Tentang Perdamaian 
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim ‘Adil Al-Haqqani 
“Mercy Oceans’ Divine Sources”,Medio 1983/4
Diambil dari http://mevlanasufi.blogspot.com

Pertanyaan: “Kita selalu berdoa untuk perdamaian. Bagaimanakah berbagai orang 
yang berbeda dapat hidup bersama dalam damai?”
 
Jawaban dari Maulana Syaikh Nazhim:
Pertanyaanmu adalah suatu pertanyaan yang penting, dan saya berterima kasih 
padamu karena telah menanyakan hal ini. Kita memiliki suatu perkataan: 
“Pertanyaan adalah setengah dari pengetahuan.” Menanyakan suatu pertanyaan yang 
penting seperti itu menandakan adanya kehidupan mental yang aktif dan ketulusan 
pada diri sang penanya. 
 
Tidak semua pertanyaan dapat dikategorikan sebagai setengah dari pengetahuan”, 
karena beberapa pertanyaan menunjukkan ketidak tulusan dan ketertutupan 
pikiran: yaitu ketika jawaban yang diharapkan atau pendapat yang diinginkan 
sudah tercakup dalam pertanyaannya. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu bukanlah 
suatu pertanyaan sama sekali, dan yang semacam itu datang kepada kita bagai 
berat sebuah gunung: pertanyaan-pertanyaan seperti itu hanyalah mempersempit 
perspektif dari pem bicaraan atau diskusi. Tapi, suatu pertanyaan yang tulus 
seperti pertanyaan tentang perdamaian ini adalah sesuatu yang kami senang untuk 
menerimanya dan senang pula untuk menjawabnya.
 
Kami berdoa demi perdamaian, kalian pun berdoa demi perdamaian dan kaum Kristen 
pun berdoa untuk perdamaian. Tetapi, yang terjadi adalah perdamaian tak 
tercapai, baik secara individual maupun secara umum – mengapa? Apa pun yang 
terjadi di dunia ini memerlukan kondisi dan syarat yang tepat agar bisa muncul 
dan terjadi. 
 
Perdamaian pun bukanlah pengecualian atas aturan ini. Agar perdamaian dapat 
terwujud, diperlukan kondisi dan syarat tertentu yang harus dipenuhi terlebih 
dahulu. Yang pertama adalah perdamaian batiniah (inner peace), dan kemudian 
perdamaian di antara dirimu sendiri dengan mereka yang berada di sekitarmu. 
 
Tapi, perdamaian akan tetap menjadi suatu sasaran yang tak pernah tercapai 
selama kondisi-kondisi untuk pencapaiannya ini tak terpenuhi. Agar suatu 
perdamaian tercapai di antara manusia, suatu syarat primer dan utama baginya 
adalah untuk mereka agar melihat satu sama lain dengan sikap dan rasa pemurah 
serta toleransi.  Lihatlah taman-taman yang indah ini: tanahnya sama dan satu, 
dan beratus-ratus macam pohon dan tanaman yang berbeda tumbuh di atasnya! Kita 
tak pernah melihat mereka mengeluh akan posisi tanaman jenis lain yang tumbuh 
terlalu dekat. Mereka bukanlah fanatik yang bersikeras agar seluruh pohon dalam 
area tersebut berasal dari satu varietas (jenis) yang satu dan sama. 
 
Jika kalian hidup di dekat orang-orang yang berasal dari berbagai latar 
belakang dan agama yang berbeda, kemudian masing-masing saling menghormati 
hak-hak yang lainnya, maka kalian pun akan hidup di lingkungan mereka tanpa 
menjumpai masalah apa pun. Nabi kita Muhammad sall-Allahu ‘alaihi wasallam, 
pernah hidup bertetangga dengan seorang Yahudi. 
Beliau tak pernah protes dengan berkata, “Bawa orang itu pergi dari 
lingkunganku dan buat dia untuk tinggal dengan sejenisnya.” Tidak! Teladan dan 
contoh dari Nabi Suci adalah teladan yang terbaik bagi kita, dan beliau selalu 
menekankan pentingnya hubungan bertetangga yang baik. Dalam Quran Suci, telah 
pula disebutkan secara spesifik bahwa para tetangga adalah termasuk di antara 
yang pertama-tama menerima pertolongan dan sadaqah. 
 
Karena itu, bertetangga adalah suatu konsep yang penting dalam Islam, dan 
berdekatannya orang-orang yang berbeda akan menghancurkan fanatisme sempit. 
Kalian telah diseru dan disuruh untuk menjadi tetangga-tetangga yang baik. 
Kalian punya agama kalian, jalan hidup kalian dan ide-ide kalian, dan ia pun 
memiliki agama, jalan hidup, dan idenya sendiri. 
Serahkanlah dia pada Tuhannya dalam urusan-urusan yang kalian berbeda atasnya, 
tetapi, dengan berbagai cara, tetaplah jaga rasa hormatmu pada tetanggamu dan 
berikan yang terbaik baginya. Inilah tugas kalian, dan jika kalian melakukan 
tugas kalian ini, kalian pun bisa berharap bahwa tetangga kalian pun akan 
menunjukkan hal kebajikan yang serupa bagi diri kalian. Jangan mencari-cari 
kesalahannya atau menyebabkan kedengkian dan kebencian dengan menyerang 
kepercayaannya. Biarkanlah Tuhanmu, Sang Hakim dari segala hakim, untuk 
memutuskan; dan fanatisme-mu pun akan mati.
 
Saat ini saya duduk bersamamu. Jika saya melihatmu (dan pada semuanya) sebagai 
ciptaan-ciptaan Tuhan saya, sebagai buah yang unik dan sempurna dari penciptaan 
yang luhur oleh Tuhan saya, melihat diri kalian seperti seseorang yang tengah 
melihat pada sekuntum mawar atau suatu pohon yang tengah berbuah, maka saya pun 
kini tengah duduk di suatu taman surgawi, dan kedamaian batiniah datang dari 
setiap orang ke dalam kalbu saya. Jika kita dapat melihat satu sama lain dengan 
adab seperti itu, kita pun tidak hanya akan memperoleh penerimaan dan 
toleransi, tapi juga keakraban, familiaritas dan penghargaan (apresiasi), dan 
yang paling utama, cinta dan kedamaian.
 
Tapi, karena manusia sekarang tidak menghargai satu sama lain sebagai 
ciptaan-ciptaan Tuhan mereka yang unik dan terkasih, mereka pun tak mampu untuk 
bersikap toleran satu sama lain, apalagi untuk mampu menghargai mereka atau 
menjadi lebih akrab dengan mereka. “Dunia ini tak cukup besar untuk menampung 
kita berdua,“ kata salah seorang kepada yang lainnya, juga satu bangsa atau 
negara kepada bangsa dan negara lainnya. Setiap orang berteriak lantang akan 
dirinya masing-masing demikian kerasnya untuk menekan eksistensi yang lain. Dan 
perilaku semacam ini membuat orang menjadi demikian berat pula, hingga Bumi pun 
hampir-hampir tak mampu lagi menampung keseluruhan ras manusia, bukan karena 
jumlah mereka tapi karena sikap dan perilaku mereka.
 
Kita telah mencegah diri kita sendiri dari sikap menghargai orang lain dan 
mencari keakraban dengan mereka. Kita melihat mereka tidak sebagai wakil-wakil 
Tuhan kita yang tercinta di muka bumi ini, tapi sebagai ancaman-ancaman bagi 
diri kita sendiri. Dan mereka pun, sebagai gantinya, melihat kita sebagai 
orang-orang yang berbahaya, dan menarik keakraban mereka dari diri kita. Karena 
itulah, sikap liar dan buas tengah berjangkit dan tumbuh secara cepat pada 
manusia, dan dari sifat liar inilah muncul kebekuan, kebencian dan kedengkian 
di antara manusia. 
 
Ego dan nafsu rendah kita telah membangun dinding-dinding di sekeliling kita – 
dinding dan tembok yang tak dapat ditembus. Hancurkanlah tembok-tembok itu agar 
kalian mampu menghargai orang lain dan mendekati mereka. Kalian pun kemudian 
akan menemukan bahwa perasaan-perasaan yang tulus mulai mengalir dari kalbu 
kalian, dan sebagian besar orang akan mulai menunjuk kan sikap yang lebih baik 
terhadap diri kalian. 
 
Tapi, jika kalian suka bertengkar dan terkuasai oleh ego rendah kalian yang 
buruk dan serakah, tak seorang pun mampu mendekatimu dan kalian pun tak mampu 
mendekati seorang pun kecuali dengan kekerasan. Ini adalah sesuatu yang 
bersifat timbal balik. Jadi, hal pertama yang harus diperbaiki adalah dirimu 
sendiri, untuk mengendalikan ego/nafsu rendahmu, agar diri kalian mampu untuk 
meberikan keak raban yang tulus pada semua orang.
 
Salah seorang di antara Wali-wali besar dari Jalan Sufi biasa melakukan 
perjalanan di gurun dengan menunggangi punggung seekor harimau dan menggunakan 
seekor ular sebagai sebuah cambuk. Bagaimana mungkin hal yang demikian terjadi? 
Apakah rahasianya? Allah Ta’ala telah memberikan perasaan, intuisi dan persepsi 
kepada setiap makhluq-Nya. Jika kalian dapat terbuka dan memberikan keakraban 
tulus bahkan pada seekor harimau yang besar, ia pun dapat dijinakkan dan kalian 
dapat menggunakannya sebagai hewan tunggangan. 
Dan itu hanya seekor hewan liar, maka bagaimana pula dengan Keturunan Adam 
alaihissalam, yang telah dikaruniai begitu banyak potensi oleh Tuhan mereka 
hingga Ia memanggil mereka sebagai “Mahkota dari Ciptaan” dan menjadikan mereka 
sebagai wakil-wakil-Nya di muka Bumi? Kalian pun harus me raih keakraban yang 
tulus dengan mereka untuk menjinakkan mereka.
 
Dan di hadapan demikian banyak kejahatan dan kebuasan yang tengah terjadi di 
dunia ini, kita tak boleh berputus asa dan berkata, Tuhan macam apakah yang 
telah menciptakan manusia-manusia yang jahat dan bengis yang melukai manusia 
lainnya dan menyebabkan kekerasan massal dan perang di dunia ini?” Kita mesti 
menjinakkan keliaran ini dengan Keluhuran dan Kepemurahan Budi. Jangan katakan 
bahwa tidak ada suatu Hikmah Ilahiah dalam penciptaan harimau dan ular (atau 
manusia-manusia yang menyerupai hewan-hewan ini dalam tindakan-tindakan 
mereka)! Katakan bahwa Dia Yang Maha Agung telah menciptakan harimau untuk 
ditunggangi dan ular untuk digunakan sebagai cambuk tunggangan!
 
Suatu kala, pernah ada seorang laki-laki yang merasa terganggu oleh kecoak. 
Kemana pun ia pergi, ia selalu menjumpai hewan kotor menjijikkan ini. Dan tak 
peduli apa pun yang telah ia lakukan, ia tak mampu menyingkirkan kecoak-kecoak 
itu dari sekelilingnya. Ia bahkan telah berpindah rumah beberapa kali dalam 
kota kampung halamannya sambil berharap bahwa huniannya yang baru tak akan 
tercemari kecoak, tapi, kenyataannya malah selalu ada kecoak. Akhirnya, setelah 
kehilangan harapan, ia pun pindah ke negara lain di mana jumlah kecoaknya lebih 
sedikit. Ia menetap di negara baru tersebut. 
 
Pada akhirnya, laki-laki ini menderita suatu penyakit berupa abses (nanah 
disertai pembengkakan) yang demikian parah di kakinya. Dia pergi ke banyak 
dokter, tapi semua obat yang mereka resepkan justru membuat penyakit absesnya 
makin parah, dan membuatnya makin menderita. Ia pun akhirnya menyerah untuk 
melakukan usaha lebih lanjut untuk mengobatinya. 
 
Suatu hari ia sedang duduk di depan rumahnya dengan kakinya diangkat ke atas, 
sambil mengeluh dan mengadu kesakitan: “Ah, eeh, oh, ooh!” saat mana datang 
seorang darwis pengembara. Sang darwis bertanya padanya, “Mengapa kau duduk di 
situ berkata ‘Ah, eeeh, oh, ooh’?” Ia menjawab, “Aku menderita abses kronis di 
kakiku dan tak peduli apa pun yang kulakukan, penyakitku ini tak kunjung 
sembuh; malahan ia bertambah parah setiap kali aku melakukan pengobatan 
atasnya.”
 
Sang darwis berkata, “Oh, penyakit ini adalah penyakit termudah di dunia untuk 
diobati. Pernahkah kau melihat seekor kecoak?” “Kecoak! Kutukan dalam hidupku! 
Di negara asalku ada begitu banyak kecoak hingga mereka membuatku gila. Karena 
itulah aku datang untuk hidup di negeri ini, hanya untuk lari dari kecoak.” 
Sang darwis berkata, “Kau mesti menangkap banyak-banyak kecoak, bunuh mereka, 
dan bakar mereka, kemudian ambillah abunya dan taburkan ke lukamu; maka, Insya 
Allah (dengan kehendak Allah), penyakitmu akan sembuh dengan cepat.” 
 
Laki-laki itu mengikuti nasihat sang darwis, memburu kecoak di negeri itu dan 
menemukan mereka dengan kesulitan dan kepayahan, kemudian kini abses-nya telah 
sembuh. Setelah kejadian itu, ia tak pernah lagi mengutuk keberadaan kecoak.Dan 
bagaimana dengan Keturunan-keturunan Adam yang paling dihormati, yang telah 
Allah jadikan sebagai khalifah-khalifah (wakil-wakil)-Nya di muka Bumi? Jangan 
benci mereka atas tindakan-tindakan buruk mereka, tapi ingatkan dirimu sendiri 
bahwa mereka adalah pula ciptaan-ciptaan tercinta Tuhanmu; dan berusahalah 
untuk menjadi pemurah dan penyantun, sebagaimana Quran Suci telah menyebutkan: 
“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang 
yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman 
yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan 
kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada 
orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS Fusshilat, 41:
 34-35)
 
Lihatlah, sebagaimana telah saya sebutkan sebelumnya, Nabi Suci Sall-Allahu 
‘alaihi wasallam pernah hidup bersebelahan dengan seorang Yahudi di Madinah. 
Nabi bersikap toleran atas kehadirannya, sekalipun orang itu biasa membuang 
sampahnya di depan rumah Nabi setiap hari sebagai suatu tanda penghinaan bagi 
beliau. Suatu hari Nabi Suci sall-Allahu ‘alaihi wasallam, memperhatikan bahwa 
tak ada sampah di depan rumahnya. Pada hari berikutnya pun tak seoonggok sampah 
pun terlihat. 
 
Beliau kemudian bertanya tentang keadaan sang tetangga itu dan mendapat kabar 
bahwa ia ternyata telah jatuh sakit. Kemudian Nabi Suci berniat mengunjunginya, 
untuk melakukan ziyarah pada yang sakit. Sang laki-laki Yahudi itu demikian 
terkejut melihat Nabi di pintu rumahnya, dan bertanya, “Bagaiamana dirimu tahu 
aku sedang sakit?” Beliau menjawab, “Aku perhatikan bahwa hadiah harianmu tak 
ada lagi di depan rumahku seperti biasanya, maka aku pun berpikir bahwa sesuatu 
yang tidak baik mungkin telah terjadi pada dirimu. Karena itulah, aku bertanya 
dan mendapat kabar bahwa dirimu tengah sakit.”
 
Tapi, jauh dari sikap menunjukkan kebaikan pada anggota-anggota masyarakat 
lainnya, orang-orang saat ini tak lagi mampu menghargai, atau pun berbagi 
keakraban bahkan dengan anggota-anggota keluarga mereka sendiri. Para istri tak 
dapat menghargai sifat-sifat baik suami mereka, dan sebaliknya pula. 
Keluarga-keluarga itu mungkin tinggal dalam satu atap, tapi sama sekali tak ada 
perasaan akan rumah atau keluarga. Orang-orang telah menjadi asing terhadap 
kerabat-kerabat terdekat mereka, setiap orang telah terbungkus dalam dunia 
keinginan awa nafsunya, dan tak ada figur seorang pun dalam dunia itu melainkan 
dirinya sendiri, atau dunia itu adalah untuk ekploitasi egoisnya.
 
Jika familiaritas atau keakraban tak dapat lagi dijumpai dalam 
keluarga-keluarga, apatah lagi dalam komunitas yang lebih besar? Tak mungkin! 
Maka, berbicara tentang perdamaian dunia adalah sesuatu yang lebih sia-sia 
lagi, karena keakraban, cinta, dan kedamaian mestilah dibangun dalam individu, 
kemudian dalam keluarga, dan seterusnya, dari unit terkecil ke yang lebih 
besar, dan bukan kebalikannya.
 
Kita berdoa untuk suatu dunia yang damai, agar semua api yang tengah terbakar 
ini dapat dipadamkan, dari Timur ke Barat. Tapi, tembok dan dinding 
keterasingan telah menjadi demikian menakutkan hingga tak satu bangsa/negara 
pun mempertimbangkan untuk kedekatan dan kerja sama sejati dengan yang lainnya. 
Keakraban tengah terpenjara, dan keliaran serta keterasingan tengah menyebar 
hari demi hari begitu cepatnya hingga, kecuali arus ini dapat dibendung, akan 
menyapu habis seluruh dunia. Arus kebuasan itu tengah memancar keluar, dan tak 
satu bendungan pun yang kita bangun mampu menampungnya, karena manusia hanyalah 
dapat menuai benih yang telah ia tanam. 
 
Manusia menanam benih-benih keliaran dan kebuasan, maka ia pun mesti memanen 
kebuasan, bukan keakraban dan persahabatan. Arus ini tengah menyapu habis semua 
level dari hubungan manusiawi; ia telah menyelimuti seluruh Bumi ini. Apa yang 
akan menjadi hasilnya? Menurut suatu tradisi sunnah, manusia akan memakan 
dirinya sendiri dalam suatu semburan kekerasan hingga Intervensi Ilahiah 
membuat api yang tengah berkobar itu padam dan berhenti.
 
TENTANG DEMONSTRASI
 
Tanya: “Bagaimanakah dengan orang-orang yang berbaris dan berdemonstrasi untuk 
perdamaian – membawa spanduk dan bernyanyi – apakah mereka memajukan perdamaian 
ataukah malah merusaknya?”
 
Syeikh Nazhim: Jika orang-orang itu berada dalam kedamaian dengan dirinya 
sendiri, dalam kehidupan batiniah mereka, maka usaha-usaha mereka mungkin akan 
membawa manfaat. Tapi, jika mereka masih liar dan keras dalam diri mereka, apa 
yang akan menjadi hasil dari aktivitas mereka itu? Lebih banyak kedengkian, 
kebencian, dan kebuasan akan muncul, dan hanya itu.
 
Kini, perdamaian dilukiskan dalam banyak surat kabar sebagai seekor merpati, 
tetapi ada begitu banyak elang-elang yang tengah menunggu untuk memangsanya. 
Jika tak ada sarana untuk melindungi merpati itu, perdamaian hanya akan menjadi 
kata tak bermakna. Saat ini, sekelompok besar wanita tengan berpawai dari 
Skotlandia menuju London untuk perdamaian, Masya Allah! Begitu banyak ibu dan 
wanita membawa perdamaian dari Skotlandia! 
 
Demonstrasi-demonstrasi semacam itu hanya akan menjadi bahan tertawaan dan 
hinaan orang-orang, bukan apa-apa lagi; karena masalah ini membutuhkan Dukungan 
Ilahiah.
Perdamaian haruslah didukung, dan untuk mendukung perdamaian, seseorang 
membutuhkan kekuatan/kekuasaan: tak ada kekuatan tak ada perdamaian. Dan 
dukungan terkuat bagi perdamaian adalah kehidupan batiniah yang telah bangkit: 
keakraban dan familiaritas yang tumbuh dalam hati kita dan menyebarkan 
cabang-cabangnya ke seluruh dunia. 
 
Tanpa adanya kalbu (jantung atau hati) yang subur dan berbuah seperti itu, 
apakah arti dari suatu “Pawai Perdamaian”? Itu hanyalah permainan anak-anak, 
siapa yang akan menganggapnya serius? "Anda tidak bisa membayangkan penghargaan 
tertinggi yang diberikan kepada umat manusia. Di hadapan dzat Ilahi nyawa 
seseorang itu lebih berharga dibanding seluruh isi alam ini. Saya salah satu 
yang menentang orang-orang yang membawa manusia ke derajat paling rendah, yaitu 
derajat binatang serta menciptakan dan Memanfaatkan senjata nuklir." 
 
Bihurmati habib, al Fatihah, Wa min Allah at taufiq
 
wassalam, arief hamdani 
hp 0816 830 748, please joint the Sufi Way
by access http://mevlanasufi.blogspot.com
jadwal dzikir jama'ah terbuka untuk umum
 
MAJELIS DZIKIR HAQQANI SUFI WAY
 
Zawiyah Kebun Jeruk
Kamis 25 Agustus 2005, Bada Isya
Jl. Kelapa Dua Raya No. 1
Jakarta Barat ( Terusan dari Jl. Panjang Kebun Jeruk)
 
Setiap Rabu, Jam 21.00
Zawiyah Cinere, Jl. Vila Terusan No. 16 Cinere
Masuk lewat Vila Cinere Mas
 
Setiap Sabtu, Bada Ashar
Zawiyah Teuku Umar 
Jl. Teuku Umar 41, Jakarta Pusat
 
Setiap Senin Malam jam 20.30
Zawiyah Sanggar Bulungan
Dibelakang Kolam Renang Bulungan Jl. Kyai Maja
 
JADWAL MAJELIS DZIKIR DI KOTA INDONESIA 
DAN SELURUH DUNIA DAPAT DI AKSES DI
http://mevlanasufi.blogspot.com


                
---------------------------------
 Start your day with Yahoo! - make it your home page 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke