http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=198540
Selasa, 22 Nov 2005, Laskar Jihad versus Laskar Cinta Oleh Syaiful Bari Diskusi seputar terorisme mengemuka lagi setelah terjadi rentetan peristiwa teror terkini, baik dalam skala nasional maupun internasional. Mulai bom Bali II (1/10), kematian Dr Azhari Husin (9/11), bom mobil di Kashmir (16/11), hingga berita pelarian diri Umar Al-Faroq dari Penjara Bagram, Afghanistan, sejak Juli 2005 (berita baru muncul November 2005). Abdurrahman Wahid merupakan salah satu orang yang prihatin dan mengutuk keras aksi-aksi terorisme yang kian marak terjadi, khususnya di Indonesia. Bersama C. Holland Taylor, pemimpin Libforall Foundation, lembaga nonprofit yang concern terhadap aksi-aksi terorisme, pernah menulis artikel In Indonesia, Songs Againts Terrorism (Washington Post, 7/10/05). Artikel tersebut mengetengahkan isu pemuda dan terorisme. Kiai nyeleneh itu amat menyayangkan banyaknya pemuda muslim yang mendapat doktrin menyesatkan. Atas nama Tuhan, mereka dihalalkan membunuh masyarakat nonmuslim atau kafir. Di negeri ini, representasi kaum muda aktor tindak terorisme adalah trio sekawan, yaitu Amrozi, Imam Samudra, Ali Gufron. Mantan orang nomor wahid di republik ini tersebut lantas memuji Ahmad Dhani, pentolan grup musik Dewa, sebagai orang yang turut berperan dalam meredam aksi-aksi terorisme. Dengan bermusik, Dhani mengajak jutaan penggemarnya di Indonesia, Singapura, bahkan Malaysia untuk meredam ekstremisme religius. Lagu Dhani yang berjudul Laskar Cinta dinilai Gus Dur dapat merontokkan kekejaman para laskar jihad. Pesan cinta damai dan toleransi dalam lagu grup Dewa itu mampu memotivasi anak-anak muda bangsa supaya tidak terjerumus ke dalam paham sesat. Sebagai paham yang sesat, terorisme berjalin kelindan dengan rasa takut dalam masyarakat karena coraknya yang ekstranormal. Ia telah berhasil menciptakan dua paradigma sekaligus: "berani mati" dan "tidak berani hidup". Keyakinan akan kebenaran tunggal dan hadiah surga serta kepentingan menumpas sisa-sisa kekafiran membuat para teroris sukses berbuat apa saja, termasuk mengorbankan diri mereka sendiri. Dalam fenomena seperti itu, sesungguhnya terjadi glorifikasi diri (pemuliaan diri). Fenomena bom bunuh diri yang sepintas tampak sebagai tindakan merusak diri sendiri itu sebenarnya digerakkan oleh hasrat memuliakan diri. Glorifikasi diri adalah proses psikologis ekstrem yang merebakkan ketidakseimbangan. Bila di satu sisi terjadi glorifikasi diri, pada sisi lain selalu terjadi proses psikologis kebalikannya, demonisasi atau penyetanan orang lain. Alienasi Mencermati para pelaku aksi-aksi terorisme bisa membawa kita pada kesimpulan temporal bahwa pemudalah yang banyak melakukan bom bunuh diri itu. Mereka adalah kaum muda yang masih remaja atau dewasa tahap awal. Apa yang sesungguhnya terjadi pada mereka? Mengapa mereka rela memisahkan diri dari masyarakat dan masuk dalam subkultur radikal seperti itu? Apa yang menyebabkan mereka teralienasi (berubahnya ego menjadi orang lain) dari diri sendiri? Teori psikososial Erikson dapat membantu kita memahami perilaku gila para pemuda itu. Menurut dia, pilihan kaum muda tersebut disebabkan kegagalan mereka mencari jati diri. Pencarian jati diri memang merupakan permasalahan sentral dalam hidup manusia. Mencari jati diri berarti berusaha menemukan diri. Bentuk ekstrem kegagalan dalam membentuk jati diri adalah munculnya jati diri negatif, yaitu gambaran diri yang bertolak belakang dengan nilai-nilai yang dianut dan diajarkan masyarakat. Dengan menerima jati diri negatif, seseorang berani melakukan apa pun, meski keluar dari nilai-nilai kemanusiaan di masyarakat konvensional. Mereka menampilkan diri sebagai kaum muda yang nekat dan tidak lagi mencintai kehidupan. Kaum muda tipe itu tidak melulu berasal dari produk agama, tetapi bisa dari keluarga-keluarga (orang tua) yang terlalu menuntut banyak kepada anak-anaknya. Akibatnya, ketika prestasi dan jati diri positif tidak bisa dicapai, anak-anak muda kemudian lebih memilih diberi label "buruk". Dengan begitu, mereka tinggal menunggu jemputan orang lain yang senasib dengannya untuk menjadi bagian dalam subkultur radikal. Menurut saya, merajalelanya pengangguran akibat ketidakadilan hampir di semua lini kehidupan serta segunung kebijakan pemerintah lain yang tidak memihak masyarakat level bawah juga amat potensial membangkitkan "manusia-manusia gila" yang mau saja menjadi laskar jihad. Karena itu, gerakan pemuda melawan terorisme atau laskar antiteror harus konsisten menyuarakan penegakan keadilan. Itu merupakan pilihan taktis meredam terorisme dan melemahkan potensi perlawanan secara tidak manusiawi oleh mereka yang merasa tertindas dan teraniaya. Penegakan keadilan secara nasional, regional, dan global oleh seluruh umat manusia adalah cara efektif untuk menutup gerbang tempat suburnya terorisme. * Syaiful Bari, pemred Majalah Humaniush Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery. http://us.click.yahoo.com/WpTY2A/izNLAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/