http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/13/opini/1952404.htm

  
Belajar Menghargai Perbedaan 
Oleh: TOMY SU



Di zaman ini ternyata masih ada orang alergi bertoleransi dan saling 
mengapresiasi. Killing faith, didukung theological killing, membuat kekerasan 
atas nama agama marak di mana-mana, termasuk di Tanah Air.

Apalagi di tengah kian lakunya politik identitas agama, saat agama menjadi 
ideologi, prasangka gampang diledakkan menjadi aksi kekerasan atas nama agama.

Dalam situasi seperti ini, kita pantas menengok Cheng Ho yang bulan ini genap 
600 tahun ekspedisi monumentalnya.

Di mata masyarakat Nusantara, pelayaran Cheng Ho amat populer, seperti terlihat 
dari adanya cerita rakyat mengenai Dampu Awang (nakhoda kapal) yang 
diasosiasikan dengan Cheng Ho. Legenda tentang Cheng Ho ada di Lampung, Ancol, 
Indramayu, Cirebon, Kedu, Lasem, Tuban, Tulung Agung, dan Bali.

Sayang, selama Orde Baru (Orba), memori kolektif kita mencoba menutup apa pun 
yang berbau China, termasuk jasa dan peran Cheng Ho. Di era Orba kita lebih 
hafal ekspedisi Marcopolo ke Asia daripada yang dilakukan Cheng Ho di negeri 
ini.

Cheng Ho melakukan tujuh perjalanan muhibah dengan armada berjumlah 27.000 
pasukan, mengendarai 62 kapal Jung. Ia berangkat meninggalkan China 11 Juli 
1405.

Dari China, Cheng Ho mengunjungi Malaysia, Singapura, Indonesia, India, Iran, 
dan Kenya. Pada pelayaran perdana, saat berada di Palembang tahun 1406, 
pasukannya menangkap kawanan perompak yang dipimpin Chen Tsui. Kawanan perompak 
itu amat ditakuti para pedagang yang melewati Sungai Musi. Perompak itu dibawa 
pulang ke Negeri China dan menerima hukuman dari Kaisar Châ?Teng Tsu dari 
Dinasti Ming pada 1407.

Apa yang menarik dan relevan dari Cheng Ho? Cheng Ho merupakan sosok yang 
melebihi sebutan seorang admiral atau laksamana karena dia juga menyebarkan 
Islam di Nusantara.

National Geographic dengan tegas dan jelas menulis Cheng Ho adalah seorang 
Tionghoa muslim. Maka, historisitas dan relevansi misi Cheng Ho di negeri ini 
justru terasa kian bermakna. Apalagi, sampai saat ini tidak pernah jelas diakui 
peran Tionghoa muslim dalam proses masuknya Islam ke Nusantara. Cheng Ho 
menyebarkan Islam di Nusantara jauh sebelum para Walisongo menyebarkan Islam di 
Jawa.

Dalam seminar �Membincang Kontribusi Tionghoa dalam Proses Islamisasi di 
Indonesia�, 19 Maret 2005 di Semarang, Soemanto Al Qurtuby menyatakan, Islam 
tidak akan berkurang derajatnya meski ada peran orang- orang China di dalamnya. 
Di sini orang lupa, keislaman China lebih tua ketimbang Jawa.

Saat itu, China juga lebih maju dalam bertoleransi daripada saat ini karena di 
era Dinasti Ming Islam justru diberi kebebasan. Buktinya, sosok muslim seperti 
Cheng Ho justru diangkat sebagai orang kepercayaan Kaisar Châ?Teng Tsu dari 
Dinasti Ming.

Cheng Ho sebenarnya nama yang dianugerahkan Châ?Teng Tsu (Chu The) yang lebih 
populer dengan sebutan Yung Lo, kaisar ke-3 Dinasti Ming yang berkuasa tahun 
1403-1424. Nama asli Cheng Ho adalah Ma Ho, lahir 1370 M dari keluarga miskin 
etnis Hui di Yunan. Hui adalah sub-etnis Tionghoa muslim campuran antara etnis 
Mongol-Turki. Di China ada 56 etnis.

Meski loyal dengan agamanya, Cheng Ho juga punya pandangan lebih maju daripada 
kaum fundamentalis fanatik yang tak bisa menghargai perbedaan. Ketika menghadap 
Raja Majapahit, dia membawa pendeta-pendeta Budha dan Tao dalam audiensi itu. 
Konon, sebelum menghadap Sang Raja, 170 anggota ekspedisinya dibantai karena 
Raja Majapahit mengira misi Cheng Ho hendak mengobarkan perang.

Harus diakui berkat Cheng Ho, pernah tercipta harmoni di tengah masyarakat Jawa 
saat itu. Saat itu terjadi akulturasi antara nilai-nilai China, Jawa, dan Islam 
secara harmonis. Bukti-bukti harmoni itu hingga kini bisa dilihat di 
kelenteng-kelenteng di pantura Jawa, termasuk di Masjid Demak yang terkenal itu.

Sayang harmoni itu seperti hilang tak berbekas sejak era penjajahan Belanda di 
abad 16-17 hingga kini. Kerusuhan demi kerusuhan berbau sentimen etnis atau 
agama terus terjadi. Semoga kita bisa bertoleransi di tengah keragaman etnis 
dan agama di negeri kita.

Tomy Su Koordinator Masyarakat Pelangi Pecinta Indonesia



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke