuk mengakhiri 
kolonialismenya, belum rela mengakui kenyataan bahwa bangsa Indonesia telah 
bangkit berlawan dan dengan tegas telah memprokalamsikan kemerdekaannya, lepas 
dari kolonialisme, lepas dari kekuasaan Den Haag, apakah hal itu sesuai atau 
tidak dengan Undang-Undang Dasar Kerajaan Belanda, diakui atau tidak oleh 
penguasa Belanda. Mereka belum rela untuk mengakui bahwa kolonialisme Belanda 
di Indonesia itu, adalah suatu kejahatan sejarah.

Buktinya, bahwa mereka belum rela. Belum lama aku terlibat dalam sebuah 
"dialog" dengan seorang peneliti Belanda, bernama Jasper van de Kerkhof, dari 
International Institute for Asian Studies, IIAS-Leiden. Yang diperdebatkan 
justru mengenai masalah 'kapan persis Indonesia itu mencapai kemerdekaannya'. 
Pakar Belanda itu menulis bahwa Indonesia mencapai kemerdekaannya 'kira-kira 
antara 1945-1949'. Apa ini kalau bukan suatu sikap yang plintat-plintut. Suatu 
sikap yang paling tidak diharapkan dari seorang 'pakar peniliti ilmiah'.

Masih segar dalam ingatan kita, masih pada periode Orba, ketika Ratu Beatrix 
bersama suaminya, Prins Claus, berkunjung ke Indonesia sekitar Agustus 1995. 
Kebetulan  -entah kebetulan atau tidak, kita tidak tahu betul- masa itu 
bersamaan dengan periode Indonesia memperingati Hari Ultah Kemerdekaan yang 
ke-55. 
Terjadilah suatu 'keanehan'. Para tamu agung dari Belanda itu bukan langsung 
menuju Jakarta, tetapi 'mampir dulu di Singapura untuk berbelanja'. Begitu 
lewat hari 17 Agustus, barulah mereka terbang ke Jakarta. "Lucu" kan? Orang 
tahu bahwa 'berbelanja di Singapura' itu, adalah dalih belaka untuk menghindari 
kehadiran Ratu Belanda dan suaminya pada perayaan hari perayaan 17 Agustus. 
Belakangan diungkapkan oleh pers Belanda, bahwa sebenarnya Sri Ratu Beatrix 
bermaksud untuk hadir pada 17 Agustus 1995 di Jakarta. Hendak ikut merayakan 
HARI KEMERDEKAAN INDONESIA, dan  -- catat ini - beliau bermaksud untuk 
menggunakan kesempatan itu untuk minta maaf kepada bangsa dan rakyat Indonesia. 
Sungguh heibat! Tetapi hal ini tidak kejadian, karena tangan-tangan Den Haag 
mencegahnya. Itu kebijaksanaan pemerintahan Wim Kok. Kerajaan Belanda adalah 
suatu monarki-konstitusional, jadi bagaimana politik pemerintah, terhadapnya 
Sri Ratu tidak bisa dan tidak boleh bersikap lain. Jadi yang memegang kekuasaan 
pemerintahan adalah pemerintah parlementer, bukan Sri Ratu. "The Queen can do 
no wrong". 
Tidak jelas apakah pemerintah Suharto ketika itu memang mengharapkan Beatrix 
dan Claus seyogianya hadir pada perayaan Hari 17 Agustus di Jakarta. Atau 
justru tidak. Wallahuallaam!
Sekarang ada perkembangan baru: Menurut 'de Volkskrant', disebabkan oleh 
kenyataan bahwa kali ini Indonesia memperingati ulangtahun kemerdekaan yang 
keenampuluh, maka Menlu Bot menerobos tradisi selama ini. Tetapi, itu bukan 
berarti bahwa sekarang ini Nederalnd secara resmi mengakui bahwa 17 Agustus 
adalah Hari Kemerdekaan Indonesia. Dikatakan bahwa kehadiran Bos di Jakarta 
nanti itu, adalah suatu 'pengakuan politik dan moril terhadap tanggal tsb", 
seperti yang dinyatakan oleh jurubicara Menlu Bot. Kata jurubicara selanjutya, 
bahwa kunjungan Bot itu ditekankan samasekali tidak dimaksudkan untuk 
mendesavuir para veteran. 
Yah, begitulah plintat-plintutnya Den Haag. Menurut kamus 
"Indonesisch-Nederlands Woordenboek" (1990), karangan Prof. Dr. A Teeuw,-- kata 
Indonesia : "plintat-plintut", dalam bahasa Belandanya, berarti "oportunisme". 

Terserah pembaca, terhadap sikap terbaru pemerintah Belanda mengenai masalah 
HARI KEMERDEKAAN INDONESIA, apakah itu pada 17 Agustus 1945, atau 27 Desember 
1949, -- apakah ini sesuatu perkembangan pemikiran mereka ke kemajuan yang 
perlu disambut atau . . . . . masih podo waé.
Anyhow, kedatangan Menlu Bot itu sendiri ke Jakarta, untuk menghadiri HARI 
PERINGATAN 60 TAHUN KEMERDEKAAN INDONESIA, jelas harus disambut. Mudah-mudahan 
sekembalinya dari Jakarta nanti, Menlu Bot akan bisa berfikir lebih jernih. 
Idem dito pemerintah Belanda. Betul-betullah melepaskan cara berfikir kolonial 
yang sudah lapuk itu.
Interesan juga untuk mengetahui bagaimana kira-kira tanggapan Radio Hilversum 
terntang masalah ini! * * *
 


[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke