http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=199310 Sabtu, 26 Nov 2005,
Terorisme sebagai Soft Issues Oleh Ali Maschan Moesa * Peter L. Berger melukiskan manusia modern saat ini mengalami anomie, yaitu keadaan di mana setiap individu manusia kehilangan ikatan yang memberikan perasaan aman dan kemantapan dengan sesama manusia lainnya, sehingga menyebabkan kehilangan pengertian yang memberikan petunjuk tentang arti dan tujuan kehidupan di dunia ini. Daniel Bell juga telah lama menyuarakan kegelisahan dan penyesalan atas modernisasi yang telah mencerabut serta melenyapkan nilai-nilai luhur kehidupan tradisional yang digantikan nilai-nilai kemodernan yang penuh keserakahan dan seribu satu nafsu untuk menghancurkan sesama umat manusia (violence behavior). Dengan demikian, violence merupakan suatu keadaan dan sifat yang menghancurkan kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan mulia menjadi terperosok pada sifat-sifat kebinatangan. Tindakan merusak, menekan, memeras, memerkosa, meneror, mencuri, melukai, membunuh, dan memusnahkan merupakan tindakan yang menodai dan menghancurkan kemuliaan manusia sebagai makhluk Tuhan. Lebih-lebih jika kekerasan-kekerasan yang menghancurkan itu dilakukan secara sadar, sistematis, dan menghalalkan segala cara atau the end justifies the mean sebagaimana prinsip politik Machiavelli. Sehingga makin merosotkan derajat kemanusiaan ke titik paling terendah. Manusia terperosok ke dalam asfala safilin, suatu tempat terhina yang serendah-rendahnya, setelah sebelumnya berada di puncak kemuliaan dalam maqom ahsana-taqwim atau tempat yang paling mulia. Walhasil, jika abad ke-19 dikenal sebagai "abad ideologi" (the age of ideology); abad ke-20 dipandang sebagai "akhir ideologi" (the end of ideology) lewat sosiolog Daniel Bell, atau malah "akhir sejarah" (the end of history) dari Francis Fukuyama, bahkan "akhir alam semesta" (the end of nature) dari Paul Mackiben. Ternyata, pada abad ke-21 ini, secara empiris, manusia berada pada "abad kekerasan" (the age of violence). Kekerasan Pada dasarnya, terorisme adalah kekerasan (violence), yaitu suatu sifat atau keadaan yang mengandung kekuatan, tekanan, dan paksaan. Kekerasan terkait dengan paksaan, yang berarti tekanan yang keras. Kekerasan juga sering dikaitkan dengan tindakan perkosaan, yakni suatu tindakan menundukkan dengan paksaan dan kekerasan. Dimensi kekerasan bukan hanya fisik, tetapi juga psikologis. Dalam konteks inilah, Johan Galtung, penulis Violence, Peace and Peace Research, menyatakan bahwa penghancuran juga bisa dianggap sebagai kekerasan psikologis. Paksaan juga bukan sekadar memiliki sasaran pada individu, tetapi juga kelompok dan masyarakat, yang sering disebut kekerasan individual dan sosial atau struktural. Lebih lanjut, terorisme termasuk term yang sulit didefinisikan karena istilah tersebut sering dipakai untuk merujuk tindakan kekerasan umum yang dilakukan musuh politik. Terorisme adalah sebutan yang lebih tepat untuk memukul lawan politik. Karena itu, ada persoalan yang lebih besar dalam penggolongan tindak kekerasan yang dijalankan dalam batas-batas sebuah negara (violence state). Tindak kekerasan yang ilegal tersebut mungkin saja absah (legitimate), khususnya bila penguasa negara menindas keras perbedaan pendapat dan bila tindakan ilegal tersebut tidak diarahkan pada orang-orang yang dilindungi. Dalam Ensiklopedi Oxford disebutkan, penggunaan kekerasan untuk tujuan secara sengaja dan acak terhadap kelompok yang dilindungi merupakan terorisme. Ini adalah definisi fungsional dan tidak mengundang polemik, yang bersifat ringkas dan universal. Sedangkan pelakunya bisa negara, agen negara, atau perorangan yang bertindak sendiri. Berikut ini diajukan beberapa pemikiran yang bisa dijadikan pertimbangan untuk menuntaskan tindakan terorisme yang masih sangat mungkin dilakukan para pengikut Azhari yang sudah tewas beberapa hari lalu. Catatan Pertama, upaya menentang terorisme tak ubahnya berperang melawan kelompok gerilyawan dengan lawan dan strategi yang tidak jelas. Aktivitas yang dilakukan dari keduanya mengarah pada hal yang sama, yaitu pencapaian tujuan politik. Kata teroris dan terorisme kemudian hadir tak lebih sebagai simplikasi agar terdapat objek yang diperangi dalam menentang kejahatan terhadap kemanusiaan ini. Kedua, teror adalah kekerasan, dan kekerasan muncul dari adanya konflik. Konflik yang sering terjadi di muka bumi baik yang vertikal maupun horizontal pada dasarnya berakar pada dua aspek. Aspek pertama adalah lingkungan, yaitu bagaimana lingkungan yang tidak kondusif membuat manusia secara emosional tertekan sehingga membuatnya frustrasi pada keadaan. Apabila hal tersebut didiamkan, akan muncul impuls yang positif terhadap pemberontakan diri berupa tindakan kekerasan, termasuk di dalamnya terorisme. Aspek kedua adalah persoalan dalam diri manusia sendiri. Para psikoanalisis menyatakan bahwa setiap manusia memiliki insting yang dinamakan insting kematian. Artinya, setiap individu memiliki jiwa untuk melakukan tindakan kekerasan (teror) terhadap orang lain. Ketiga, agama tidak hanya memainkan peranan dalam menciptakan integrasi dan harmoni sosial, tetapi ia juga bisa menjadi faktor konflik dalam masyarakat yang mengarah pada tindakan terorisme. Analisis tersebut perlu diterangkan dalam konteks agama hanya sebagai simbol (gincu dan bukan garam) yang terkait dalam proses interaksi struktur sosial masyarakat. Lebih kompleks lagi jika konflik tersebut akibat tarik-menarik antara kepentingan ekonomi dan politik. Bahkan, para pengikut Weberian menggambarkan keterkaitan saling-silang itu dengan melontarkan sebuah asumsi bahwa pada dasarnya agama adalah kepentingan ekonomi, pada dasarnya ekonomi adalah kepentingan politik, dan pada dasarnya politik adalah demi kepentingan agama (religion is really economics, economics is really politics, politics is really religion). Lebih lanjut, secara empiris, persentuhan antara agama dan politik selalu menimbulkan kecenderungan ekstrem yang berdalih keagamaan. Pertama, berupa subordinasi umat beragama atau bahkan agama kepada kepentingan kekuasaan yang mapan. Dan kedua, memunculkan radikalisasi politik atas nama agama, bahkan orang membunuh lawan politiknya atas nama Tuhan. Dengan demikian, nilai-nilai luhur agama menjadi tidak berdaya ketika berhadapan dengan arogansi kekuasaan atau sebaliknya anarki dan kekerasan (teror) atas nama agama. Keempat, berakhirnya perang dingin telah membawa konsekuensi pada perubahan ancaman atas keamanan internasional. Berbeda dengan periode perang dingin (militer/hard issues), pada periode pascaperang dingin saat ini, ancaman keamanan internasional bersumber dari masalah-masalah nonmiliter (soft issues). Dalam dasawarsa sekarang, konflik skala rendah, terorisme internasional, terganggunya keamanan ekonomi, dan sosial akibat kian terbatasnya SDA (sumber daya alam) dan degradasi lingkungan ternyata telah menjadi isu-isu yang mengancam keamanan internasional. Akhirnya, umat beragama perlu mendefinisikan kembali makna beragama. Pada dasarnya, terdapat dua model beragama, yaitu yang ekstrinsik dan yang intrinsik. Beragama model ekstrinsik memandang agama sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan, dan bukan untuk kehidupan, something to use but not to live. Orang berpaling kepada Tuhan, tetapi tidak berpaling dari dirinya sendiri. Agama digunakan untuk menunjang motif-motif lain seperti kebutuhan status, rasa aman, atau harga diri. Orang yang beragama dengan cara ini melaksanakan bentuk-bentuk luar agama. Sebagai muslim, misalnya, dia berpuasa, salat, naik haji, dan sebagainya, tetapi tidak di dalamnya. Cara beragama seperti ini berkaitan dengan penyakit mental, dan sudah barang tentu tidak akan melahirkan masyarakat yang penuh kasih sayang. *. Ali Maschan Moesa, ketua PW NU Jatim ++++ http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_radar&id=108317&c=1 Sabtu, 26 Nov 2005 Hubungan Syarif-Ustaz Batar Diselidiki Ambon-Kapolda Maluku Brigjen Pol Drs Adityawarman MM kepada wartawan di Mapolda mengatakan, penangkapan terhadap kelompok yang diduga melakukan kegiatan terorisme di Maluku termasuk Briptu Syarif Tarabubun, berawal dari informasi masyarakat sekitar yang mencurigai adanya aktivitas yang tidak jelas di daerah itu. Menurut Kapolda, masyarakat melaporkan hal itu ke polisi lalu kemudian polisi berulang-ulang kali menyelidiki lokasi itu. Hingga pada akhirnya setelah mendapatkan informasi yang lebih akurat, terutama menyangkut keberadaan Syarif Tarabubun, akhirnya Rabu polisi mengirimkan pasukan untuk menangkap yang bersangkutan. "Terakhir karena ada informasi yang lebih akurat mengenai DPO polisi, maka kami lakukan sweeping," terang Kapolda. Dia mengatakan, Tarabubun termasuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) karena diduga terlibat dengan berbagai kasus terorisme di Maluku. "Dia itu TO polisi karena terlibat dengan berbagai kasus terorisme," ujar Kapolda. Terkait dengan penangkapan ini, Kapolda mengungkapkan perlu untuk diketahui hubungan antara Tarabubun dengan Ustad Batar. "Lokasi itu kan merupakan daerah Ustad Batar, sehingga patut dicurigai hubungan keduanya," papar Kapolda. Selain itu, lanjut Kapolda, Imam Samudera pelaku Bom Bali I juga pernah berada di lokasi itu. Imam Samudera juga memiliki mertua yang berasal dari wilayah tersebut. "Dengan demikian, keterkaitan Syarif dengan kelompok yang ada di Desa Haya akan menjadi perhatian penyidikan polisi," tegasnya. Kapolda mengungkapkan, daerah di sekitar Kecamatan Tehoru sebelumnya juga merupakan tempat pelatihan teroris yang sudah ditinggalkan, namun dengan adanya aktivitas kelompok ini, kemungkinan lokasi pelatihan itu masih digunakan. "Polisi masih akan menyelidiki apakah aktivitas yang dilakukan di sana (Haya) merupakan peninggalan yang lalu atau merupakan kegiatan baru," ujarnya. ( ++++ http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_radar&id=108318&c=1 Sabtu, 26 Nov 2005 Puluhan Teroris Maluku Ditangkap Seorang Polisi Terlibat, Ikut Diciduk Masohi-Detasemen 88 anti teror Polda Maluku yang didukung Brimob BKO, bekerjasama dengan Polres Maluku Tengah (Malteng) berhasil membekuk jaringan teroris yang selama ini melakukan teror di Maluku. Mereka ditangkap Jumat dini hari kemarin, saat berada di markasnya di Desa Haya, Kecamatan Tehoru, Ambon. Penangkapan terhadap 21 teroris ini dilakukan sekitar pukul 03.00 Wit itu dipimpin langsung Kapolres Maluku Tengah (Malteng) AKBP Drs IGP Ngurah Gunawan dan Komandan Detasemen 88 AKBP Mashudi, didampingi Kasatreskim Polres Malteng AKP Rifai. Dengan menggunakan empat mobil truk Detasemen 88, dua buah mobil kijang dengan kekuatan penuh yang terdiri atas 67 personel Detasemen 88, 20 personel Reskrim dan Intel Polres Malteng, serta Satu Pleton Brimob Kompi C Amahai. Sebanyak 21 orang yang diduga tersangka jaringan teroris yang diduga dipimpin Batar berhasil diciduk. Di antara ke-21 orang itu, ternyata terdapat Briptu Syarif Tarabubun, anggota Intelkam Polres Pulau Ambon dan Pp Lease yang merupakan Target Operasi (TO) polisi. Selama ini diduga Syarif terlibat berbagai kasus terorisme, seperti penembakan Villa Karaoke, Desa Wamkana, dan penembakan di Desa Lokki. Sepuluh orang di antara mereka yang ditangkap itu, berasal dari pulau Jawa dan selama ini diduga aktif di pesantren Al-Mujahidin pimpinan Ustad Batar di Dusun Sakanusa, Desa Haya. Mereka itu adalah Zamdani, Amru Rosid, Musap, Rudi Hendrawan, Abu Ayas, Alan Alpasa, Indra Mulyono, Anto, Aliansyah serta Iman Sulaiman. Sementara tersangka lainnya merupakan warga Desa Haya. Mereka itu adalah Bahtiar Syarif, Alimudin Pellu, Ahmad Ayun Ayuba, Muhamad Pellu, Idrus Wailissa, Bambang Wiyono Wailissa, Benyamin Namakule, Kasman Abdullah, Rajab Mahu, Iman Sulaiman, Syamsudin Hayoto serta Hi Mampo. Mereka ini kemudian digelandang ke Mapolres Malteng sekitar pukul 10.00 Wit, Jumat kemarin. Wartawan yang akan meliput peristiwa ini sempat dilarang, baik oleh Kapolres maupun Danden 88. Sementara beberapa sumber yang didapat Ambon Ekspres (Grup Jawa Pos) di Mapolres Malteng yang ikut dalam operasi penangkapan mengatakan, sebelum penangkapan dilakukan, anggota Detasemen 88 Polda Maluku yang dibantu anggota Reskim dan Intelkam Polres Malteng sudah melakukan pengintaian terhadap gerak-gerik kelompok tersebut. Setelah diyakini, barulah pada Kamis lalu, persiapan penggerebekan dilakukan. "Pasukan dipimpin langsung oleh Kapolres dan komandan Detasemen yang sudah dibagi dalam beberapa regu sesuai sasaran, bergerak dari Mapolres Malteng pada pukul 12.00 tengah malam menuju Desa Haya. Pasukan baru tiba di lokasi pada pukul 02.50 Wit dini hari," jelas sumber di Mapolres Malteng Jumat kemarin. Dia mengatakan, dalam operasi penangkapan berjalan lancar dan aman tanpa ada perlawanan dari ke- 21 tersangka dan juga Syarif Tarabubun maupun warga setempat. Karena penangkapan saat itu warga dalam keadaan istirahat. Setelah ditangkap tersangka kemudian digelandang menuju Mapolres Malteng dan tiba di Mapolres pukul 09.30 Wit. "Dalam penggerebekan di rumah salah satu tersangka Benyamin Namkule, polisi pun menangkap Syarif Tarabubun yang berusaha melarikan diri lewat pintu belakang. Namun usahanya sia-sia karena aparat Detasemen sudah mengepung," ujarnya. Sementara itu, Syarif yang awal penggerebekan, sempat tidak dikenali oleh aparat keamanan karena berat badannya sudah bertambah dan kulitnya semakin bersih. Di hadapan aparat, dirinya mencoba berkelit bahwa dia bukanlah Syarif dan mengaku bernama Lukman Mute warga Desa Laimu, Kecamatan Tehoru yang sedang naik cengkeh di Desa Haya. Namun, polisi tak terkecoh, Syarif ternyata TO petugas. (jpnn) [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/