http://www.sinarharapan.co.id/berita/0507/29/opi01.html



Agama yang Kehilangan Kemanusiaan
Oleh
Benny Susetyo Pr

Bila kita tengok perilaku keagamaan kita beberapa waktu terakhir dalam 
konteks kehidupan bangsa Indonesia, semangat penyejukan dan perdamaian yang 
dibawa agama tampak kering. Hampir pasti semangat tersebut meleleh karena 
perilaku sosial politik semenjak merdeka telah meracuni agama itu sendiri. 
Agama dikerangkeng di dalam aturan-aturan yang monolitik, monoton, dan 
berdampak tidak sehat.

Aneh, perilaku orang beragama justru buas terhadap sesamanya. Norma 
kesopanan telah pudar dalam sanubari bangsa ini. Seolah-olah kita telah 
kehilangan jati diri sebagai orang beragama, sebagai bangsa beragama, 
sebagai makhluk beriman. Karakter keimanan sebagai suatu substansi yang 
harus diraih, gagal kita bangun. Keimanan bukan untuk menyayangi makhluk 
lainnya, tetapi justru untuk membunuh, dengan segala macam cara.

Adakah yang salah dalam cara kita beragama, berbangsa, berperikehidupan? 
Mengapa bangsa kita hidup dalam ketidakberadaban karena membiarkan kekerasan 
demi kekerasan terus berlangsung tanpa ada usaha yang kuat untuk 
menghentikan praktik kekerasan itu sendiri? Sebagai bangsa beragama, mengapa 
orientasi kehidupan kita hanya mampu mencetak manusia kerdil, haus 
kekuasaan, harta dan kemuliaan belaka?
Sebetulnya kita sedih menyimpulkan statemen ini. Tapi kita tidak bisa 
mengelak sampai sejauh ini dalam kehidupan kebangsaan kita, kita sampai pada 
kesimpulan bahwa kehidupan keberagamaan kita telah gagal membangun sebuah 
karakter keimanan. Seolah-olah kesucian hanya dilihat di sekitar tempat 
ibadat, di luar itu orang boleh melakukan praktik yang berlawanan dengan 
keimanan.


Terasing dari Realitas
Tuhan bukan butuh persembahan tetapi umat manusia yang bertindak adil bagi 
sesama. Tuhan akan muak dengan persembahan kita bila tangan kita penuh 
dengan darah, dan mulut kita penuh dengan dusta. Realitas itu ditampilkan 
dalam wajah keagamaan saat ini, akibatnya keagamaan yang seharusnya 
membebaskan manusia dari situasi keterasingan, dalam realitas dirinya 
sendiri terasing.

Kita lihat dalam praktiknya, keberagamaan kita menampilkan wajah kontras 
antara kesucian individual dan kesalehan sosial. Kesucian individual ini tak 
kunjung berubah menjadi kesalehan sosial. Realitas agama hanya terjebak pada 
dimensi kesalehan pribadi yang berorientasi pada kesucian perorangan.

Ukurannya hanya sekadar persembahan belaka, tetapi tidak mampu memperbaharui 
perilaku sosial. Hal ini terjadi karena agama tidak mampu keluar dari 
persoalan identitas (logo) seperti di atas. Pemeluk agama masih terjebak 
pada persoalan kuantitas, bukan kualitas keimanannya. Agama hanya dihayati 
sekadar ritual belaka, tetapi dirinya terasing terhadap realitas kehidupan 
kemasyarakatan.
Agama jauh dari realitas kehidupan kemasyarakatan. Dia cenderung memikirkan 
dirinya sendiri dalam lingkup dogma, aturan dan legalitas. Dia tak mampu 
melihat realitas masyarakat yang mengalami penindasan, pemerkosaan hak, dan 
penderitaan kaum tertindas yang termarginalisasikan oleh sistem pembangunan.

Agama gagal mempraktikkan iman yang memihak nilai-nilai kemanusiaan, 
keadilan dan kesejahteraan. Mengapa agama bisa terasing dari realitas? 
Hampir 40-an tahun agama dijadikan subordinasi politik Orba. Agama hanya 
dimengerti sebagai ritus belaka dan berorientasi pada dogma an sich. 
Pemeluknya pun sekadar beragama formal dan fanatis.

Ini membuat pemeluk agama menjadi picik dan mudah dijadikan potensi konflik. 
Selama ini tanpa sadar cara beragama kita masih sekadar menjalankan 
kewajiban persembahan, bukan pada penghargaan hak-hak manusia lainnya. 
Penghayatan yang ritualistik ini melahirkan nilai keimanan yang kurang 
terwujud.


Ukuran Beradab
Karena itulah perubahan orientasi keagamaan seharusnya lebih difokuskan 
kepada nilai-nilai kemanusiaan. Dialog kemanusiaan ini akan membantu umat 
beragama memiliki kesadaran religiusitas yang berkualitas. Kualitas 
religiusitas inilah yang membawa nilai-nilai kemanusiaan semakin adil dan 
beradab. Ukuran beradab adalah bila terwujud solidaritas sosial yang 
universal, tanpa pandang bulu agama, etnis dan suku.

Ini terwujud bila umat beragama tidak terkurung dalam polemik yang hanya 
mempersoalkan perbedaan ajaran, melainkan, di sisi lain, umat beragama harus 
berani meninggalkan egoisme dengan cara membangun komitmen kemanusiaan.

Komitmen ini akan terwujud bila umat beragama jujur terhadap realitas dan 
jujur kepada Tuhan. Jujur terhadap realitas adalah umat beragama memiliki 
bela rasa terhadap penderitaan umat manusia yang beda keyakinan. Dengan itu, 
umat beragama dipanggil untuk bela rasa terhadap korban, dalam bahasa yang 
sama yakni kemanusiaan. Lewat wujud bela rasa itulah umat beragama 
menjalankan agama yang berbelaskasih. Lewat tindakan yang tulus itulah dia 
sebenarnya jujur terhadap Tuhan.

Umat beragama perlu mengadakan revolusi terhadap dirinya sendiri, dengan 
berani terus-menerus menafsirkan teks secara konteksual. Teks terus-menerus 
harus ditafsirkan dalam pelbagai konteks dan untuk kepentingan kemanusiaan. 
Dengan demikian, cakrawala agama akan semakin luas dan menyentuh nilai-nilai 
kemanusiaan secara universal.

Moralitas agama tidak mengajarkan: "Yang penting gue slamet, elo mau modar, 
sekarat, mati, itu bukan urusan gue," sebuah moralitas yang kini menjangkiti 
politisi kita. Mengapa? Sebab ini akan membawa agama hanya sibuk mengurusi 
ritualisme tapi melupakan keadilan, kejujuran dan ketulusan. Agama hanya 
terjebak pada gebyar-seremoninya, tetapi melupakan persoalan manusia yang 
mendasar. Ini akan membawa agama jatuh pada sekat-sekat primordalisme.

Penulis adalah budayawan

Copyright © 



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke