http://www2.rnw.nl/rnw/id/spesial/cornell_paper050926
Cornell Paper (1) Penentang Pertama Peristiwa G30S Versi Soeharto Wawancara Ranesi, September 2 Hari Jum'at 30 September mendatang, tepat 40 tahun lalu terjadi peristiwa G30S yang mengubah sejarah Indonesia. Profesor Benedict Anderson guru besar emeritus pada Cornell University di Ithaca, Amerika Serikat adalah salah satu pengarang apa yang disebut Cornell Paper atau Makalah Cornell, yaitu risalah pertama yang meragukan versi Soeharto terhadap peristiwa yang dikenal sebagai G30S/PKI itu. Apa sebenarnya Cornell Paper itu dan penemuan-penemuan lebih lanjut apa yang didapatkan oleh Profesor Ben Anderson? Baret merah Ben Anderson [BA]: "Apa yang terjadi begini. Kebetulan pada waktu itu saya masih mahasiswa di Cornell terus ada dua teman lagi. Satu cowok namanya Fred Bunnell masih mahasiswa dan mbak Ruth McVey yang sudah lulus dan senior kita. Kami mengikuti apa yang terjadi di Indonesia dengan sangat cermat karena bingung. Kok ini bisa terjadi? Apa asal usulnya? Dan kebetulan pada waktu itu Cornell satu-satunya tempat di Amerika di mana hampir semua koran, majalah masuk dengan cukup cepat. Majalah dalam bahasa Indonesia, majalah dalam bahasa Jawa. Jadi kita dapat koran dari Medan, dari Balikpapan dari Solo dari Bali, dari Surabaya dan sebagainya. Ini luar biasa. Jadi kami bisa mengikuti apa yang terjadi pada bulan Oktober-November-Desember 1965, bukan bergantungan pada sumber-sumber di Jakarta yang dikuasai sepenuhnya oleh Soeharto. Tapi di lain-lain daerah." "Dan dari situ kami melihat bahwa apa yang dikatakan oleh Jakarta, sama sekali tidak masuk akal. Karena mengikuti apa yang terjadi di Solo, Yogya dan sebagainya, kita lihat bahwa pembunuhan massal mulai di Solo, Jawa Tengah, persis pada hari itu baret merah masuk. Sebelumnya tidak ada. Terus satu bulan lagi kira-kira tanggal 17 November 1965 itu sudah mulai di Surabaya persis pada waktu RPKAD masuk. Dan sebaliknya, baru di pertengahan Desember 1965, dus hampir tiga bulan setelah G30S, pembunuhan mulai di Bali. Sekali lagi, ketika baret merah masuk." Versi Soeharto tak masuk akal "Jadi itu jelas sekali bahwa pembunuhan ini bukan sesuatu yang spontan, yang timbul karena kemarahan rakyat dan sebagainya. Tapi timbul dalam situasi di mana tentara masuk dan memberi sokongan kepada golongan-golongan yang anti PKI. Malah di beberapa kasus yang saya tahu betul pada waktu itu, mereka masuk di salah satu desa. Terus bilang pada salah satu orang di situ, mana itu orang komunis di sini. Orang dalam desa ingin menjaga mereka punya keluarga dan sanak saudara, bisanya bilang, ya tidak ada. Tapi tentara bilang ini daftarnya, mana orangnya? Lalu orangnya didorong ke depan. Terus tentara itu bilang sama salah satu orang di sekitarnya, kamu anti komunis atau tidak? Ya, saya anti komunis. Baik, untuk membuktikan, silahkan membunuh empat orang ini. Jadi orang seperti ini, tani biasa, antara dibunuh oleh tentara, atau membunuh temennya sendiri atau keluarga sendiri, ya akhirnya harus cari selamat." "Nah, cara yang begini yang sangat sadis, itu kami sudah tahu pada waktu itu. Jadi, timbul usaha untuk coba membongkar rahasia apa sebenarnya yang terjadi pada waktu itu. Kami mencek beberapa hipotesa. Seandainya ini Bung Karno di belakangnya, PKI di belakangnya, tentara di belakangnya. Dan walaupun kita tidak dapat suatu kepastian yang jelas, tapi berdasar informasi yang ada pada waktu itu, versinya Soeharto jelas tidak masuk akal." Proyek penting tak terlaksana "Kami dapet kesimpulan bahwa ini mulainya dengan perselisihan di dalam tentara sendiri. Itu selesai kira-kira tanggal 3 Januari atau 4 Januari 1966. Kami kerja siang malam. Bertiga. Setelah selesai, kami merasa bahwa ini suatu dokumen yang berbahaya. Bukan untuk kita sendiri. Tapi kalau tentara di Jakarta tahu bahwa dokumen ini ada, mungkin orang-orang yang pernah ke Cornell, orang-orang yang pernah menjadi teman kita, walaupun mereka sama sekali tidak ada hubungan dengan apa yang kita tulis, toh bisa dikorbankan." "Tapi di lain pihak kami ingin supaya orang-orang yang kami percaya, orang-orang seperti Pak Wertheim, Pak Dan Lev, bisa melihat hasil riset kami. Kami menulis pada mereka, bilang, ini kalian bisa pakai fakta-fakta yang kami sudah dapatkan, kalau kalian ingin menulis, terserah. Tapi jangan sebut dokumen ini. Pada waktu itu kami amatiran. Ternyata itu akhirnya bocor dan tentunya bukan golongan Ali Moertopo cs yang marah, tapi banyak orang Amerika di pemerintah Amerika juga marah. Karena ini seolah-olah cerita bahwa tentara berhak untuk membunuh banyak orang. Karena memang PKI yang mau bikin kup sebelumnya, mungkin tidak benar. Dan legitimasi pemerintah Soeharto yang sudah jelas menuju ke diktatoran harus direstui. Dan memang itu maksudnya pemerintah Amerika pada waktu itu." "Yang tidak lama setelah itu saya diusir dari Indonesia. Dan dalam satu hal sebenarnya saya merasa salah sendiri. Artinya, karena itu saya sudah merasa tidak ada harapan untuk meneruskan riset itu tadi karena gak ada akses ke Indonesia. Dan pada waktu itu belum ada orang lain yang bersedia untuk meneruskannya. So ini proyek tentang saat yang sangat penting di Indonesia, tidak sampai terlaksana. Itu ceritanya." Kampanye Machiavellis Radio Nederland [RN]: "Tapi menurut Profesor Anderson bahan untuk melanjutkan studi Cornell Paper itu masih banyak dan ada dan bisa dilakukan ya?" BA: "Ya. Bahan yang utama adalah segala macem dokumen-dokumen dari Mahmilub yang ada. Entah berapa, mungkin 20 jilid. Yang walaupun banyak sekali informasi lainnya, jelas itu hasil dari siksaan, toh juga cukup banyak yang menarik. Apalagi kalau dibandingkan satu sama yang lain. Nah ini memerlukan pekerjaan yang lama dan berat. Untuk memeriksa ini semua, membandingkannya satu sama yang lain. Mencari kunci-kunci yang ada. Itu sampai sekarang belum dilakukan." "Tetapi betapa pentingnya sumber ini bisa dijelaskan oleh suatu insiden yang terjadi waktu saya kebetulan periksa ratusan halaman dari salah satu Mahmilub. Dan di sana saya ketemu satu dokumen yang sangat penting. Yaitu visum et repertum tentang meninggalnya Ahmad Yani dan teman-temannya yang dituduh sebagai dewan jenderal." "Pemeriksaan terhadap tubuh-tubuh jenderal-jenderal ini sangat teliti. Dikerjakan oleh dokter-dokter militer dan dokter-dokter sipil di Universitas Indonesia. Diselesaikan tanggal 3 Oktober 1965. Dan laporannya ditujukan kepada Soeharto sebagai Pangkostrad pada waktu itu. Dari laporan ini jelas sekali bahwa cerita yang dikeluarkan oleh Soeharto cs pada tanggal 5-6 Oktober 1965, di koran dan di massa media bahwa orang-orang ini disiksa oleh PKI. Kemaluan mereka dipotong-potong oleh Gerwani yang gila seks dan gila drugs. Bahwa ada segala macam horor, dicungkil matanya dan sebagainya. Itu sama sekali tidak bener." "Itu sangat sengaja. Jadi laporan tentang apa yang sebenarnya terjadi sudah ada di tangan Soeharto tiga hari sebelum kampanye horor anti PKI mulai. Jadi itu sangat sinis, sangat dingin. Anehnya, laporan ini menjadi lampiran entah keberapa pada akhir dari jilid Mahmilub ini itu. Dan jelas masuk dengan tidak sengaja oleh seorang tentara kecil-kecilan yang dengan lugunya mungkin merasa bahwa ini dokumen yang tidak penting." "Padahal itu satu dokumen yang sangat penting dan sangat menghancurkan konsep bahwa Moertopo, Soeharto dan sebagainya itu bertindak atas dasar keyakinan. Tidak. Justru sebaliknya, itu suatu kampanye yang sangat Machiavellis, yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran." Informasi selalu ada "Jadi ini suatu contoh bagaimana kalau orang rajin mencari informasi itu bisa ketemu. Jadi orang-orang tua, baik dari pihak yang menang, maupun dari pihak yang kalah, juga bisa diusahakan. Orang-orang yang mengunjungi tapol-tapol dalam penjara pada waktu itu mungkin mereka bikin catatan dan sebagainya, itu belum ditelusuri." "Saya masih ingat, sangat kebetulan pada waktu, mungkin tahun 1972, saya membeli suatu bungkusan, apa saya nggak tahu di jalan Surabaya di Jakarta. Itu memang daerah loak. Dan saya heran karena bungkusan itu, ternyata itu dokumen-dokumen intel Jawa Timur, yang setelah itu saya terjemahkan dan memang sudah diterbitkan di majalah Indonesia. Ini semacam mata-mata dari Jakarta yang putar-putar di Jawa Timur, untuk lapor tentang apa yang terjadi di Jawa Timur pada waktu itu." "Dia cerita tentang perselisihan antara perwira-perwira tinggi di situ. Dia melihat bahwa pembersihan yang jalan sangat baik di Jombang, kok ada masalah umpamanya di Jember dan sebagainya. Banyak orang dibunuh di situ, tapi kok sayang di daerah Bojonegoro tidak ada, dan kemungkinan sebab-sebabnya begini begini. Kan bagaimanapun pemerintah itu suatu birokrasi yang selalu tulis menulis, selalu ada laporan, selalu ada ini ini." "Dan saya yakin ada gudang yang penuh dengan segala macam dokumen, yang orang sekarang, malah tidak tahu ada apa di situ. Memang pada waktu reformasi lagi bergejolak, salah satu harapan tersembunyi dalam hati saya adalah bahwa anak-anak muda yang pergi rame-rame akan membongkar gudang-gudang ini dari tangan tentara dan tangan pemerintah. Seperti yang terjadi pada tahun 1965, di mana Deplu dibongkar, waktu itu banyak dokumen-dokumen dari zamannya Soebandrio, kan masuk gelanggang umum." Demikian bagian pertama wawancara Profesor Benedict Anderson dari Cornell University. © Radio Nederland Wereldomroep, all rights reserved [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/