--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dana Pamilih" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Jadi, dapat dikatakan juga karena dalam Islam tidak ada kelembagaan > > mesjid, jelas pembagian/pemisahan kelembagaan spt inipun tdk > > dikenal dalam sistem pemerintahan Islam. > > > > Soal sistem teokrasi, apa sih makna sebetulnya dari sistem ini > > sehingga menjadi momok? Konsep negara berdasarkan agama? agama apa > > dan agama yang gimana? Kalo segala sesuatu yang berhubungan dgn > > kata 'teo/tuhan' itu momok, apa Tuhan itu momok? Kenapa gak > > diganti 'satanikrasi"? Demokrasipun (model jaman baheula di Barat) > > menjadi momok utk jaman kini. > > DP: Pemerintah Islam mana yg demokratis dan memiliki prinsip > pembatasan wewenang dan masa jabatan? Coba dong tolong kasih tahu > kalau ada. > > Yang menjadi momok itu ialah MANUSIA yg zalim yg mengatasnamakan > Tuhan dalam memuaskan keserakahannya. Reportnya dalam sejarah kita > lihat bahwa teokrasi itu berkembang dengan memanfaat kelemahan > manusia yg mendambakan kemutlakan kebenaran.
LD: Siapa yang membicarakan pembatasan wewenang dan masa jabatan? Masih jelas tertulis diatas adalah pemisahan kelembagaan. Pak Dana awalnya tidak bicara soal MANUSIA, tapi soal sistem teokrasi yang menjadi momok (menurut pak Dana, tuh masih tertulis dibawah...). Kalo soal MANUSIA, saya sepakat manusia momok adalah momok, apapun nama sistem yang dibawanya. duh piye toh, ngeles terus! > > > Kita ini jangan kemakan sama pidato-pidatonya ahli pidato (kaum > > sophis?)deh...:-) alias labelisasi. Semua cuma permainan kata. > > Ujung2nya cuma "baik" or "jelek" buat kita, toh? > > > > DP: Saya tidak mendengar pidato orang melainkan banyak membaca dan > menganalisa menurut pemikiran sendiri. Ujinya suatu gagasan itu baik > atau buruknya kan mudah, kalau kira2 diterapkan pada kita apa > pendapat kita? Antara demokrasi dan teokrasi kan mudah, siapa yg > masih mau sama teokrasi kecuali tentu para pemuka agama yg pasti akan > menduduki jabatan terempuknya. Yup, banyak membaca. Buku siapa yang dibaca? Pernah baca AlQur'an dan menganalisa menurut pemikiran sendiri ? Saya masih belum mendapatkan gambaran ttg apa yag pak Dana maksud dgn sistem teokrasi. Jadi, saya gak bisa komen. Susah menjelaskannya ya, pak?...:-) Hmm kalo ngikutin pendapatnya pak Dana diatas mungkin saja teokrasi menempatkan pemuka agama duduk pd jabatan terempuknya. Apa bedanya dengan demokrasi yang menempatkan pemuka non agama duduk jabatan terempuknya (lewat partai2) dan atas nama demokrasi?. Dalam hal ini, gak ada bedanya toh? Mengapa yang satu gak boleh, yang lain boleh? > > > Sudah saatnya kita 'memidato'kan bahwa segala kekerasan itu tidak > > dihubungkan dengan agama or Tuhan, seperti kata Karen Amstrong. > > Berarti kitanya yang harus aktif utk memidatokan hal2 spt itu, hal2 > > yang memuliakan nama Tuhan disetiap kegiatan/tindakan (membangun > > aura positif) > > DP: Yg saya khawatirkan selain kekerasan atas nama Tuhan yg banyak > membunuhi orang tak berdosa di Bali dsb, ialah hilangnya kebebasan > berpikir dan berpendapat akibat dilarangnya bersikap kritis thd > keabsolutan Tuhan. Buntutnya karena para teokrat ini 'menunjuk > dirinya sendiri sebagai wakil Tuhan' maka kalau ada kritik thd > keabsolutan Tuhan berarti juga kritik thd kenyamanan yg mereka > nikmati. Lina: Mungkin memang ada orang spt yang pak DP gambarkan diatas. Berapa banyak sih ya? Atau hanya 'gaung/pidato'nya saja yang besar? Mungkin yang pak Dana mo katakan adalah 'orang yang tak mengerti apa- apa' (di Bali itu) kok malah jadi korban kekerasan atas nama Tuhan, bukannya 'orang yang tak berdosa'ya pak? Mana ada sih orang yg gak berdosa? Kalo ahli teokrat 'menunjukkan diri sendiri sbg wakil Tuhan', tunjukkan aja juga kalo pak Dana juga manusia yang dah fitrahnya menjadi wakil Tuhan juga. "So..lllooo gitu what, wahai ahli teokrat!". Gitu aja, pak saran saya. > > Aura yg positif tidak kita bahas di sini karena berarti sudah di > jalan Allah. Yg masih harus kita benahi kan aura negatif ini. Aura > negatif ini bisa diacuhkan dianggap tidak ada atau bisa juga dihadapi > dan dibenahi. Saya kira yg kedua lebih positif hasilnya ke depan. Silakan kalau mau membenahi aura negatif. Kalau saya hanya ingin mencoba menyebarkan aura positif...:-) menuju ke jalan Allah sehingga menghapuskan aura negatif. Buat saya sih semua sistem ciptaan manusia itu bisa positif bisa negatif tergantung bgmn manusia menggunakannya. Sistem/sbgmn juga hukum bisa dipilih sesuai sikon negara tersebut. Kalau negara tsb memilih komunis karena itu cocok dan sesuai dgn rakyatnya, ya silakan. Mereka yang merasakan baik dan tidaknya. Begitu juga kalau ada negara yang mau memilih monarki, dll. Yang negatifkan kalo ada negara yang berdsrkan teokrasi memaksakan sistem teokrasinya ke negara yang berpandangan komunis. Sama saja kalau negara yang berdsrkan demokrasi memaksakan sistem demokrasinya ke negara yang monarki. Prakteknya pengalihan sistem ini juga cuma sbg tameng/alasan yg dikemukakan, krn intinya bukan sistemnya..yg ingin ditawarkan tetapi ada 'hidden agenda' dibalik itu semua. > > Kalo sulit menjelaskannya, jangan mudah pula menghujatnya. > > > DP: Penjelasannya mudah karena sudah begitu gamblang. Yang saya > hujat bukan agama atau ajaran agama, tetapi PEMAHAMAN CUPET diantara > mereka yg ingin menggunakan agama utk menguasai orang lain Pak Dana, membenahi yang negatif tidak bs pake cara negatif pula kan? Pemahaman cupet itu kan karena pemahaman itu gak sesuai dengan pemahaman pak Dana saja kan? Dalam dunia politik yang penuh perebutan kekuasaan, apapun digunakan kok? Apakah mungkin meniadakan nafsu utk berkuasa dalam berpolitik? Idealnya begitu: tidak ada nafsu utk menguasai orang lain, yang ada adalah nafsu untuk membimbing org lain hingga menjadi baik dunia akherat. Tapi politik kini hanya bicara soal dunia, ya pak? Jadi, perlu dilestarikan kah sifat/nafsu berkuasa ini? ato kita coba menggaungkan bhw politik itu hrs membimbing orang dunia dan akherat juga? Kita harus menuju yg ke ideal kan pak, ya? Tapi setidaknya, saya bisa merasakan perubahan dalam pandangan2 pak Dana dibanding pak Dana yang dahulu. Selamat berpuasa, pak. Mohon maaf lahir batin. wassalam wr wb., > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dana Pamilih" > > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Perbedaan nyata dalam demokrasi moderen dan pra-demokrasi ialah > > bahwa> > > KELEMBAGAAN AGAMA yg dipisahkan dari kelembagaan negara. Di sini,> > > terutama menurut sejarah Eropah, maksudnya sangat jelas yaitu > > lembaga > > > gereja (Vatican) tidak lagi memiliki jalur kekuasaan di negara. > > Dulu> > > selalu demikian. Tingkah laku raja ikut diatur dari Vatican. > > > Yg jadi momok itu sebenarnya bukan agama, melainkan sistem > > teokrasi yg> > > merupakan implementasi dari konsep negara berdasarkan agama. > > Teokrasi> > > ini telah lama dibuktikan gagal dan bangkrut serta menjerumuskan> > > manusia ke lembah kesengsaraan. Jadi enggak perlu digubris lagi ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/