BIsmilahirrahmanirahiim Alhamdulilah, sdr Shafiah yang dirahmati Allah swt. Saya sangat tertarik dengan penjelasan anda dan saya dapat memahaminya. Bersama ini saya kirimkan sebuah artikel tentang Sufi sesuai dgn pengamatan saya yang masih jauh dari sempurna, namun demikian mudah2an ada manfaatnya untuk dapat memotivasi diri kita lebih jauh untuk mempelajari agama islam dan sufi.Belajarlah kamu sampai keliang kubur demikian Rasul bersabda. Wassalam
shafiyyah77 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assalamualaikum, saya respon perpargraf aja mas ya...:) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aman FatHa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Saya tidak ingin membicarakan lebih jauh tentang syariat, hakikat, thariqat > dan makrifat ini. Namun ada dua tanggapan yang perlu saya utarakan: > > Pertama, beberapa kasus keanehan yang dialami orang-orang seperti kasus adik > kelas saya itu, kesimpulan yang kita berikan selalu bersifat spekulatif. > Karena itu, dasar utama ketika saya mencoba melihat fenomena dia adalah > husnuzhan. Saya tidak tahu kapan Iblis itu datang atau seperti apa sehingga > tidak mungkin bagi saya misalnya menyimpulkan bahwa itu kemasukan Iblis. Apa > iya, dia yang lebih menginginkan shalat daripada makan itu kemasukan Iblis, > atau berzikir dengan rutin sehingga berada dalam kondisi yang seperti gila > karena kemasukan Iblis. Waktu itu, kami hanya melihat bahwa dia sedang > berada dalam kondisi yang lain dari biasanya. Katakanlah sekarang "gila" > dalam tanda kutip seperti penjelasan Mas Sutiyoso. Kami hanya berpikir, ini > masalah dan kami harus menyelesaikannya, dengan cara kami yaitu dibawa > kepada Ustadz. Mas bilang husnudzon, sedang mas sendiri tidak menyalahkan iblis sebagai aktor utama yang menimpa adik kelas mas:) artinya mas menyalahakan Allah, karena orang itu terlalu banyak berdzikir?:) saya kira mas yang su'udzon pada Allah:) Logikanya gini aja mas, bagaimana mungkin saat Allah menciptakan kita dan menyuruh kita beribadah kepada-Nya, lalu Allah akan membuat kita emnajdi gila? Saya mengajak mas yuk.. kita husnudzon :) sesuatu yang berdampak buruk dari sikap kita tentu karena setan dan iblis, sedang sesuatu yang berbuah manis dari sikap kita tentu berasal dari nurilahiyah:) walau keduanya terjadi atas kehendak-Nya. Jadi kita sama-sama masih berspekulasi dan berprasangka yha?:) > Dengan penjelasan itu bisa dipahami maksud saya dengan memberikan tambahan > tentang konsep sufi. Kesadaran manusiawi. Bahwa orang yang sudah kasyaf atau > berada dalam penghayatan tertentu akan semakin rajin setan menggodanya, itu > benar. Namun seperti apa, kita tidak bisa memastikan. Cerita- cerita tentang > Abdul Qadir al-Jailani dan lain-lain, enak dan gampang kita simak untuk > menumbuhkan kehati-hatian dan kesadaran manusiawinya, karena kita bisa > membacanya. Persoalannya, bagaimana jika ada fenomena yang kita alami > sendiri atau dekat dengan kita. Ukuran apakah itu ghurur (tipu daya) setan > atau bukan, wah tidak semudah itu kita bisa mengenalinya. Contoh selain dari > kasus adik kelas saya, seseorang yang setiap jum'at shalat di Makkah. Ini > bukan asumsi, atau cerita-cerita yang tidak ada sumbernya yang pasti. Ini > adalah cerita pengalaman dari orang yang sangat dekat dengan saya sendiri. > Dia setiap jum'at shalat di Makkah. Wah, apa mungkin?! Itulah kenyataan yang > dia alami. Jum'at kedua kemudian begitu juga. Hingga pada jum'at ketiga, > saat khatib sedang khutbah di atas mimbar, dia beranikan diri memukul Ka'bah > yang di hadapannya dengan sejadah. Tiba-tiba suasana dan semua bentuk > berubah. Dia ternyata berada di tengah-tengah hutan. Ka'bah yang dipukulnya > itu ternyata adalah sebatang pohon besar. Jadi jelas selama ini dia berada > dalam tipu daya setan. > > Pertanyaannya, seberapa besar ukuran keberanian kita untuk melakukan seperti > yang dia lakukan jika kita mengalami kejadian serupa. Apalagi kejadian > seperti ini sering dibuat menjadi bahan kebanggan, bukan? Saya pikir, inilah > kesadaran manusiawi yang ada dalam dirinya. Dia tidak larut dan tidak > tenggelam dalam suasana batin yang mendorongnya untuk merasa sudah bersih, > merasa sudah suci sehingga mendapatkan kesempatan seperti itu. Dia tetap > pada dirinya sebagai manusia yang sadar, yang berpikir, yang hamba, yang > manusiawi, yang punya potensi "merusak" (minjam istilah Mbak Chae) tapi > terus berproses menuju sesuatu yang ideal. Gini mas, saya dapat ilmunya dari suami saya gini:) Untuk mencapai marifat, seseorang harus perkokoh syariat, lalu berjalan mencari dalam sebuah tarikat sehingga akan paham hakikat (marifatullah). kadang orang nggak sabar, jadi langsung mau marifatnya sedang syariatnya dia nggak isitiqamah, tarikatnya juga sendirian nggak ada mursyid yang bimbing. jadi seperti yang saya tulsikan merespon mas sebelumnya, sikap terburu2 inilah yang kadang bikin orang menajdi gila, perusak, membuat onar dimasyarakat dll. Saya mengerti teman mas itu duduk dimasjid, dzikir, tapi mas aman tahu kan apa itu syariat? Syariat itu nggak ibadah vertikal aja (dzikir), tapi berdagang, adab, dll. orang ini lupa bermuamalah, ibadah horisontalnya nggak maksimal:) diatas mas bilang ngggak mau membicarakan syariat, tarikat, hakikat, dan marifat. tapi menurut saya seseorang yang berusaha khusyu dalam ibadahnya, dia kadang tidak sadar sedang menyelami dunia ini. cuma caranya macam2, ada yang dibimbing ada yang sendirian (bergurukan buku). apa yang menimpa adik mas persepsi saya dia sedang "berjalan". jadi maaf kalau saya sedekahkan sedikit pemahaman tentang syariat, tarikat, hakikat dan marifat ini.:) > Jadi, panas dalam zikir sebagaimana disampaikan ustadz-ustadz saya tidak > saya tafsirkan sebagai panas api, tapi kondisi yang membuat seseorang lupa > akan siapa dirinya. Kelupaan diri itu tidak melulu bisa kita pastikan > sebagai ghurur setan (tentu maksudnya, merusak, atau keluar dari ajaran), > bisa juga dalam bentuk dorongan hidup di menara gading, merasa sudah bersih > dan suci, dll. Dan pesan memperbanyak shalawat karena shalawat itu dingin > yakni adalah untuk mengembalikan posisinya sebagai manusia sebagaimana > Muhammad itu adalah manusia. Manusia yang sadar diri sepenuhnya dalam > menggapai Tuhan. Panas itu sumbernya dari api mas:) FYI, di dunia ini hanya ada air, api, tanah, dan udara:) Lalu nur dimana? nur itu ada pada masing- masing zat tersebut:) ah... panjang untuk mengungkapkan ini. saya juga belum mendalami. Suami saya seorang tarikat, tapi dia belum mengajarkan banyak pada saya. dia menyruuh saya perkokoh syariat dulu. katanya nanti kalau sudah bisa senyum yang manis, nggak marah2 lagi, baru saya mau diajarinnya:) asik lho mas....:) seorang yang syariatnya bagus pasti tawadhu kaerna tawakal, katanya:) saya belum bisa begitu, jadi nggak mau dia ajarin:) > Kedua, soal al-Hallaj. Saya tidak tahu dasar apa yang bisa kita gunakan > untuk mengatakan al-Hallaj adalah pembela Iblis. Saya kira ini adalah > kesimpulan yang keterlaluan. Yang saya tahu, al-Hallaj pernah hidup dekat > dengan pembesar-pembesar istana, sedang pada sisi lain dia hidup di > tengah-tengah penduduk yang fakir. Sekembalinya dari perjalanan ke India, > dia menjadi seorang guru yang menyampaikan nasihat-nasihat dan berbicara > tentang "keluh kesah Cintanya", menyebarkan ide-ide reformisnya. Hidupnya > kemudian senantiasa penuh dengan penjara dan persidangan- persidangan yang > tak kunjung usai, penuh tuduhan hingga pengadilannya yang terakhir tahun 309 > H. di depan Hakim al-Maliky (dari mazhab imam Malik) Abu Umar al- Hamdy > disertai dua orang Qadhi (jaksa) masing-masing dari mazhab Syafi`i dan Dari > Mazhab Hanafi sebagaimana biasanya persidangan waktu itu. Seingat saya, > dalam beberapa persidangannya, salah seorang Qadhi dari Syafi'i adalah Ibnu > Suraij. Ibnu Suraij ini yang kerap membelanya dalam persidangan, tapi > kemudian mengundurkan diri dalam persidangan selanjutnya karena pembelaannya > tidak didengarkan. > > Seperti juga penegasan penulis buku "Kasf al-mahjub" bahwa ia melihat di > Iraq kelompok yang menamakan dirinya "al-Hallajiyah" (pengikut Hallaj) > setelah lebih dari 100 tahun kematian Hallaj. Ini tak jauh beda dengan > ungkapan al-Ma`arry dalam bukunya "Risalah al-Gufran" bahwa ada suatu kaum > di Bagdad yang menanti munculnya al-Hallaj. Mereka tinggal di pinggiran > sungai Tigris di mana Hallaj disalib, menanti kembalinya Hallaj. Al Ma`arry > sendiri wafat 140 tahun setelah penyaliban Hallaj. Dengan demikian, > sebagaimana yang bisa kita baca juga dalam buku "Akhbar al-Hallaj" tak > diragukan lagi kalau Hallaj memang menyibukkan dirinya dengan problematika > masyarakatnya. Dan bisa dipastikan sikap Negara terhadapnya tidak lain > adalah "vonis" terhadap pemikiran sosialnya ini. Sisi ini yang jarang > diangkat oleh orang-orang yang berbicara tentang al-Hallaj. :) kalo kemarin mas Aman bilang maqom al-hallaj itu udah mencapai kedudukan tertinggi, dan hanya menyerahkan pada Allah saja, saya juga mau menyampaikan bahwa al-hallaj adalah pembela iblis, saya serahkan apda Allah aja:) jadi gini mas. ada aqidah sufi yang namanya ittihada yaitu ketika seseorang (sufi) telah emncapai maqam tertinggi sehingga dia biasa mengeluarkan kata-kata yang aneh. seperti al-Bustami dengan kalimatnya, "Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tiada Tuhan melainkan aku, maka sembahlah aku". Orang awam yang denger ini kan bisa bilang dia gila, padahal sufi ini tidak gila. :) lalu al-hallaj dengan kalimat saktinya," Aku adalah Tuhan yang Haq". Kalima inilah yang menjadi polemik dan membuatnya dihukum, dicungkil matanya, disalib dll:) dan ini dilakukan oleh ulama, pembesar sufi (syekh shaffar) dizaman itu:) intinya kenapa saya sebut al-hallaj pembela iblis? ah sebenarnya ini bukan kata saya koq:) tapi persepsi orang banyak:) kita hidup didunia ini semuanya cuma berspekulasi iya toh mas?:) oh ya kenapa pembela iblis? jadi gini. al-hallaj membela iblis ketika mencoba memahami dialog antara iblis dengan Tuhan. iblis yang mencari otoritasnya sebagai tuhannya kejahatan:) iblis itu bertanya, sebenarnay saya ini diperintahkan untuk bebruat kejahatan, menjermuskan manusia atau kejahatan itu sebenarnya karena Allah? kalau manusia berbuat kejahatan apakah itu kehendak Allah atau karena mereka telah mengikuti perintahku? kata iblis. Disitu al- Hallaj membela iblis dengan mengatakan bahwa manusia berbuat kejahatan karena mengikuti perintahnya iblis, bukan kehendak Allah. saay sendiri berpendapat bahwa manusia berbuat kejahatan karena kehendak Allah, semua yang terjadi atas izin-Nya, iblis dan lain- lain itu cuma perantara aja:) gitu:) Wassalam, Fiyyah > > > Wassalam > > Aman > ----- Original Message ----- > From: "shafiyyah77" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> > Sent: Saturday, September 17, 2005 8:12 PM > Subject: [wanita-muslimah] Re: Bacaan Dzikir Sesudah Sholat Fardhu > > > Assalamualaikum:) > Waduh... panjang juga ya diskusi tentang dzikir dan gila:) > Jadi ingat Majnun (gila) dan Laila:) Keduanya, menurut persepsi kaum > sufi adalah simbol cinta yg abadi laksana romeo dan juliet. juga > menjadi simbol cinta yang tulus kepada-Nya. Lalu seorang gembala > yang mabuk kepayang kepada Allah sehingga dia dicap gila oleh Nabi > Musa:) ah... ini lain kasus yha?:) > > Focus in discuss, hakikat dzikir bukan gila, bukan juga orang jadi > gila karena dzikir. Menurut saya, apa yang menimpa adik kelas mas > Aman, dia sedang kemasukan iblis atau ghurur, tipu daya iblis yang > ampuh untuk mengacaukan seseorang. Ada teman suami saya murid Anand > Krishna yang mengaku merasa lebih dekat dengan Tuhan setelah > mengamalkan ajarannya (ajaran Anand). Dia kalau berwudhu bisa sampai > menangis, katanya. Tetapi, menurut seorang sufi yang sudah kasyaf, > itu adalah "tangisan yang menipu" (seperit pernah dikatakan Imam al- > Ghazali) - artinya tangisan itu tidak keluar dari ruhnya yang > merindukan Allah, tetapi dari nafs-nya, yang "menyamar".. wallahu > a'lam. Tetapi menurut suami saya sufi itu benar, sebab jika kita > mencampuradukkan agama (Islam dengan ajaran Anand Krisnah), hasinya > adalah sesuatu yang tidak selaras dengan jalur Islam. Bisa jadi yang > membisikkan adalah jin yang musyrik (seperti kasus Lia Aminudin). > Memang dalam sufi ada banyak bahayanya. Yang kita hadapi bukan lagi > konsep abstrak tetapi kenyataan. Dalam Qur'an dikatakan bahwa > sesunggunya setan itu musuhmu yg nyata. Kata seorang sufi, jika kita > sudah kasyaf, maka benar-benar menghadapi setan secara nyata, > hadir, "face-to-face" dan tipu dayanya lebih mengerikan karena > orang yg naik maqamnya itu dia akan mulai merambah alam di atas alam > jasmani (ruhani) - di "dunia lain" ini yg dihadapi bukan lagi > sekedar yuwas wisufi sudurinas, tetapi langsung tipu daya yg makin > bahaya. Syaikh Abdul Qadir Jailani juga pernah dicoba oleh Iblis, > yang mengambil bentuk cahaya dan mengaku Tuhan. Tetapi selama > syariat kokoh, biasanya Allah-lah yg akan melindungi kita. > > Tapi kalau seseorang jadi kepanasan karena terlalu banyak dizkir, > saya kira Rosulullah dulu engga:) beliau malah kedingingan ketika > wahyu itu disampaikan padanya. Sedang Nabi Musa sendiri malah > diperlihatkan "loncatan api" (gunung yang terbelah) ketika beliau > ingin melihat Allah. Jadi nggak slalu bisa disebut panas itu kaerna > dekat dengan Allah, atopun sebaliknya dingin itu karena lagi dekat > degnan Allah :) > > Oh ya tentang Al-Hallaj , beliau itu pembela iblis. Sebenarnay dalam > bersufi (menurut teori diceritakan suami saya lho) yang paling > penting untuk dipahami dulu adalah perkokoh syari'at. Kadang orang > tergesa-gesa menyelami hakikat padahal cuma sekedar membaca buku, > merenungkannya, atau merenungkan kejiwaannya, atau merenungkan > pikirannya sendiri. Dzikir belum lagi dawam dan istiqamah, tahajud > belum setiap malam, tetapi sudah buru-buru bicara soal asma, soal > wahdatul wujud, dan seterusnya. Benar bahwa hal-hal seperti itu bisa > menjadi kajian filosofis yang menarik, dan itu tidak mengapa, tetapi > jika tidak hati-hati dan rendah hati, pengetahuan itu bisa > membangkitkan "api" dalam dirinya, atau membangkitkan > kesadaran "nar" dalam dirinya. Padahal, dalam tradisi sufi, tujuan > sebenarnya adalah mengubah kesadaran "nar" itu menjadi > kesadaran "nur" - dari api (neraka/nar) menjadi cahaya/nur, sebab > bukankah Allah berfirman bahwa Allah adalah cahaya (nur) langit dan > bumi? Kita ingat bahwa bahan bakar neraka (nar) adalah manusia dan > batu. Dalam konteks ini kita sesungguhnya telah menjadi bahan bakar > nar, kecuali kita mau mengubahnya menjadi nur. Syariat adalah > informatif, tarekat adalah transformatif dan hakikat adalah > afirmatif. selama kita belum menekuni syariat dan menjalani > transformasi kesadaran melalui tarekat (dalam arti yg luas), > bagaimana mungkin kita bisa mengafirmasikan hakikat? > > Begitulah yang selalu disalahfahami dan terlalu buru2 sehingga iblis > mudah memasuki "ruhaniyah" seseorang. sufi memang pada kebanyakan > sudah dicampuradukan dengan spiritualisme, padahal sufi itu Islam. > Ini pulalah yang membuat sufi menjadi borok, terkesan mistik, sesat, > dll.maaf jadi ikut2an panjang nih:) > Wassalam, > Fiyyah > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aman FatHa" <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > Saya aja yang jawab ya, minta izin. > > > > Mas Sutiyoso, > > Persoalan zikir kepada Allah itu bisa membuat seseorang gila > memang tidak > > ada secara teori, tapi ada dalam kenyataan. > > Salah seorang adik kelas saya, setelah mengamalkan zikir selama > seminggu > > secara rutin, tiba-tiba dia menjadi kacau. Otaknya melayang- layang > seperti > > orang yang tidak menginjak bumi lagi. Susah bagi saya menjelaskan > > kondisinya, karena disebut gila juga tidak tepat. Itu bukan gila. > Namun > > kesadaran duniawinya atau kesadaran kemanusiaannya lenyap. Saya > menduga saja > > awalnya, ini disebabkan mentalnya tidak siap dan belum kuat. > Secara teori > > saya membayangkan bahwa orang yang rutin melakukan zikir dengan > segala > > keikhlasan dan penghayatannya akan membawa seseorang ke kondisi > yang tenang > > secara batin. Namun tidak terbatas itu saja, dalam rumusan sufi > ada yang > > disebut dengan "terbuka hijab". Dinding penghalang yang bersifat > duniawi > > atau manusiawi itu terbuka dan kepadanya diperlihatkan kebesaran > Tuhan yang > > sangat besar dan luas. > > > > Pada kasus adik kelas saya itu, saya menduga hijab itu dibukakan > untuknya. > > Ketika itu dia tidak akan merasakan lagi nikmatnya makanan ketika > makan. Dia > > tidak lagi melihat apa yang ada di depannya seperti yang biasa > kita lihat. > > Pandangannya sudah menembus rahasia di balik sesuatu dan itu bukan > > kehendaknya sendiri. Ketika kesiapan mental masih lemah, pada saat > itulah > > kondisi seperti gila itu muncul. Dia masih belum bisa memahami > lebih jauh > > apa yang sedang terpampang di depannya. Dia masih belum bisa > menafsirkan > > rahasia yang terbuka untuknya itu. Dalam setiap detik hembusan > nafas dan > > setiap pandangannya, yang ia lihat hanya Allah semata. Dari > mulutnya pun > > akan keluar secara refleks dan terus menerus, Allah.. Allah.. > Allah.. > > > > Akhirnya kawan-kawan saya membawanya ke rumah Habib Abdullah al- > Habsyi, > > ustazd di Pondok kami. Beliau menyarankan kepadanya untuk berhenti > berzikir. > > Bagi orang yang konseptual mainded, ini adalah saran yang lucu dan > aneh. > > Bukankah setiap muslim dianjurkan untuk berzikir? Namun itulah > kenyataannya. > > Bayangkan saja, menyampaikan saran ini saja sangat susah. Dia > hanya > > mendengarkan Allah. Dia seperti tidak sadar kalau secara nyata > sebenarnya > > dia sedang mendengarkan saran Ustadz kami itu. Karena saran itu > agak aneh > > sehingga susah untuk dilaksanakan, akhirnya diminta kepadanya > untuk > > memperbanyak shalawat. Pesannya, shalawat harus lebih banyak dari > zikir yang > > ia ucapkan. > > > > Pesan memperbanyak shalawat ini juga yang sering disampaikan oleh > > ustazd-ustadz kami. Kalau saya ingin menafsirkan rahasia pesan > itu, > > sebenarnya adalah ingatlah pada Nabi yang Manusia itu dan Dia > sebagai > > manusia adalah orang yang paling dekat kepada Allah; Imamul > Muttaqin. > > Tujuannya, mendudukkan kembali posisi sebagai manusia sebagaimana > Nabi > > adalah manusia. Atau dengan kata lain, menumbuhkan kesadaran > manusiawi > > secara sempurna ketika (sebelum) menggapai Dzat yang abstrak yang > tidak bisa > > ditembus karena ketidak-sempurnaan manusia itu sendiri. Istilah > sufi, wal > > 'ajzu 'anil idraki idraakun. Itulah fungsi utama shalawat dalam > pemahaman > > saya. Alhamdulillah, anak itu perlahan-lahan bisa menginjakkan > kembali > > kakinya di bumi, tidak seperti al-Hallaj -:) > > > > Itulah maksudnya perkataan ulama, zikir itu panas dan harus > diimbangi dengan > > shalawat untuk mendinginkannya. > > Tentu saja, ini tidak akan (atau jarang) terjadi pada orang yang > berzikir > > hanya mulut belaka. Ini hanya (sering) terjadi pada zikir yang > penuh dengan > > penghayatan dengan segenap jiwa dan perasaan, seperti kata Abu > Abbas > > al-Mursi, jika saya lupa kepada Allah sekejap mata, maka saya > hukumkan diri > > saya murtad. > > > > Pada sudut ini orang seringkali keliru dalam menilai, bahkan > khususnya oleh > > kalangan sufi sendiri, bahwa seperti al-Hallaj itulah maqam > (kedudukan) yang > > paling tinggi. Sebenarnya soal kedudukan (Maqam) seperti itu kita > serahkan > > saja kepada Allah. Namun kalau saya beranikan diri mengukurnya > sesuai dengan > > logika saya, kondisi seperti al-Hallaj itu malah tenggelam dan > kesadaran > > manusiawinya hilang. Dan orang yang dalam kondisi seperti itu > sangat > > beresiko apabila masih terjun di tengah-tengah masyarakat. > > > > Kalau kita ukur dengan konsep Wihdatul Wujud, masih ada satu > tingkatan lagi > > di atas al-Hallaj. Yaitu, syuhudul katsrah fil wahdah dan Syuhudul > Wahdah > > fil Katsrah. Dua kondisi ini setara dan sama-sama berada dalam > tingkatan > > yang paling tinggi. Pertama, Musyahadah yang banyak dalam Yang > Satu. Kedua, > > Musyahadah Yang Satu dalam yang banyak. Manusia yang padanya > tergabung dua > > konsep ini sekaligus hanya ada pada Nabi Muhammad Saw. Orang yang > berada > > dalam kondisi pertama akan lebih sering menyendiri, sedangkan > orang yang > > berada dalam kondisi kedua akan lebih sering terjun dalam > masyarakat. Namun > > yang lebih penting--dan ini yang ingin saya tekankan-- yaitu bahwa > kedua > > konsep ini sama-sama menonjolkan kesadaran manusiawinya. Artinya, > > kesadarannya sebagai manusia, lebih umum lagi, kesadarannya > sebagai makhluk. > > Istilah al-Qur`an, Katakan (hai Muhammad) kepada mereka: saya ini > hanya > > manusia seperti kalian, diwahyukan kepada saya al-Qur`an ini... > > > > Penjelasan ini berdasarkan asumsi riwayat bahwa al-Hallaj memang > benar > > mengatakan perkataan yang mustahil itu sehingga akhirnya dia > dihukum bunuh. > > Sedangkan al-Hallaj dalam penelitian lain sebagai korban politik > karena pro > > orang-orang tertindas, maka bukan tidak mungkin kalau sebenarnya > al-Hallaj > > sudah mencapai Musyahadah al-Wahdah fi al-Katsrah; Menyaksikan > Yang Satu > > dalam yang banyak. Ketika dia melihat "yang banyak" itu teraniaya, > miskin, > > tidak mendapatkan keadilan, maka dia berontak karena dia > menyaksikan Yang > > Satu, Yang Maha Adil, Yang Maha Kaya. Dan manifestasi itu tidak > sesuai > > dengan kondisi mereka. Kenyataan itu yang membuatnya menginjakkan > kaki di > > bumi dengan dirinya sebagai manusia untuk membela. Wujudnya tentu > dalam > > praktik manusiawi; menuntut kepada penguasa, mendobrak tradisi > kekuasaan, > > dsb. Dengan itu, dia telah sempurnakan tugasnya sebagai manusia > sebagaimana > > tuntutan Musyahadah al-Wahdah fi al-Katsrah-nya. Dan itu yang > membuatnya > > terhukum. > > > > Dengan penjelasan ini, tudingan kotor kepada sufi yang kadang- > kadang dengan > > mengkonfrontasikannya dengan kehidupan Nabi dan Para Sahabat > adalah keliru. > > Dalam argumen-argumen yang diajukan misalnya, kita bisa baca bahwa > mereka > > mengatakan, konsep-konsep yang diadopsi oleh para sufi itu tidak > ada dalam > > kehidupan atau ajaran Nabi Saw maupun Para Sahabat sesudahnya. > Saya pikir, > > itulah kesalahpahaman. Hal itu, karena mereka menganggap bahwa > kaum sufi > > menyatakan kedudukan tertinggi itu adalah seperti al-Hallaj > (sesuai asumsi > > riwayat pertama), atau kondisi yang "mabuk" dan hilang kesadaran > diri, > > tenggelam dalam (manifestasi kebesaran) Allah. Memang bagi > kalangan sufi, > > itu termasuk kedudukan yang tinggi. Namun masih ada tahapan di > atasnya; > > seperti yang sudah saya uraikan singkat di atas, mencapai > kesadaran > > manusiawi. Kesadaran manusiawi dalam menggapai Allah, itulah > kehidupan para > > Nabi dan para Sahabat Muhammad setelahnya. > > > > Demikian, maaf sedikit kepanjangan dengan memberikan jawaban yang > tidak > > hanya sebatas pertanyaan yang diajukan. > > Wassalam > > > > Aman > > > > ----- Original Message ----- > > From: "SUTIYOSO WIJANARKO WIJANARKO" <[EMAIL PROTECTED]> > > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> > > Sent: Saturday, September 17, 2005 9:10 AM > > Subject: Re: [wanita-muslimah] Bacaan Dzikir Sesudah Sholat Fardhu > > > > > > > > > > > > > Gimana dimas pertanyaan saya koq engga dijawab?.. > > > > > > salam > > > > > > --- He-Man <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > >> > > >> Itu berarti anda tidak pernah dzikir , setidaknya > > >> tidak pernah dalam jumlah > > >> banyak. > > >> > > >> ----- Original Message ----- > > >> From: "SUTIYOSO WIJANARKO WIJANARKO" > > >> <[EMAIL PROTECTED]> > > >> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> > > >> Sent: Saturday, September 17, 2005 12:15 AM > > >> Subject: Re: [wanita-muslimah] Bacaan Dzikir Sesudah > > >> Sholat Fardhu > > >> > > >> > > >> > He-man,....he-man...eman-eman.... > > >> > > > >> > Dzikir itu mengingat Allah, apa betul nih > > >> mengingat Allah membuat orang > > >> yang mengingat Allah jadi gila?.....ini joke atau > > >> serious? atau hanya mau > > >> cari sensasi...? atau berpolitik? > > >> > > > >> > salam > > >> > > > > > > > > > > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita- muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... > Yahoo! Groups Links Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... --------------------------------- YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "wanita-muslimah" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --------------------------------- --------------------------------- Yahoo! for Good Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/