http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=208653&kat_id=16

     
Selasa, 09 Agustus 2005

Menyikapi Pluralisme Agama 
(Bagian Pertama dari Dua Tulisan) 
Oleh : 


Alwi Shihab
Menko Kesejahteraan Rakyat

Perbedaan pendapat merupakan fenomena lazim, atau fenomena alamiah, termasuk 
perbedaan pendapat baik yang bersifat substantif maupun skriptural. Tatkala 
substansi yang menjadi landasan perbedaan cara pandang terhadap suatu pendirian 
atau keyakinan, komitmen terhadap kebenaran atau keyakinan yang dipilih akan 
(harus) menjadi syarat agar perbedaan itu bisa bersanding dalam kedamaian.

Sedangkan tatkala perbedaan pendapat diakibatkan oleh penggunaan definisi 
leksikal atau penafsiran kontekstual yang berbeda, upaya mencari titik temunya 
harus dimulai dari penggunaan dan pemahaman semantik serta rujukannya yang 
sama. Diskursus yang muncul akhir-akhir ini berkenaan dengan beberapa konsep 
keagamaan dan pengamalannya bisa diperuncing dengan salah satu atau semua 
penyebab tersebut --termasuk yang menyangkut konsep pluralisme agama-- baik 
yang menyangkut masalah antaragama maupun intraagama.

Pengertian pluralisme
Dalam konteks pluralisme agama, dialog yang dilengkapi dengan toleransi tetapi 
tanpa sikap pluralistik tidak akan menjamin tercapainya kerukunan antarumat 
beragama yang langgeng. Dalam kaitan dengan itu, secara garis besar pengertian 
konsep pluralisme dapat diketengahkan dengan uraian sebagai berikut.

Pertama, pluralisme tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya 
kemajemukan. Namun yang dimaksud adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan 
kemajemukan tersebut. Pluralisme agama dan budaya dapat kita jumpai di 
mana-mana. Di dalam masyarakat tertentu, di kantor tempat kita bekerja, di 
sekolah tempat kita belajar, bahkan di pasar tempat kita berbelanja. Tapi 
seseorang baru dapat dikatakan menyandang sifat tersebut apabila ia dapat 
berinteraksi positif dalam lingkungan kemajemukan tersebut. Dengan kata lain, 
pengertian pluralisme agama adalah bahwa tiap pemeluk agama dituntut bukan saja 
mengakui keberadaan dan hak agama lain, tapi terlibat dalam usaha memahami 
perbedaan dan persamaan guna tercapainya kerukunan dalam kebinekaan.

Kedua, pluralisme harus dibedakan dengan kosmopolitanisme. Kosmopolitanisme 
menunjuk kepada suatu realita di mana aneka ragam agama, ras, dan bangsa hidup 
berdampingan di suatu lokasi. Ambil misal kota New York. Kota ini adalah kota 
kosmopolitan. Di kota ini terdapat orang Yahudi, Kristen, Muslim, Hindu, Budha, 
bahkan atheis. Seakan seluruh penduduk dunia berada di kota ini. Namun 
interaksi positif antar penduduk ini, khususnya di bidang agama, sangat 
minimal, kalaupun ada.

Ketiga, konsep pluralisme tidak dapat disamakan dengan relativisme. Seorang 
relativis akan berasumsi bahwa hal-hal yang menyangkut ''kebenaran'' atau 
''nilai'' ditentukan oleh pandangan hidup serta kerangka berpikir seseorang 
atau masyarakatnya. Sebagai contoh, ''kepercayaan/ kebenaran'' yang diyakini 
oleh bangsa Eropa bahwa ''Colombus menemukan Amerika'' adalah sama benarnya 
dengan ''kepercayaan/kebenaran'' penduduk asli benua tersebut yang menyatakan 
bahwa ''Colombus mencaplok Amerika.''

Sebagai konsekuensi dari paham relativisme agama, doktrin agama apa pun harus 
dinyatakan benar. Atau tegasnya ''semua agama adalah sama'' karena kebenaran 
agama-agama, walaupun berbeda-beda dan bertentangan satu dengan lainnya, tetap 
harus diterima. Untuk itu seorang relativis tidak akan mengenal, apalagi 
menerima, suatu kebenaran universal yang berlaku untuk semua dan sepanjang 
masa. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam paham pluralisme terdapat unsur 
relativisme. Yakni unsur tidak mengklaim pemilikan tunggal (monopoli) atas 
suatu kebenaran, apalagi memaksakan kebenaran tersebut kepada pihak lain. 
Paling tidak, seorang pluralis akan menghindari sikap absolutisme yang 
menonjolkan keunggulannya terhadap pihak lain.

Oleh karena itu, banyak orang enggan menggunakan kata pluralisme agama, karena 
khawatir akan terperangkap dalam lingkaran konsep relativisme agama. 
Sebagaimana diketahui, konsep relativisme yang berawal pada abad kelima sebelum 
masehi, yakni di masa Protagoras, seorang sofis Yunani. Konsep tersebut 
bertahan sampai masa kini, khususnya dalam pendekatan ilmiah yang dipakai oleh 
para ahli antropologi and sosiologi. Konsep ini menerangkan bahwa apa yang 
dianggap baik atau buruk, benar atau salah, adalah relatif, tergantung kepada 
pendapat tiap individu, keadaan setempat, atau institusi sosial dan agama. Oleh 
karena itu konsep ini tidak mengenal kebenaran absolut atau kebenaran abadi.

Keempat, pluralisme agama bukanlah sinkretisme, yakni menciptakan suatu agama 
atau kepercayaan baru dengan memadukan unsur tertentu atau sebagian komponen 
ajaran dan beberapa agama untuk dijadikan bagian integral dari agama baru 
tersebut. Dalam sejarah, kita dapati sekian banyak agama sinkretik. Fenomena 
ini tidak terbatas pada masa lalu. Hingga sekarang hal itu masih kita jumpai. 

Mani, pencetus agama Manichaeisme pada abad ketiga, dengan cermat mempersatukan 
unsur-unsur tertentu dari ajaran Zoroaster, Budha, dan Kristen. Bahkan apa yang 
dikenal sebagai New Age Religion (Agama Masa Kini), adalah wujud nyata dan 
perpaduan antara praktik yoga Hindu, meditasi Budha, tasawuf Islam, dan mistik 
Kristen. Demikian pula Bahaisme, yang didirikan pada pertengahan abad ke-19 
sebagai agama persatuan oleh Mirza Husein Ali Nuri yang dikenal sebagai Baha 
Ullah. Sebagian elemen agama baru yang didirikan di Iran ini diambil dari agama 
Yahudi, Kristen, dan Islam.

Dari uraian pengertian dasar tentang pluralisme itu dapatlah digarisbawahi di 
sini, bahwa apabila konsep pluralisme agama hendak diterapkan di Indonesia maka 
ia harus bersyaratkan satu hal, yaitu komitmen yang kokoh terhadap agama 
masing-masing. Seorang pluralis, dalam berinteraksi dengan aneka ragam agama, 
tidak saja dituntut untuk membuka diri, belajar dan menghormati mitra 
dialognya. Tapi yang terpenting ia harus committed terhadap agama yang 
dianutnya. Hanya dengan sikap demikian kita dapat menghindari relativisme agama 
yang tidak sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Model tauladan
Model pluralisme yang bersyaratkan komitmen yang kokoh terhadap agama 
masing-masing telah dicontohkan oleh Rasullah SAW, baik dalam tuturan maupun 
tindakan yang patut kita tauladani. Dalam meneladani beliau tentu saja kita 
diharapkan tidak terpaku pada formalitas lahiriah dan apalagi bila karena itu 
melupakan esensi ajarannya.

Kita, misalnya, harus menyadari bahwa ajaran beliau berorientasi kepada usaha 
persatuan kemanusiaan, sebagaimana firman Allah: ''Wahai seluruh manusia, 
sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (berasal) dari seorang lelaki dan 
seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar 
kamu saling kenal mengenal (bantu membantu). Sesungguhnya yang paling mulia di 
antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha 
Mengetahui lagi Maha Mengenal.'' (QS al-Hujurat [49]:13) 

Tentu saja patut dipahami di sini bahwa persatuan yang diajarkan itu tidak 
melebur perbedaan, tapi tetap menghormati perbedaan: karena setiap kelompok 
telah memilih jalan dan tatanan hidup mereka, sehingga mereka harus berpacu 
mencapai prestasi kebajikan. ''Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami 
berikan aturan dan jalan terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu 
dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap 
pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan. (QS al-Ma'idah 
[5]:48) 

Tauladan yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW telah tumbuh dalam 
kehidupan masyarakat kita dan kekaguman terhadap itu diperlihatkan juga oleh 
pimpinan agama dan kepercayaan lain. Agar tauladan itu berdampak pada kehidupan 
keagamaan kita, ada dua hal yang perlu digarisbawahi. Pertama, kita harus mampu 
mensosialisasikan semangat ajaran serta keteladanan Nabi Muhammad SAW.

Toleransi dan moderasi yang beliau ajarkan harus senantiasa menjadi acuan dan 
pedoman dalam interaksi kita dengan umat agama lain. Kita seyogyanya tidak 
terpengaruh oleh sikap, pendapat, dan pendekatan umat negara lain yang telah 
dibebani oleh sejarah konflik dan permusuhan yang ikut mewarnai budaya mereka. 
Konflik yang berkepanjangan, apalagi kontak fisik yang mengorbankan jiwa, tidak 
pernah terjadi di negeri kita. Oleh karena itu kedamaian dalam sejarah hubungan 
antarumat beragama di Indonesia harus tecermin dalam interaksi kita.

Kita tidak saja dituntut untuk bersama-sama mengoreksi citra dan kesan keliru 
yang boleh jadi tergambar dalam benak masing-masing, tapi lebih dari itu, kita 
harus memberi contoh dalam upaya menjalin kerja sama konstruktif, jauh dari 
perdebatan teologis doktrinal yang selalu berakhir dengan jalan buntu. Kerja 
sama tersebut antara lain adalah penanggulangan aneka ragam eksploitasi, 
kemerosotan moral, kemiskinan, dan kebodohan yang hanya dapat sukses apabila 
kita sepakat untuk mencari titik-titik temu dan persamaan.

Dalam wahyu Ilahi yang disampaikan oleh Nabi, titik-titik temu itu dinamakan 
kalimatun sawa. ''Katakanlah: Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu 
kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa 
tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu 
pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan 
selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, 
bahwa kami adalah orang-orang Muslim yang berserah diri (kepada Allah).'' ( QS 
Ali Imrfn [3]:64)


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
<font face=arial size=-1><a 
href="http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hi6kftp/M=364397.6958316.7892810.4764722/D=groups/S=1705076250:TM/Y=YAHOO/EXP=1123667455/A=2915264/R=0/SIG=11t7isiiv/*http://us.rd.yahoo.com/evt=34443/*http://www.yahoo.com/r/hs";>Get
 fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home 
page</a></font>
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to