Agama Menjadi Candu

Masih ingat adagium lama yang dilontarkan oleh Karl Marx atau Sigmund Freud? 
Kalimat pendek yang sempat mengguncangkan dunia antara yang mengiyakan dan 
membantahnya habis-habisan hingga sekarang? Agama adalah candu masyarakat. 
Apakah memang agama itu diturunkan sebagai candu atau manusia yang menerima 
agama itu sendiri yang telah menjadikannya sebagai candu. Seterusnya apakah 
lontaran kalimat ini benar atau salah, bagi saya terserah anda masing-masing 
menilainya tergantung dari sudut mana anda memandangnya.

Namun akhir-akhir ini hati kita diguncang rasa keprihatinan yang mendalam 
setelah mendengar berita yang sedang gencar dari kabar-kabar tersiar tentang 
sekelompok orang yang dengan jumawa berdiri di atas mimbar di tengah lapang 
mengumumkan kepada dunia, kamilah yang paling benar.. dan kamilah orang yang 
pasti menghuni surga.

Tidak ada masalah jikalau hanya terbatas itu kemudian masing-masing mereka 
kembali kepada kehidupannya masing-masing sebagai manusia sebagaimana 
layaknya manusia-manusia yang lain. Hidup di bawah langit yang sama dan 
berpijak di atas bumi yang sama. Tetapi menjadi lain, ketika kelompok itu 
kemudian secara bergerombol membabat habis siapa saja yang mereka anggap 
berbeda.. dan mereka tuduh telah keluar jalur dari yang mereka gariskan 
sendiri. Mereka menghancurkan siapa saja yang tidak sejalan dengan mereka 
seperti sedang berada di tengah laga pertempuran. Itulah yang dalam beberapa 
hari terakhir ini kita saksikan sedang terjadi di negri kita. Sekelompok 
orang menyerang markas Jamaah Ahmadiyah di Kampus Mubarak, Parung, Bogor.

Kita tidak sampai mengerti sejak kapan ada sekelompok orang mengklaim diri 
mereka sebagai orang yang paling berhak atas Islam. Lebih dari itu, mereka 
tidak hanya mengklaim Islam yang benar saja.. tapi juga bertindak sebagai 
hakim yang berhak memutuskan nasib dan keyakinan orang lain. Entah sejak 
kapan mereka mengangkat diri mereka sebagai wakil Tuhan di dunia ini.

Peristiwa ini semakin menambah deretan masalah di negri ini yang seperti 
tidak akan pernah habis-habisnya. Kita sendiri rupanya yang membuat masalah 
demi masalah itu. Padahal masih sekian banyak masalah yang sampai kini tidak 
mendapatkan penyelesaian yang berarti. Busung lapar yang terus melanda anak 
negri hingga ke pelosok. Anak-anak yang bunuh diri hanya karena beban hidup 
atau tidak mampu membiayai pendidikan. Janin yang harus mati di rahim ibunya 
hanya karena dokter-dokter RS yang "manusia" itu tidak mau menolong 
disebabkan pasien yang tidak punya uang. Dan sederetan masalah-masalah yang 
sejak lama tak pernah bisa teratasi hingga kini. Dan sekarang, 
masalah-masalah itu terus kita tambah dengan tangan-tangan kita sendiri.. 
dengan segala keangkuhan dan kesombongan manusia.

Sudah tentu pro dan kontra bermunculan di mana-mana. Mulai dari forum yang 
bersifat resmi sampai dengan forum-forum informal dan bahkan 
postingan-postingan yang bersifat pribadi memberikan suara dan pendapatnya 
terhadap apa yang telah terjadi. Tidak lebih dari Ulil Abshar Abdallah, JIL 
dan beberepa elemen Aliansi yang getol mengkampanyekan gerakan kebebasan 
memilih dan berkeyakinan mengecam kejadian itu. Mereka menuding fatwa MUI 
sebagai biang keladi penyerangan itu.

Dari bagian yang lain muncul dukungan yang mengatakan bahwa tuduhan dan 
kecaman kelompok pertama terlalu berlebihan. Saya yakin, para pembaca pasti 
bisa mengetahui lebih jelas kelompok kedua ini. Kelompok kontra pluralis 
atau lebih jelas lagi, kelompok yang memang akan terus berseberangan dengan 
JIL dan sejenisnya. Dua kelompok yang tidak akan pernah akur dalam banyak 
masalah apa saja lebih dari tidak akurnya anjing dan kucing dalam istilah 
pribahasa. Apakah kelompok kedua ini sadar kalau mereka secara tidak 
langsung telah memberikan pembelaan dan justifikasi terhadap penyerangan 
itu.

Terlepas dari perdebatan pro dan kontra itu, bisakah masing-masing kita 
merenung sejenak untuk melihat kenyataan yang lebih pahit. Membuka nurani 
kita lebih luas lagi kepada Jamaah Ahmadiyah yang telah menjadi korban 
penyerangan. Bagaimanapun juga mereka adalah manusia yang berhak untuk hidup 
dan memilih sebagaimana manusia lainnya. Kabar yang kita dengar, penyerangan 
itu tidak hanya menyakitkan perasaan tapi juga mengarah pada bentuk 
intimidasi.. teror dan bahkan perusakan secara fisik. Bagaimana dengan 
keluarga mereka.. tempat tinggal mereka.. anak-anak mereka yang ketakutan.. 
waswas.. dan tidak nyaman dalam menjalani hidup. Mereka seperti terdakwa di 
tempat mereka sendiri.. di rumah mereka sendiri. Kemanusian mereka menjadi 
terusik hanya karena mereka manusia.

Dan lebih dari itu, terlepas dari perdebatan pro dan kontra itu, sekalipun 
seluruh manusia di dunia ini menudingkan tangan kepada Jamaah Ahmadiyah 
sebagai aliran sesat sejuta sesat, intimidasi, teror, penyerangan fisik, 
perusakan, dan penghancuran sama sekali tidak bisa ditolerir dengan alasan 
apapun dan dengan dalih apapun. Apa yang telah mereka lakukan murni sebuah 
tindakan kriminal yang harusnya diproses secara hukum, khususnya siapa 
sebenarnya yang berada dibalik peristiwa itu. Seyogyanya hal-hal seperti ini 
harus diusut tuntas sehingga tidak menimbulkan ancaman-ancaman serupa yang 
merusak tatanan masyarakat kita.

Hal yang lebih menyentuh keprihatinan saya yang paling dalam, beberapa hari 
terakhir ini banyak dari kawan-kawan setelah peristiwa itu.. dengan rasa 
keprihatinan dan penyesalan yang dalam.. lewat berbagai media yang tersedia, 
yang kemudian menyampaikan kepada saya, "Man, ternyata hidup ini lebih indah 
tanpa agama." Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dengan kepala tertunduk 
sedih saya hanya berkata dalam hati, "Agama tidak pernah menyesal turun ke 
bumi. Hanya manusia saja yang telah membuat agama itu menjadi candu.. yang 
membuatnya mabuk dan tidak bisa membedakan lagi.. sehingga merasa dan 
beranggapan dirinyalah agama itu dan agama itu adalah dirinya sendiri."

Aman
http://aman.kinana.or.id/post/agama/2005/281

----- Original Message ----- 
From: "Muh Syafei" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, July 27, 2005 10:57 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: DPRD Bogor Minta Bupati Larang Aktivita s 
JAI


> Yg punya nama Islam itu siapa? Sampeyan, MUI, HMNA .. atau siapa?
>
> Dadang Fahmi (QA) wrote:
>
>>Atas dasar kesesatannya karena mencaplok nama Islam seperti kelompok
>>jaringan Iblis la'natullah (JIL) itu..




Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke