Sebenarnya sih dalam karya bagi saya tidak ada lagi istilah memadukan dunia realita dan fiksi. Kalaupun kita masih menggunakan istilah realita, tentu yang kita maksud adalah realita yang diciptakan sendiri oleh penulis lewat karyanya. Apakah realita ciptaan dalam karya itu adalah realita sesungguhnya atau tidak, itu sudah menjadi persoalan lain.
Memang persoalan ini pernah dibahas dan mungkin akan terus dibahas; kebenaran dalam karya. Kita seperti dihadapkan pada kenyataan antara benar dan dusta ketika membaca sebuah karya. Kita sadar betul bahwa yang kita baca bukanlah berita sehingga kita menjadi tidak berani mengatakannya dusta dan kebohongan. Namun pada sisi lain, realita karya tidak sepenuhnya sama seperti realita hidup yang nyata terjadi. Dan dengan itu kita menjadi tidak bisa mengatakannya benar. Barangkali sudut inilah yang mendorong pengkajian awal tentang imajinasi dan seterusnya berkembang menjadi topik tersendiri yang ikut serta memperkaya kajian sastra dan kritik sastra. Kalau sastrawan telah menyelami dunia realita lewat lorong dunianya sendiri yang unik, saat karyanya keluar maka kita pun dituntut untuk menyelami dunia itu. Bahkan mungkin lebih rumit, karena saat berhadapan dengan karya sastra, kita telah berhadapan dengan tiga unsur yang tidak bisa kita kesampingkan, yaitu; lorong dunia realita, lorong realita ciptaan karya, dan lorong realita kita sendiri. Mungkin inilah yang menjadi pemicu awal konsep pembaca adalah manusia merdeka di hadapan karya sastra. Imajinasi kita sebagai pembaca dibawa terbang ke dalam realita ciptaan karya dibayang-bayangi realita sesungguhnya, dan yang lebih dominan, seringkali tidak kita sadari, dua alam imajinasi itu sebenarnya berkecamuk dalam alam realita ciptaan kita sendiri sebagai pembaca. Tidak keliru menurut saya kalau Prof. Dr. Izzuddin Ismail kemudian menyebutkan, bahwa jangankan kita sebagai pembaca, pencipta karya itu ketika berhadapan dengan karyanya sendiri, dia sedang berhadapan dengan dunia lain. Bedanya hanya realita yang ada di hadapannya sekarang adalah realita ciptaannya sendiri ketika berkarya. Barangkali kebanyakan dari kita terkecoh dengan dunia fantasi sehingga menganggapnya sebagai dunia hayalan semata. Sedangkan karya-karya seperti itu tidak bisa kita sebut fantasi karena berada atau berasal dari sebuah dunia nyata yang pernah terjadi dan sangat mungkin dialami oleh penulisnya sendiri. Menurut saya, keterkecohan itu sudah saatnya kita buang dari sekarang. Karena bagaimanapun juga, apakah imajinasi itu berwujud apa yang kita anggap fantasi atau berwujud laksana realitas nyata, semuanya tetap imajinasi. Dan tidak ada imajinasi yang tercipta dari ruang yang kosong. Bahkan ruang yang kita sebut hampa, dalam dunia karya bukanlah sebuah ruang yang kosong dan hampa. Dari sudut lain, imajinasi adalah ciptaan imajiner yang tidak sepenuhnya terlepas dari ruang realita. Dan karena ciptaan imajiner, kita sebut dengan realita ciptaan karya. Outputnya yang menjadi tulisan atau lukisan akhirnya kita sebut dengan karya, bukan berita. Pembahasan mendalam tentang masalah ini akan mengajak kita menyelami dunia imajinasi dan apa hubungannya dengan dunia realita. Namun saya belum siap untuk menuliskan lebih jauh di sini, karena memang belum ahlinya, :) Selain itu, berkaitan dengan pembaca, kita juga akhirnya harus mendalami bahasan tentang dialektika kreasi dan posisi kritik. Singkatnya bisa saya gambarkan sederhana. Setiap kita sebenarnya sedang berada dalam proses dialektika dengan dunia nyata. Namun mungkin sastrawan dan seniman yang lebih menyadari hal itu dalam dunianya sendiri. Kalau saya tambahkan, para ilmuwan dan filosof termasuk di antara mereka yang sadar tentang proses dialektika itu. Tentu yang saya maksud dengan sadar di sini, bukanlah sadar dalam makna yang sederhana, tapi kesadaran yang penuh laksana mimpi-mimpi yang terus mengejar setiap kali tidur, atau bayang-bayang yang selalu mengikuti setiap saat. Dialektika dan "kemampuan interaksi" dengan realitas itulah kunci utama penulis dan pemikir besar. Dalam dialektika itu, mereka sedang berada dalam dunia masa kini dengan tubuh tegap menghadap masa depan. Mungkin itu maksud Barthes ketika berbicara tentang kreator dia menyebutkan beberapa karakteristik utamanya yaitu, penyingkap, penghancur, dan pembangun. Dua unsur ini dengan sendirinya berproses dalam dialektika yang serupa. Seseorang--katakanlah seniman--sedang berhadapan dengan masa kini-nya dengan pengamatan dan intuisinya yang tajam bagaimana "masa kini" itu adalah jalan menuju "masa depan" apakah lurus atau berliuk-liuk. Dia harus menyingkapnya dan kemudian mungkin merevisi dan menghancurkannya untuk kemudian dia bangun kembali demi "masa depan"-nya. Pada sisi lain, tidak setiap detik pun dari kehidupan kita yang berlalu kecuali secara otomatis dalam sekejap menjadi masa lalu. Hanya sebentar kita sudah bisa sadar, bahwa "masa lalu" ini bukanlah sepotong roti yang terhiris dari lingkarannya di atas talam. Namun berlangsung secara terus menerus. "Masa lalu" dengan sendirinya telah menjadi satu unsur yang melengkapi dua unsur itu; masa lalu, masa kini, dan masa depan. Maka, seniman itu rupanya berada dalam dialektika yang rumit. Dia sedang berhadapan dengan masa kini yang hanya dalam sekejap adalah masa lalu-nya, dan masa depan itu juga dalam sekejap menjadi masa kininya. Tiga unsur yang terpisah dan bersambung sekaligus. Namun ia mampu menghadapi kerumitan itu untuk menciptakan dunianya. Dan dunia itulah yang kita sebut realita ciptaan karya. Izzuddin Ismail menyebut unsur itu dan seniman itu laksana perempuan yang subur dan dunia itu hanya bisa tercipta ketika seniman ini mengawininya. Noura, Sarah, atau Aisha, seperti yang diangkat oleh Habiburrahman itu mungkin saja ada. Namun saya pikir itu tugas tim invertigasi nantinya hehehe... Sedang saya, yang mungkin bisa saya lakukan hanyalah menyelami dunianya Habib. Dunianya yang pernah ia ciptakan sendiri dalam karyanya. Dan itu seperti yang biasa saya lakukan saat melihat sebuah taman. Dalam dunia nyata, saya hanya bisa melihatnya bagian perbagian, tapi dalam imajinasi, saya bisa melihatnya utuh sekaligus dalam satu waktu. Dan bahkan mungkin lebih bagus atau sebaliknya lebih buruk dari taman yang ada di dunia nyata. Saya belum membaca karya Habib, AAC sehingga saya tidak bisa memberikan komentar lebih banyak. Namun dari beberapa komentar kawan-kawan yang pernah membacanya, saya mencium bau romanticisme dalam karyanya itu. Khususnya dari sudut imajinasi. Laki-laki itu mungkin hanya ada 1 dari seribu bahkan sejuta laki-laki yang ada secara nyata. Dan Habib telah menegaskannya, bahwa laki-laki itu ada. Lebih pasti, ada dalam dunia ciptaannya. Terima Kasih Aman ----- Original Message ----- From: "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Sent: Wednesday, September 14, 2005 12:58 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di harokah ce nembak duluan? :-) > Ada tiga cewek di sana, Noura si gadis mesir, terus Sarah yang orang turki > dan gede di Jerman, kaya dan jelas aja karena itu lebih menang posisi > (kayak > ibunda Khadijah) terus yang santri anak kyai dari Indonesia (yang gak > berani > minta duluan sehingga kalah set ama Sarah). Btw, nama nama yang ada di > buku > itu banyak yang beneran ada orangnya. Bahkan beberapa orang pernah > hinggap > di milis wm ini, dan jelas, mas Aman Fatha kenal semua he he he, wong yang > disebutin semuanya orang terkenal di bumi kinana ..... Asik aja sih > memadukan dunia realita dengan fiksi. Jadi bernas gitu ... > > Kalo menurut saya, berani gak berani, itu masalah kebiasaan dan adat di > masyrakatnya .... > > salam, > Ari Condro > > ----- Original Message ----- > From: "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> > > Teringat lagi sama novelnya Habiburrahman El-Shirezy dalam "Ayat > Ayat Cinta" yang setting lokasinya di Mesir. Digambarkan bahwa > disana (ato cuma di novel itu aja ya?)memang cewek yang nembak > duluan, tapi melalui pihak ketiga. Modelnya St. Khadijah menembak > Rasulullah SAW... > > Jadi emang bukan soal islami or gak, kali ya? > ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/