Saturday, 27 August 2005, Opini Publik


      Menyoal Guru dan Pendidikan Guru 
      oleh A Kardiyat Wiharyanto     

       MASALAH rendahnya mutu sekolah di Indonesia ini sudah sangat sering 
dikeluhkan masyarakat. Hal ini peranan guru merupakan salah satu unsur yang 
dianggap sangat menentukan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang 
mempunyai kaitan langsung dengan rendahnya mutu guru. Orangtua melongok 
sekolah, terutama dilihat mutu gurunya. Sebab, mutu guru yang rendah 
menyebabkan mutu sekolah yang rendah pla. Sebagian besar guru dianggap mutunya 
rendah. Benarkah demikian? 

      Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh 
negara-negara berkembang dan juga bukan soal dana. Meskipun Amerika Serikat 
(AS) membelanjakan sekitar separoh dari pendapatannya untuk pendidikan, tetapi 
mutu pendidikannya kalah dari Jepang dan Jerman yang mengeluarkan biaya 
pendidikan tidak sebanyak AS. Dalam penyelenggaraan pendidikan, AS cenderung 
untuk membelanjakan sebagian besar uang untuk sarana dan administrasi, 
sementara untuk gaji guru relatif kecil. Sebaliknya Jepang dan Jerman, 
mengeluarkan sebagian besar biaya untuk gaji guru, sementara bangunan/sarana 
dan administrasi dibuat lebih sederhana tidak sementereng AS.

      Berdasarkan pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di mana 
kebutuhan minimal sarana dan fasilitas pendidikan telah relatif terpenuhi, 
nampak bahwa investasi biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan 
(gaji) guru lebih mampu meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana. 
Di negara kita memang agak lain persoalannya, banyak sekolah yang kebutuhan 
minimal sarana pendidikan saja juga belum terpenuhi.

      Masalah pengelolaan dan administrasi biaya pendidikan kita terletak pada 
masih rumitnya prosedur pembiayaan, mulai dari perencanaan sampai pada proses 
pengelolaannya. Kerumitan itu menyangkut mata rantai birokrasi atas-bawah 
(vertikal) maupun hubungan antarinstansi satu dengan lainnya (horisontal).

      Walaupun otonomi sekolah sudah mulai menampak, namun masih terasa 
ganjalan-ganjalan dalam proses perencanaan, prosedur pengelolaan, dan 
distribusi anggaran pendidikan mulai dari pusat sampai ke daerah. Namun 
demikian, dengan berjalannya otonomi daerah, maka pengelolaan pendidikan mulai 
beralih ke Kabupaten atau Kota.

      Dengan bercermin pada pengalaman negara-negara maju, maka dilihat dari 
segi pelakunya, persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan 
guru. Kesejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial. Yang nonmaterial 
misalnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang sejuk, dan perlindungan 
hukum.

      Adapun yang termasuk kesejahteraan material adalah gaji, tunjangan, dan 
insentif lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang harus secara jujur 
diakui masih minim. Kenaikan gaji cenderung hanya upaya mengimbangi laju 
inflasi. Akibatnya secara riil daya beli para guru umumnya tidak banyak 
meningkat.

      Walaupun secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi 
gaji guru dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan. Di negara-negara lain 
yang mutu pendidikannya telah lebih tinggi, misalnya seperti tetangga kita di 
Malaysia, mengajarkan kepada kita bahwa memang prestasi kerja merupakan fungsi 
dari imbalan. Makin tinggi imbalan, makin tinggi kesungguhan, komitmen, dan 
produktivitas kerja, serta semakin kecil tindakan indisipliner.

      Belajar dari negara-negara yang mutu pendidikannya lebih tinggi itu pula, 
mereka berani menyediakan sekitar seperempat lebih anggarannya untuk sektor 
pendidikan. Dan dari jumlah itu, sebagian besar adalah untuk kesejahteraan 
guru. Jika gaji guru meningkat, maka akan meningkat pula status guru, sehingga 
mampu menarik calon-calon guru yang berkualitas. Bukan hanya calon kelas dua 
atau tiga seperti yang masuk ke pendidikan guru sampai saat ini.

      Lembaga pendidikan guru (misalnya FKIP), bukanlah idola calon mahasiswa 
atau orangtua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi 
sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang "kurang baik" karena 
pendapatannya rendah. Karena itu jabatan guru tidak menarik minat banyak orang 
dan juga tidak menarik bagi putra-putri terbaik bangsa.

      Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi calon guru, terutama dari 
keluarga kurang mampu atau kurang mampu pula secara akademis. Mereka memilih 
FKIP dengan harapan bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat menjadi pegawai 
negeri sipil. Namun kenyataannya, masih banyak lulusan FKIP yang tidak dapat 
diangkat lantaran kemampuannya juga rendah. Dan lebih ironis pula karena banyak 
lembaga-lembaga pendidikan yang justru mengangkat lulusan fakultas murni untuk 
menjadi tenaga guru lantaran kemampuannya dianggap lebih.

      Semakin sempitnya kesempatan untuk diangkat menjadi guru, menyebabkan 
kualitas dan kuantitas yang masuk lembaga pendidikan guru juga merosot. 
Konsekuensinya mutu lulusan atau calon guru yang dihasilkan merosot pula. 
Akibatnya mutu pendidikan di negeri ini akan terus merosot pula.

      Melihat kondisi pendidikan kita saat ini, tidak banyak yang dilakukan 
dalam usaha menarik minat calon bermutu memasuki lembaga pendidikan guru selama 
faktor status guru tidak dapat diubah atau diperbaiki. Menaikkan pandangan 
terhadap profesi guru amat terkait dengan kemampuan keuangan pemerintah, 
mengingat pada waktu ini sekolah terutama dikelola pemerintah.

      Barangkali anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi pendidikan 
guru seperti di atas yang menyebabkan calon guru kurang memiliki motivasi yang 
kuat. Lebih parah lagi sebagian yang dididik sebagai calon guru sekarang 
sebenarnya tidak ingin menjadi guru. Oleh karena mereka tahu bahwa profesi guru 
tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh 
harta kekayaan yang banyak, kekuasaan yang cukup, atau pengaruh yang luas. Oleh 
karena itu sampai saat ini profesi guru dirasa sebagai kerja paksa, artinya 
terpaksa jadi guru karena bidang lain tidak bisa menampungnya. Tetapi kerja 
paksa juga bisa diartikan, kerja keras tetapi gajinya kecil. Di masyarakat yang 
gandrung pada pemenuhan kebutuhan materi, kedudukan atau pekerjaan guru kurang 
memperoleh nilai tinggi. Sebab, walaupun tugas guru itu mulia, namun tidak 
memberi keuntungan materi.

      Berdasarkan kondisi tersebut, maka agaknya repot bagi pendidikan guru 
untuk menangkis serangan atau kritik tentang mutu lulusannya. Masyarakat 
mengeluh anak-anaknya diajar oleh guru yang kurang bermutu. Di sisi lain, LPTK 
mengkhawatirkan semakin merosotnya minat calon mahasiswa yang ingin menjadi 
guru. Keluhan masyarakat dan kekhawatiran perguruan tinggi tersebut pada 
akhirnya beralamatkan kepada pemerintah juga.

      Sampai sekarang jawaban yang memuaskan terhadap permasalahan guru dan 
mutu pendidikan masih dicari dan diupayakan. Mungkin bisa dicoba untuk 
membatasi jumlah masukan ke pendidikan guru sebatas jumlah minimal program 
studi masih bisa memenuhi syarat. Jika masukan sudah amat terbatas, maka 
lulusan juga amat terbatas, sehingga jumlah pencari kerja di bidang pendidikan 
makin berkurang, sampai pada suatu titik di mana terdapat kekurangan guru lagi. 
Sedangkan yang ada sekarang mudah-mudahan dalam jangka waktu tertentu bisa 
diangkat, walaupun sebagai guru bantu.

      Sampai saat ini memang sudah banyak kebijakan dan strategi untuk 
memperbaiki mutu sekolah, namun hasilnya belum optimal. Sejauh gaji guru masih 
relatif rendah, tampaknya tidak mudah meningkatkan mutu pendidikan. Di situlah 
titik kelemahan pendidikan kita, sehingga mutu sekolah sulit ditingkatkan. Oleh 
sebab itu, jika kita benar-benar mau meningkatkan mutu sekolah, maka sistem 
penggajian guru secepatnya diperbaiki. q - o

      *) Drs A Kardiyat Wiharyanto MM, 

      Dosen Pendidikan Sejarah di USD, Yogyakarta. 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke