Ikutan ach....

Hanya mau tanya aja , "berfikir out of the box"
,..diluar sana banyak box....betul seperti di Store /
toko  berbagai macam dan jenis  box dijual dengan
kekurangan dan kelebihannya, jadi berfikir out of the
box-nya menurut versi mbak Mia itu box yang mana ya?
Apakah yang dimaksud oleh mbak Mia itu adalah landasan
berfikir atau dasar berfikir? apakah yang dimaksud
dengan Mbak Mia adalah berfikir dengan keluar dari
landasan berfikir yang islami atau atau
feminis?...atau berfikir dengan keluar dari landasan
berfikir sistim Macho ?
Terimakasih.

salam.

Kalau tidak salah Islam tidak mengenal Feminis atau
Machois, lanang-wedok / laki - perempuan sama saja,
yang dilihat Allah adalah keimannya. 



--- "A. Yasmina" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> Mba Mia,
> Saya sudah lama tidak membaca obrolan teman2 di WM,
> jadi tidak tahu persis obrolan tentang berfikir "out
> of the box", hanya saja beberapa hari yang lalu saya
> membaca satu artikel yang saya sudah lupa judul dan
> penulisnya, tapi disana dijelaskan bahwa manusia itu
> ciptaan Allah yang paling sempurna, sempurnanya itu
> terutama di otaknya yang bisa mikir dirinya atau hal
> lainnya di luar dirinya atau kehidupannya di dalam
> keluarga dan masyarakat, apakah ini maksud mikir
> 'out the of the box'? Katanya sih, jika manusia
> tidak bisa mikir 'out of the box' ini maka dia
> diragukan kesempurnaannya ...:-)
>  
> Dari tulisan mba Santi di bawah ini, kok orang tetep
> aja ribut memisahkan wilayah domestik dan wilayah
> publik lalu berfikir perempuan itu hanya untuk
> wilayah domestik saja, lebih aneh lagi jika
> perempuan di wilayah domestik itu menjadi mulia
> karena menderita secara fisik untuk mendukung suami
> yang dianggap membela agama.
>  
> Menurut mba Mia dulu, tiap orang itu unik, dari hal
> itu bisa kita kembangkan bahwa karena keunikannya
> tiap orang itu berbeda dengan yang lainnya, maka
> beda pula masalah yang dihadapinya atau unik pula
> masalah yang dihadapinya, maka beda pula cara dia
> menyikapi kehidupannya supaya tetap survive.
>  
> Jadi seorang perempuan bisa saja hanya beraktivitas
> di wilayah domestik saja atau di wilayah publik saja
> atau di dua wilayah itu karena kondisinya memang
> berbeda-beda atau unik tadi.  Kita tidak bisa secara
> tegas mengatakan bahwa seorang perempuan menurut
> agama harus di wilayah domestik saja.  Yang penting
> adalah untuk perempuan itu perlakuan yang adil,
> seperti yang mba Mia ceritakan tentang perempuan
> Aceh yang diperlakukan tidak adil ketika dia menjadi
> perempuan kepala keluarga dalam klaim tanah dan hak
> miliknya.  Saya juga pernah melihat perempuan di
> Aceh yang jadi pembantu, kerjanya menyetrika baju di
> sekian keluarga.  Ibu itu semakin lama semakin
> terlihat kurus, katanya capek karena sebelum bekerja
> dia harus mencuci baju, menyiapkan sarapan untuk
> anak dan suaminya.  Pulang kerja dia juga harus
> mengurus pekerjaan rumah tangga sementara suaminya
> hanya hidup berjudi ayam.  Ibu itu semakin menderita
> ketika sepeda untuk dia berkeliling bekerja ke
> beberapa rumah juga dijual suaminya
>  yang butuh uang untuk berjudi dan harus menyediakan
> uang untuk bayar polisi saat suaminya menusuk teman
> judinya, ketika ibu2 majikannya bertanya kenapa dia
> tidak menggugat cerai suaminya, dia menjawab bahwa
> istri harus taat kepada suami apapun yang terjadi
> dan menggugat cerai suaminya yang tidak pernah
> membawa uang sejak pernikahan itu adalah tanda
> ketidak taatan istri ke suami.  Adilkah itu?
>  
> Selain perlakuan adil sebagai manusia, kesempatan
> untuk mendapat ilmu supaya perempuan yang di wilayah
> domestik, publik atau di kedua wilayah itu bisa jadi
> 'manusia sempurna', dia bisa membimbing anak2nya
> jadi generasi yang lebih OK, dianya juga bisa
> berkembang lebih OK.
>  
> Mba Santi juga kok meributkan aktualisasi diri untuk
> perempuan yang ada di wilayah publik, berapa persen
> sih perempuan yang harus bekerja dobel2 di wilayah
> domestik dan juga publik itu yang alasannya itu
> karena aktualisasi diri? Umumnya perempuan -
> terutama di lapisan menengah ke bawah (dan itu yang
> jumlahnya terbanyak dibanding perempuan menengah ke
> atas) yang bekerja karena harus membiayai rumah
> tangganya karena penghasilannya suaminya tidak cukup
> untuk makan keluarganya.
>  
> salam
> Aisha
> ---------- From: "Mia" <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Pembebasan Apa?
> (Catatan untuk kaum Feminis)
>  
> Semua negara dilihat dari kebijakan pemerintahnya,
> emang punya agenda 
> tertentu. Kalau itu agenda dari negara maju seperti
> Amerika terlihat 
> lebih high profile dan kontroversial.
>  
> Tapi jangan lupa, kebijakan pemerintah/negara
> terdiri dari ragam 
> budaya masyarakat dan orang-orangnya. Kultur Barat
> lebih berat di 
> maskulin, menurut pendapat saya - sekalipun ada
> 'agenda feminis'. 
> Selain itu juga Amerika masih dikuasai patriarki
> macho neo-lib. So 
> pemberdayaan apa sih sebenarnya pake cara-cara macho
> dan nggak 
> mengindahkan feminine traits?
>  
> Tinggal di rumah itu bukan persoalan tinggal di
> rumah tok. Tapi di 
> rumah itu ngapain?  "Tinggal di rumah" di kalangan
> masyarakat bawah, 
> berbeda dong dengan tinggal di rumah di masyarakat
> menengah atas. Ibu 
> saya dulu dibilangnya 'tinggal di rumah', tapi
> kenyataannya blio 
> adalah mitra bread winner bapak, dan menjadi pencari
> nafkah tunggal 
> waktu bapak meninggal dini. Tetep saja ibu saya
> merasa bukan bread 
> winner karena konstruk sosial yang menomorduakan
> peran perempuan 
> sebagai kepala keluarga.
>  
> Ibu saya nggak berkutat dengan persoalan aktualisasi
> diri, wong kasih 
> makan anak sembilan juga dah berat sebagai ortu
> tunggal.  Tapi 
> bagaimana dengan perempuan-perempuan Dharma Wanita,
> isteri-isteri 
> pengusaha/professional kaya, kalangan menengah atas?
>  Aktualisasi 
> diri adalah persoalan mereka. Ketika kebutuhan dasar
> keluarga 
> terpenuhi, bagaimana dengan hakikat diri mereka
> sendiri sebagai 
> pribadi?
>  
> Apa kenyataan di Aceh di masyarakat bawah?  Dari
> misalnya beberapa 
> ribu penduduk suatu desa sebelum tsunami, kemudian
> yang tinggal 150 
> orang.  Berapa jumlah perempuan? 35 orang, terdiri
> dari bayi sampai 
> nenek-nenek.  Ini statistik rata-rata.  Keluar
> pengakuan dari salah 
> satu perempuan dewasa, bahwa selain dari kebutuhan
> sehari-hari, 
> mereka kehilangan pekerjaan mereka yaitu industri
> rumah, peternakan, 
> dan pertanian tadah.  
>  
> Semua orang juga tahu tangkasnya perempuan Aceh
> dalam menghidupi 
> keluarga, bahkan untuk survive di tengah kancah
> kekerasan militer. 
>  
> Lalu apa persoalan perempuan Aceh kepala keluarga
> yang harus 
> menghidupkan keluarganya sekarang dan kehilangan
> segalanya? Ternyata 
> mereka nggak bisa meng-klaim hak milik dan tanah
> mereka. Karena 
> menurut tafsiran adat dan syariat hak milik itu
> harus diklaim oleh 
> sanak laki-laki.  Ini adalah salah satu dari sederet
> persoalan yang 
> dihadapi perempuan Aceh, akibat pemahaman sepihak
> pada tradisi dan 
> syariat Islam.
>  
> So persoalannya bukan perkasanya perempuan dalam
> menyiasati kehidupan 
> dengan cara mereka yang halus dan tersamar.  Yang
> kebanyakan survive 
> dari perjalanan berat kaum Mormon melintas Amerika
> di abad 19 itu 
> adalah perempuan, laki-lakinya mati di perjalanan.
>  
> Persoalannya adalah pengakuan sosial hukum, hak
> wali, hak waris, 
> status kepala keluarga dll dalam jaman modern
> transisional ini. Ini 
> semua terkait dalam suatu bangunan yang disebut
> konstruk sosial. 
> Yaitu bagaimana pemahaman sosial gender terkait
> dengan pengakuan dan 
> konstruk sosial itu.
>  
> So, persoalan ibu saya yang pribadi tidak bisa
> memecahkan konstruk 
> sosial yang timpang ini - karena setiap kita kudu
> berpikir 'out of 
> the box' menurut istilah mbak Herni - untuk bisa
> keluar dari transisi 
> ini. Dimana pemikiran individu yang melintas batas
> ini secara 
> kolektif akhirnya bisa menggerakkan suatu perubahan
> dalam konstruk 
> sosial yang status quo.
>  
> Ibu saya survive. Ibu rumah tangga isteri
> pejabat/pengusaha kaya itu 
> pun survive.  Perempuan yang dulu berkarir tapi
> sekarang jadi full 
> IRT pun survive. Perempuan lajang sendirian nggak
> pernah kawin itu 
> pun survive.  Pasangan lesbian itu juga survive. 
> Perempuan-perempuan 
> 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke