Kolom IBRAHIM ISA

----------------------------

Senin, 28 Nov. 2005.


KOMPLOTAN MEMBALIK PERKARA

==============================

Memfitnah Bung Karno - Selamatkan wajah buruk Suharto!


Mungkin ada penamaan yang lebih kena, ketimbang judul seperti diatas, -- 
/"Komplotan membalik prakarsa"/. Bisa saja menggunakan judul lain. Sudah 
bermunculan analisis dan komentar bahwa, ramé-ramé sekitar hasil studi 
sarjana Belanda Drooglever bahwa 'Act of Free Choise' di Irian Barat 
dulu itu, adalah manipulasi fihak Indonesia, diluncurkannya buku Dake, 
"sejarawan" gadungan Belanda; dan terakhir prakarsa Golkar, partai 
poilitik penyangga Orba, agar mantan presiden Suharto diberi 
penghargaan; ---


Itu semua adalah suatu /" ofensif kontra-reformasi". /Dijadikan satu, 
move-move Golkar dan sementara pakar luarnegeri. tsb, paling cocok itu 
semua dihadapi sebagai suatu usaha untuk memfitnah ulang Bung Karno dan 
menyelamatkan muka dan nama buruk Suharto.


Bahwa semua itu, --- adalah 'stra-tak' <strategi dan taktik> dari 
jurusan Cendana plus militer dan Golkar untuk kembali ke "tempo dulu", 
zaman jaya-jayanya Orde Baru. Akhirnya hendak kembali ke periode ketika 
kekuasaan negara ada di tangan militer. Hendak mengakhiri proses 
"supremasi hukum" yang belakangan ini memang tersendat-sendat 
perkembangannya. Kekuatan Orba ingin, sebelum terlambat, cepat-cepat, 
mumpung Golkar masih unggul dengan duduknya dalam pemerintahan JK 
sebagai wapres, maka, adalah sekarang-sekarang inilah, begitu fikir 
mereka, saatnya untuk 'meningsingkan lengah baju' , mulai menahan roda 
sejarah yang sedang bergulir ke arah terciptanya "negara hukum" di 
Indonesia.


Dalam konteks itulah baru bisa dimengerti apa yang tersirat di belakang 
diluncurkannya hasil studi Drooglever; diterbitkanya buku sejarawan 
gadungan Dake. Kemudian sebagai gongnya, bergulir tuntutan Golkar agar 
Suharto diberi penghargaan dan kehormatan. Dan untuk itu --- harus 
dengan menggelar kampanye yang vokal, kesekian kalinya, memfitnah dan 
membusukkan nama Bung Karno.


Tetapi, -- orang tidak mungkin melupakan peristiwa historis yang terjadi 
di Indonesia 7 tahun yang lalu, sekitar Mei 1998. Ketika itu di Jakarta 
, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Semarang, Makasar, Medan dll tempat, 
dengan titik pusat gedung MPR di Jakarta, -- terjadi gelombang pasang 
kemarahan rakyat terhadap mantan Presiden Suharto, terhadap rezim Orde 
Baru. Ratusan ribu massa, yang dipelopori mahasiswa dan pemuda pelajar, 
turun kejalan-jalan raya menggelar orasi, membawa slogan-slogan 
REFORMASI yang terpusat pada tuntutan SUHARTO TURUN PANGGUNG!, ADILI 
SUHARTO!, GANTUNG SUHARTO!, GULINGKAN ORBA! BUBARKAN GOLKAR dll. Yaitu 
tuntutan-tuntutan yang mengungkap kejahatan Presiden Suharto sebagai 
pelanggar HAM terbesar di Indonesia, sebagai algojo pembantaian masal 
1965/66 yang minta korban lebih sejuta warganegara yang tidak bersalah. 
Slogan-slogan yang dibawa massa demonstran mengungkatp Suharto sebagai 
embahnya koruptor, sebagai panglimanya praktek kolusI-nepotisme dan 
sebagai penegak kultur feodal Jawa untuk melestarikan kekuasaannya. Yang 
mengungkap Orba sebagai penguasa yang telah membikin Indonesia menjadi 
tergantung sepenuhnya pada Barat, sebagai negeri yang hutangnya meliputi 
kurang lebih 150 milyar dolar AS; yang untuk membayar bunganya saja 
Indonesia terpaksa membikin hutang baru lagi. Jangan lagi dibilang 
hendak melunasi utang lama. Generasi baru, turun-temurun akan dibebani 
utang, utang-utang lama dan utang-utang-utang baru. Bukankah 
pemerintahan yang sekarang ini tidak bisa bikin apa-apa, bila tidak 
berhutang lagi. Tidak bisa lain, karena pemerintah SBY/JK masih 
meneruskan kebijaksanaan rezim Suharto.


Mungkinkah gelombang besar gerakan Reformasi menuntut turunnya Suharto 
dan berakhirnya Orba serta dibubarkannya Golkar, --- bisa begitu saja 
dihilangkan dari memori rakyat, dihapuskan dari catatan sejarah modern 
Indonesia? Gelombang reformasi itu adalah suatu pelajaran bagi rakyat, 
bila kesedaran politik telah memuncak dan kemauan untuk adanya suatu 
perubahan menuju demokrasi dan keadilan sudah tampak kehadirannya, maka 
suatu rezim yang betapa kuat dan kejamnyapun dapat digulingkan.


Sejarah Indonesia, --- gerakan Reformasi dan Demokratisasi yang 
merupakan gerakan massa terbesar selama 30 tahun lebih belakangan ini di 
negeri kita, ---- yang begitu perkasa, --- sesungguhnya adalah kekuatan 
sosial-politik yang secara historis telah menghukum Suharto, telah 
menjatuhkan vonis pada mantan Presiden Suharto, --- sebagai biangkeladi 
bencana nasional, sebagai penyebab keterpurukan bangsa Indonesia --- di 
bidang politik, ekonomi, finansiil, tetapi terutama dan pertama-tama di 
bidang mental dan moral. Di bidang nurani manusia Indonesia.


Marilah masing-masing meneliti, mengenang-ngenangkan kembali, betapa 
sementara cendekiawan periode Orba yang telah menjadi cadok-mata, tuli 
dan buta terhadap fakta-fakta sejarah bangsanya sendiri. Tidak saja itu, 
mereka-mereka itu bahkan melakukan pemalsuan paling kasar terhadap 
fakta-fakta sejarah bangsa sendiri. Yang betul--betul gawat serta sangat 
memprihatinkan ialah bahwa, mayoritas kaum intelektuil periode Orba dan 
, kaum cerdik-pandai Indonesia selama periode Orba itu, sebenarnya 
mengetahui hal-hal busuk, jahat, pelanggaran hukum yang dilakukan oleh 
para penguasa Orba, khususnya fihak militer, oleh mantan Presiden 
Suharto dan keluarganya diatas segala-galanya. Sungguhpun mengetahui 
tetapi bagaimana sikap mereka? Demi kepentingan sempit diri atau 
golongannya sendiri, mereka memilih jalan selamat, memilih bungkam 
seribu bahasa.


Maka tanpa disengaja, saya teringat pada seorang pujangga besar Tiongkok 
Baru: LU XIN <nama sesungguhnya Zhou Shuren>, pengarang besar, budayawan 
pembaruan kesusasteraan Tiongkok moderen. Alangkah bedanya pendirian dan 
sikap Lu Xin terbanding pendirian dan sikap sementara cendekiawan Orba 
itu. Ketika penguasa Tiongkok lama --( yaitu penguasa feodal dan 
Kuaomintang)-- merintangninya untuk menerbitkan karya-karya sastra yang 
mengungkap kebobrokan masyarakat feodal-kapitalis Tiongkok lama, Lu Xin 
mengambil pendirian dan bertindak sebagaimana halnya sastrawan besar 
yang benar-benar cinta pada bangsa, keadilan dan kebenaran.


Ia tidak patah hati dan tidak takut akan keselamatan dirinya sendiri. 
Dengan semangat pantang mundur Lu Xin menghadapi kesulitan dan 
rintangan. Ia mencari jalan keluar. Betapapun ia harus mengungkap, 
menulis dan membongkar tentang keburukan dan kebobrokan masyarakat 
Tiongkok ketika itu. Lu Xin menemukan caranya sendiri untuk menghindari 
dan menerobos sensor serta kekangan penguasa. Bapak kesusasteraan modern 
Tiongkok ini mengungkap dan mengeritik masyarakatr lama, antara lain 
dengan karya-kawryanya yang unik, misalnya "Kisah sebenarnya dari Ah Q", 
1921; dan karya terkenal lainnya "Diary of a madman",1918 ("Caatatan 
harian seorang gila"') .


Lu Xin amat kreatif menemukan dan mentrapkan cara-cara canggih untuk 
menghindari sensor dan pembreidelan penguasa. Tidak lain, karena, 
pujangga besar ini menjadikan tugas pencerahan fikiran bangsanya sebagai 
misi hidupnya. Kaena Lu Xin berpendirian bahwa sastra Tiongkok, bahwa 
karya-karyanya sudah seharusnya diabdikan pada pembebasan rakyat 
Tiongkok, diabdikan pada kebenaran.dan keadilan. Lu Xin adalah teladan 
seorang pujangga besar yang mengabdikan jira-raganya, karya dan 
kegiatannya demi pembaruan, demi pencerahan dan pembebasan bangsa.


Bangsa kita juga memiliki pengkritisi dan penulis-penulis, 
sastrawan-sastrwan tua dan muda yang menjadikan kepedulian terhadap 
nasib bangsa secara keseluruhan sebagai misi hidupnya, yang membimbingya 
dalam berkarya dan melakukan kegiatan. Harapan kita antara lain terletak 
pada mereka-mereka ini.


* * * *


Menahiri tulisan ini, bisalah dikatakan bahwa move-move atau 'stra-tak' 
kekuatan politik Orba yang dipelopori oleh Golkar dan 
pendukung-pendukungnya, serta yang berkordinasi dengan kekuatan-kekuatan 
luar, akan mengalami kegagalan.


Harap catat ini: ---- Andaikata --- dalam situasi memburuknya ekonomi, 
bertambahnya pengangguran, harga-harga kebutuhan hidup sehari-hari 
meroket terus, penderitaan rakyat bertambah berat, --- maka move-move 
mereka-mereka itu, yaitu kekuatan politik Orba yang ada di Golkar, 
fihak-fihak dan kalangan tentara , birokrasi dan aparat, dengan 
bersahut-sahutan dengan kekuatan luar, tetap berkeras kepala hendak 
diteruskan,


--- Andaikata mereka-mereka itu berpendirian 'Come what may' --- tanpa 
peduli untuk menarik pelajaran dari pengalaman lampau, -- yaitu ketika 
gerakan Reformasi muncul dan bergelora menerjang kekuatan-kekuatan 
politik lama yang dekaden;


--- Maka sikap dan tindakan mereka itu hanya akan berarti mempercepat 
tersedianya syarat-syarat yang diperlukan untuk mengeloranya gerakan 
Reformasi dan Demokratisasi yang baru di Indonesia, yang lebih 
heibat,lebih kuat dan lebih menggeloran terbanding gerakan Reformasi 
pada bulan Mei 1998 yang telah menumbangkan kepresidenan Jendral 
Suharto. *****




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke