http://www.laksamana.net/catname.php?gid=41

 
September, 30 2005 @ 05:35 pm

Coup '65: PKI, FPI & IFC


Empat puluh tahun sudah tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah Indonesia 
modern. Paska peristiwa Gerakan 30 September (G30S), ribuan bahkan jutaan orang 
yang diduga anggota atau simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) dibantai. 
Sementara itu ribuan orang digiring dan dibuang ke penjara-penjara tanpa proses 
pengadilan. Negara yang seharusnya melindungi warganya telah gagal, bahkan 
membiarkan atau merekayasa pembantaian itu. Apa yang terjadi empat puluh tahun 
lalu kini terulang. Sekelompok masyarakat atas nama Tuhan dan Islam menyerang 
kelompok lain yang berbeda keyakinan.

Minggu lalu Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta menolak gugatan perwakilan 
(class action) yang diajukan korban terhadap para mantan Presiden Soeharto, 
Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono. Hakim memutuskan menolak gugatan korban karena apa yang terjadi pada 
waktu itu (pembantai dan pemenjaraan) adalah kebijakan negara sehingga gugatan 
itu selayaknya diajukan melalui pengadilan tata usaha negara.

Pada sidang-sidang gugatan class action hingga vonis dijatuhkan, para penggugat 
yang umumnya usianya telah lanjut, selalu diteror oleh massa organisasi Islam. 
Mereka yang umumnya anak muda itu seperti melanjutkan para orang tua atau 
seniornya yang empat puluh tahun lalu membantai orang yang diduga anggota atau 
simpatisan PKI. Siklus kekejaman, tidak toleran secara turun-temurun terhadap 
pemeluk atau penganut keyakinan lain, kembali berulang. Kali ini menimpa warga 
Ahmadiyah dan pemeluk Kristen. Beberapa masjid, rumah dan kampus Ahmadiyah 
dirusak bahkan dijarah massa atas nama Tuhan. Sementara dengan dalih Surat 
Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri, beberapa 'gereja' di Jawa Barat ditutup 
secara paksa oleh massa Islam, termasuk FPI. 

Bersamaan peringatan 40 tahun tragedi kemanusiaan 1965, Sekretatis Jenderal 
Iraq Freedom Congress (IFC) datang ke Jakarta. Tamu dari Irak barangkali bisa 
memberi pelajaran kepada kita tentang dunia yang majemuk dan plural. Berita 
yang selama ini kita dengar tentang Irak melalui media massa adalah pertempuran 
antara kelompok fundamentalis dan pemerintahan boneka Amerika Serikat di sana. 
Seolah-olah hanya ada dua kekuatan besar yang bertempur yaitu AS dan sekutu 
melawan kelompok-kelompok Islam fundamentalis yang ingin mengusir tentara 
penjajahan. Opini dunia yang coba digiring oleh AS "with us or against us" 
seakan memperoleh bukti di Irak.

Di Iraq saat ini sedang tumbuh kekuatan-kekuatan masyarakat sipil yang juga 
ingin mengusir tentara pendudukan AS dan sekutunya, namun juga sama sekali 
tidak menghendaki Irak jatuh ketangan kelompok-kelompok Islam garis keras. 
Maret lalu kelompok masyarakat sipil ini mendeklarasikan pembentukan IFC yang 
dimotori oleh serikat-serikat buruh, kelompok-kelompok perempuan, gerakan 
mahasiswa, intelektual, seniman, wartawan dan berbagai unsur masyarakat lainnya 
termasuk dari kalangan komunis. Mereka diikat oleh sebuah cita-cita yang sama 
yaitu Irak yang merdeka, sekuler, non etnis, independen dan demokratis. Mereka 
berjuang menegakkan kedaulatan rakyat Irak yang bebas dari kekuasaan AS dan 
sekutunya, dan dari kekuatan-kekuatan Islam garis keras. 

Kedatangan aktivis dari IFC ini bermaksud ingin mengabarkan bahwa suara yang 
menghendaki pemerintahan demokratis sebagai reperesentasi dari rakyat Irak 
ternyata eksis. Mereka ingin membangun hubungan baik dan kerja sama dengan 
gerakan-gerakan rakyat di Indonesia. Indonesia dan Irak mempunyai pengalaman 
pernah dikuasai oleh rezim otoriter militeristik seperti pada zaman Soeharto 
dan Sadham Husein. Cukup beruntung bagi Indonesia, kini bisa menghirup sistem 
demokrasi bahkan mempunyai presiden yang dipilih rakyat secara langsung. Rakyat 
Irak masih berjuang menentang hegemoni tentara pendudukan AS dan Islam 
fundamentalis. Namun ancaman terhadap demokrasi di Indonesia kini ada di 
sekeliling kita. Penyerangan terhadap Ahmadiyah, Nasrani dan aktivis Jaringan 
Islam Liberal (JIL) merupakan beberapa contoh. Seorang kawan aktivis perempuan 
(ber-KTP Islam) yang menemani tamu dari IFC mengatakan, "Kalau Indonesia jatuh 
ke tangan fundamentalis Islam, hanya ada dua pilihan - pindah warga negara atau 
pindah agama. Dan saya siap pindah agama!"

By: Tri Agus Siswowiharjo | Category: Coup '65 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke