Afaik :
Yg punya Republika juga punya resto jepang Hanamasa.
Resto ini menyatakan dirinya 'halal' tapi menurut LPPOM MUI, belum halal.
Jadi gak berarti koran islam lantas diminati oleh sebagian besar umat islam.
Setiap koran punya ke unikannya sendiri.
Dari jaman dulu yg namanya orang baca koran itu untuk apa?
Di republika yg jadi andalan cuma mengenai masalah yg halal-haram saja.
Tapi justru yg punya di gugat MUI urusan halal untuk perkara restonya.
Aneh tapi nyata.

Ada majalah2 Islam yg memuat kisah nyata [katanya], yg kemudian disinetronkan
dengan pengantar dai, ustadz.... yg ceritanya malah menakut-nakuti.
Siapa yg simpati,mau masuk Islam, kalo lihat Allah itu Maha kejam?
Melihat tayangan orang mati yg disiksa luar biasa?
Cerita2 itu kan nggak menjadi tuntunan malahan menjerumuskan.
Seorang Ibu memarahi anaknya yg telat sholat ; katanya "ntar masuk neraka".
Anak itu kemudian sholat, karena ngeri pada ibunya atau pada neraka?
Ketika kemudian ibunya juga telat sholat, apakah ibunya juga masuk neraka?

Wallahualam.

Salam
l.meilany

  ----- Original Message ----- 
  From: bmuncar 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, December 02, 2005 1:34 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Sekolah Ustadz/Tragedi Akademik paling 
Memalukan


  Mas He Man Yth,
  IMHO, koran seperti Republika sejak awal sudah menempatkan diri 
  sebagai koran umat Islam, tetapi sudah bertahun-tahun nggak ngangkat 
  juga, meski gonta-ganti direksi dan personil di redaksi. Logikanya, 
  kalau agama Islam dianut mayoritas warga, tentu Republika akan menjadi 
  koran terbesar bukan? Nyatanya kok tidak. 
  Jarang sekali berita yang dimuat di Republika memberi dampak bagi 
  kehidupan orang banyak, baik langsung maupun tidak langsung. Koran ini 
  bukan trendsetter secara nasional. Jadi misalnya koran ini memuat soal 
  nuklir mikro pada bom Bali I, orang sudah pada faham dimana posisi 
  koran ini berpijak, jadi yah... dianggap angin lalu saja oleh pembaca 
  yang cerdas.
  Mengenai Sabili, inilah yang saya maksud dengan penerbitan sekterian. 
  Untuk Sabili kita tidak bisa berkomentar banyak kalau dikaitkan dengan 
  upaya demokratisasi di Indonesia, wong memang hanya untuk kalangan 
  mereka sendiri (meski dijual bebas). Jadi mau muat tulisan ini dan itu 
  ya...terserahlah, gitu.
  Saya rutin membaca penerbitan sejenis yaitu Hidayatullah, hanya untuk 
  sekedar tahu bagaimana dinamika Islam di tanah air dari prespektif 
  'umat'. Pernah ada surat pembaca di majalah ini yang protes karena 
  tulisannya dianggap sering menulis Muhammadiyah secara minor. Kritik 
  semacam itu menurut saya sehat dan menyenangkan, karena bahkan untuk 
  majalah sekterian saja masih ada pembaca yang cerdas yang tidak asal 
  menelan berita dan opini yang termuat.

  Salam

    

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "He-Man" <[EMAIL PROTECTED]> 
  wrote:
  >
  > 
  > Ketika bom bali I terjadi cuma koran Republika dan Sabili c.s yang 
  memuat
  > isu konyol tentang Mikro Nuke yang tidak pernah terbukti di lapangan 
  dan
  > pada akhirnya diketahui isu itu cuma diambil dari website orang 
  Amrik
  > sinting
  > pemuja Hitler.Jadi apa media yang menulis berita konyol dan tidak 
  dapat
  > dipertanggungjawabkan seperti ini bisa dianggap kredibel...?
  > 
  > ----- Original Message -----
  > From: "bmuncar" <[EMAIL PROTECTED]>
  > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
  > Sent: Thursday, December 01, 2005 7:53 PM
  > Subject: [wanita-muslimah] Re: Sekolah Ustadz/Tragedi Akademik 
  paling
  > Memalukan
  > 
  > 
  > > Mas Satriyo Yth,
  > > Saya perlu menanggapi kalimat, "... akibat demikian
  > > hebatnya pemutarbalikan fakta oleh media massa yang notabene tidak
  > > pernah
  > > bisa objektif dan melihat permasalahan dari dua sisi dng adil, ..
  > > karena
  > > ummat memang tidak punya 'corong' resmi untuk membeberkan berbagai
  > > pernik
  > > permasalahan secara jujur apa adanya..."
  > >
  > > Tanggapan saya:
  > > 1. Sejauh yang Anda maksud adalah media massa umum -- bukan 
  penerbitan
  > > sekterian -- maka pernyataan di atas terlalu berlebihan. Sebodoh-
  > > bodohnya wartawan pasti sudah dibekali oleh institusinya soal 
  prinsip
  > > dasar menulis berita yaitu: 1. Honesty (jujur); 2. Accuracy 
  (akurat);
  > > 3. Fairness (fair). Ini adalah modal dasar yang harus dimiliki
  > > wartawan yang secara struktural berjenjang mulai dari reporter,
  > > redaktur, redaktur pelaksana, dan pemimpin redaksi.
  > > Wartawan yang tidak memiliki modal dasar itu akan tersingkir 
  dengan
  > > sendirinya.
  > > Memutarbalikkan fakta tidak akan pernah ditolerir di newsroom.
  > > Sanksinya bisa sampai dipecat. Media massa yang tidak kredibel 
  cepat
  > > atau lambat akan ditinggalkan pembacanya.
  > > 2. Media massa yang bertanggungjawab memiliki pelatihan wartawan, 
  baik
  > > in house training maupun pelatihan oleh lembaga dari luar 
  (misalnya
  > > Lembaga Pers Dr Soetomo di Jakarta atau LP3Y di Yogyakarta). Di
  > > pelatihan ini, wartawan diajak untuk memahami posisinya dalam
  > > kehidupan masyarakat, yakni wartawan adalah pencari fakta dan 
  biarlah
  > > pembaca yang menyikapi  fakta-fakta itu. Larangan utama bagi 
  wartawan
  > > adalah mencampurkan fakta dengan opini. Berita yang 
  mencampuradukkan
  > > fakta dan opini tidak bisa diterima.
  > > 3. Berita yang turun kepada pembaca melalui proses mulai dari 
  tulisan
  > > wartawan, diserahkan kepada redaktur untuk editing. Dalam editing 
  ini,
  > > bukan hanya soal mengoreksi kalimat namun juga pertanyaan apakah
  > > berita itu sudah obyektif (chek and rechek, cover both side) dan 
  lain-
  > > lain. Dari redaktur masih supervisi dari redaktur pelaksana atau
  > > pemimpin redaksi. Di media massa di Indonesia, ada kesepakatan tak
  > > tertulis yang disepakati yaitu tidak menurunkan tulisan yang
  > > berpotensi menimbulkan konflik SARA.
  > > 4. Kelemahan dari kalangan umat (saya menyebut umat kira-kira yang
  > > sebagaimana Anda pahami) adalah melakukan judgement terlebih dulu
  > > dengan media massa. Dan judgment itu biasanya negatif (dianggap 
  tidak
  > > memihak kepada 'umat'). Padahal setahu saya, pengelola media massa
  > > akan welcome terhadap segala wacana yang berkembang. Silakan 
  wacana
  > > saling bertarung dan masyarakatlah yang akan menilai, mana wacana 
  yang
  > > dianggap cocok.
  > >
  > > Begitu Mas Satriyo tanggapan saya
  > >
  > > Salam
  > >
  > >
  > >
  >







  Milis Wanita Muslimah
  Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
  Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
  Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

  This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
  Yahoo! Groups Links



   



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke