Biar ringkes, mengomentari crita Lina juga.
Di Jakarta, kota besar banyak yg seperti itu.
Dari zaman dulu kala.
Dulu kan banyak novel2 yg temanya seperti ini, dan ini kisah betulan
Kalo gak salah novelnya Moetinggo Boesye.

Kehidupan seperti ini bukan masalah poligami atau monogami.
Mungkin mereka menikah hanya sekedar untuk dapat "status".
Ada kehidupan perkawinan yg musti terus dipertahankan meski sudah tidak sehat 
lagi, demi menjaga 
hubungan antar keluarga besar kedua belah pihak, demi anak2 dlsb.
Mungkin masalah harta, warisan, hutang piutang: kita kan ndak pernah tau ?

Semua tindakan selalu ada sebab, tetapi kalo semua sebab itu mengatasnamakan 
agama sebagai pembenaran
rasanya naif skali.
Sebenernya ini yg saya maksud dan tekankan.


salam
l.meilany

  ----- Original Message ----- 
  From: ariel 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, December 20, 2005 9:27 AM
  Subject: Balasan: Re: [wanita-muslimah] Budaya Poligami


  artinya yang mencari nafkah sang istri ya?, jika iya, bagaimana suami 
  tsb bisa melakukan poligami kan ybs udah ga bekerja (tidak mempunyai 
  penghasilan). Dari pada sang istri melakukan hubungan gelap dengan 
  laki2 lain, IMHO lebih baik pasutri tsb bercerai saja.
  Memang bukan solusi yang terbaik, sama halnya bila sang suami 
  berpoligami (dalam kasus ini). 



  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" 
  <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Mbak Mei, bukan mau berbagi pengalaman pribadi..tapi pengalaman 
  > tetangga...:-)
  > 
  > Heboh diperumahan tempat(temen)ku tinggal karena ada pembantu 
  hamil. 
  > Gossipnya hamil sama majikannya yang laki. Kebetulan majikan nya 
  ini 
  > dirumah melulu (dah gak kerja). Yang bikin heboh adalah pembantu 
  > tersebut emang dibiayai istri majikan utk memuasi suaminya karena 
  > sang istri juga punya cemceman diluar. Jadi, pembantu itu didandani 
  > oleh istrinya, disuruh ke salon..etc..etc..deh.
  > 
  > weird...huh? Cara mereka mempertahankan kemonogamiannya...sungguh 
  > aneh.
  > 
  > wassalam,
  >  
  > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> 
  > wrote:
  > > 
  > > Btw : di WM siapakah laki2 islam yg punya isteri lebih dari 1 - 
  > coba dong berbagi pengalaman.
  > >          di WM siapakah perempuan yg punya madu, atau yg jadi 
  > isteri ke 2, 3 dan seterusnya - coba dong berbagi pengalaman.
  > >          daripada diskusinya cuma melulu sebatas wacana Qur'an 
  dan 
  > hadits
  > > :-)
  > >   
  > > salam
  > > l.meilany 
  > > 
  > >  
  > > 
  > >   ----- Original Message ----- 
  > >   From: Chae 
  > >   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  > >   Sent: Monday, December 19, 2005 2:42 AM
  > >   Subject: Balasan: Re: [wanita-muslimah] Budaya Poligami
  > > 
  > > 
  > >   Terima kasih atas uraianya Pak Aman, kalau melihat dari ulasan 
  > Pak
  > >   Aman ada asal muasal atau sebab musabab dari pernikahan Nabi 
  > yang pada
  > >   dasarnya bukan didasari oleh semangat mengayomi anak yatim dan 
  > janda
  > >   atau memberantas protitusi seperti yang dipahami selama ini oleh
  > >   sebagian kalangan umat Islam tentang manfaat dari poligami atau 
  > tujuan
  > >   yang hendak di capai oleh poligami.
  > > 
  > >   Kita lihat kasus ummu Salamah yang tidak ingin menikah lagi 
  > karena
  > >   benar2 mencintai dan menyakini tidak ada yang lebih baik dari 
  > suaminya
  > >   , kemudian Nabi melawamar Ummu Salamah sebagai bentuk 
  > penghormatan
  > >   terhadap jasa2 almarhum suaminya dan juga perjuangan Ummu 
  > Salamah atas
  > >   dedikasinya terhadap perjuangan Nabi.. Dan siapa yang bisa 
  > menolak
  > >   kenyataan bahwa Nabi adalah sebaik-baiknya laki-laki??
  > > 
  > >   Kemudian dengan pernikahan Nabi dan Aisyah serta Hafsah dimana 
  > budaya
  > >   perkawinan besar pengaruhnya terhadap ikatan tali kekeluargaan. 
  > Lalu
  > >   ada perkawinan dengan Zainab dalam menjalankan syariat yang 
  > telah di
  > >   tetapkan Allah dimana boleh seorang mantan menantu dari anak 
  > angkat
  > >   untuk menikah dengan ayah angkat karena di tetapkan bahwa 
  menjadi
  > >   seseorang menjadi anak angkat tidak serta merta menjadi 
  pertalian
  > >   darah di antara keduanya. Dari perkawinan dengan Juwariyah 
  > menyebabkan
  > >   kekerabatan yang kuat sehingga terbebaskan kaum dari Juwariyah 
  > dll
  > >   (cukup panjang kalau harus di urai satu persatu:).
  > > 
  > >   Pada dasarnya dalam budaya arab perkawinan memberikan effek 
  yang 
  > luar
  > >   biasa sehingga perkawinan di pandang mempunyai kedudukan yang 
  > penting,
  > >   tinggi, dan utama bahkan perkawinan menjadi bentuk penghormatan.
  > > 
  > >   Berbeda dengan budaya kita sendiri dimana perkawinan tidak 
  > memberikan
  > >   effek seperti yang ada didalam masyrakat arab. Dalam budaya kita
  > >   kesamaan suku/daerah saja sudah bisa mengikat seseorang secara 
  > kuat
  > >   dalam persaudaraan. Tidak dikenalnya budaya perbudakan dalam 
  > budaya
  > >   kita juga tidak memberikan posisi yang krusial/penting pada 
  > bentuk2
  > >   perkawinan.
  > > 
  > >   Sehingga kalau boleh disimpulkan poligami jika dimasukan dalam 
  > budaya
  > >   kita tidak akan memberikan banyak manfaat bahkan lebih condong 
  > kepada
  > >   kemudharatan. Pada prinsipnya/dasarnya perkawinan di dalam 
  > budaya kita
  > >   dilandasi oleh perkawinan monogami, masyrakat kita tidak 
  dididik 
  > untuk
  > >   berpoligami sehingga tidak ada lingkungan yang benar-benar 
  > mendukung
  > >   adanya poligami baik untuk laki-laki dan perempuan.Bangsa kita 
  > dengan
  > >   budayanya tidak akan pernah benar-benar bisa menerima poligami 
  > karena
  > >   memang bukan landasan yang kita miliki.
  > > 
  > >   Tanya saja sama Pak Sutiyoso dan Pak Satriyo walau sudah 
  diberik 
  > ijin
  > >   pasanganya (entah dengan alasan apa??? :) tapi tidak akan 
  > menjalani
  > >   poligami karena memang tidak sesuai dengan alam pikiranya yang 
  > didik
  > >   secara monogami dalam lingkungan budayanya. 
  > > 
  > >   Kalu buat gembor-gembor anak yatim dan janda mah kenapa harus
  > >   berpoligami???? kenapa tidak menjadi orang tua asuh, jika untuk
  > >   menghapuskan prostitusi kenapa tidak menyediakan lapangan kerja 
  > yang
  > >   layak atau membuat undang2 yang menghukum pemakai jasa 
  > prostitusi ???
  > > 
  > >   Khamar diharamkan karena lebih banyak mudharatnya daripada 
  > manfaatnya
  > >   itulah dasar hukum haram, begitu juga poligami didalam 
  masyrakat 
  > kita
  > >   secara "umum" (kecuali pada case per case), juga lebih 
  mengandung
  > >   mudharatnya daripada manfaatnya so...kepana tidak diharamkan 
  > saja??;)
  > > 
  > >   Chae 
  > > 
  > > 
  > > 
  > >   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aman FatHa" 
  <[EMAIL PROTECTED]> 
  > wrote:
  > >   >
  > >   > Tentu saja sangat berat dong, Pak. Sampai-sampai Rasulullah 
  > Saw sendiri 
  > >   > sangat mengerti hal itu lalu berdoa kepada Tuhan, "Allahumma 
  > hadza
  > >   qasami 
  > >   > fii maa
  > >   > amliku falaa talumni fii ma amliku. (Ya Allah, inilah 
  > pembagianku pada 
  > >   > bagian yang aku mampu, mohon jangan cela aku pada bagian yang 
  > aku tidak 
  > >   > mampu." Jadi memang bukan persoalan yang gampang dan juga 
  bukan
  > >   dunia yang 
  > >   > hanya mimpi-mimpi. Nabi Saw. melihat realitasnya secara 
  > obyektif dan 
  > >   > sesungguh-sungguhnya. Sampai-sampai ketika melamar Ummu 
  > Salamah, dia
  > >   menolak 
  > >   > dengan halus pada awalnya dengan mengatakan saya ini 
  perempuan 
  > yang
  > >   sudah 
  > >   > tua, ibu dari anak-anak yatim, dan juga pencemburu.
  > >   > 
  > >   > Kejadiannya, suami Ummu Salamah meninggal dunia di Madinah 
  > karena
  > >   luka yang 
  > >   > menimpanya pada peperangan Uhud. Dan dia adalah wanita yang 
  > sangat
  > >   > mengagungkan suaminya, sampai-sampai ketika Umar meminangnya 
  > setelah
  > >   itu, 
  > >   > dia menolak. Kemudian Abu Bakar meminangnya, dia juga menolak.
  > >   Ketika Nabi
  > >   > Saw menyampaikan takziyahnya dan berkata kepadanya, "Mohon 
  > pahala
  > >   kepada 
  > >   > Tuhan atas musibahmu, dan semoga menggantikannya dengan yang 
  > lebih
  > >   baik."
  > >   > Ummu Salamah menjawab, "Adakah lagi yang lebih baik dari Abu 
  > Salamah?!"
  > >   > 
  > >   > Nabi Saw. tetap tidak tega melihatnya menanggung anak-anak 
  > yatim,
  > >   sehingga 
  > >   > ketika mendengar jawabannya atas lamaran Nabi Saw. Nabi 
  > kemudian
  > >   menjawabnya 
  > >   > bahwa Beliau sendiri lebih tua darinya, dan anak-anak yatim 
  > serahkan
  > >   kepada 
  > >   > Allah dan Rasul-Nya, dan sifat pencemburuannya (semoga) Allah 
  > akan 
  > >   > melenyapkannya. Akhirnya Ummu Salamah menerima dan kawin 
  > dengan Nabi
  > >   Saw. 
  > >   > Ummu Salamah ini setingkat di bawah Aisyah dari segi banyak 
  > riwayat,
  > >   sama 
  > >   > seperti Aisyah dari segi kecerdasan dan kepintaran, tetapi dia
  > >   mempunyai 
  > >   > kelebihan dari Aisyah dari segi kematangan dan kecermatan 
  dalam
  > >   berpikir dan
  > >   > mengambil keputusan.
  > >   > 
  > >   > Memang tidak mudah, Pak. Para istri Nabi Saw. itu semua juga 
  > terbagi ke 
  > >   > dalam dua faksi; faksi pertama terdiri dari Aisyah, Hafshah,
  > >   Shafiyah, dan
  > >   > Saudah. Sedang faksi kedua terdiri dari Ummu Salamah dan 
  istri 
  > Nabi
  > >   Saw yang 
  > >   > lain. Mereka juga mengajukan tuntutan kepada Nabi Saw agar 
  > bersikap
  > >   adil,
  > >   > bahkan mendesak-desak sampai terjadi friksi antara Zainab dan 
  > Aisyah. 
  > >   > Padahal Nabi Saw. tidak pernah melebihkan salah seorang pun 
  di 
  > antara
  > >   > mereka, dan mereka sendiri tahu hal itu. Namun orang-orang ini
  > >   apabila ingin 
  > >   > memberi hadiah kepada Nabi Saw. mereka selalu menunggu hari 
  > giliran
  > >   Aisyah
  > >   > sehingga mereka menyerahkannya pada Nabi Saw. di rumah Aisyah.
  > >   (ceritanya 
  > >   > ini selengkapnya ada di dalam hadis Bukhari dan Muslim).
  > >   > 
  > >   > Masih banyak kejadian lain, hingga akhirnya diturunkan ayat
  > >   "takhyir" yaitu 
  > >   > perintah kepada Nabi Saw. untuk memberikan pilihan kepada
  > >   istri-istri Beliau
  > >   > apakah tetap menjadi istri atau cerai. Jadi, sekali lagi, 
  tidak
  > >   segampang 
  > >   > itu, Pak. Memang sangat berat. Pada masa sekarang, bisakah 
  kita
  > >   memberikan
  > >   > penjelasan yang akurat, obyektif, dan transparant pada kasus-
  > kasus
  > >   poligami 
  > >   > bahwa semuanya berjalan sebagaimana mestinya dengan segala 
  > mimpi
  > >   > perjuangannya. Karena melihat kondisi dan kenyataan sekarang 
  > itulah
  > >   yang 
  > >   > membuat Syaikh Muhammad Abduh menyebut poligami sebagai 
  > kerusakan.
  > >   > 
  > >   > Nabi Saw. memberikan pilihan kepada istri-istrinya apakah 
  > masih tetap 
  > >   > bertahan atau cerai, karena dari kepribadian, sikap, dan 
  > perlakuan
  > >   Nabi Saw
  > >   > sendiri sudah sangat adil. Siapa yang menjamin poligamers 
  > sekarang
  > >   bersikap 
  > >   > dan bertindak adil seperti Nabi Saw? Atau malah justru 
  > sebaliknya,
  > >   karena
  > >   > ketidakadilannya yang membuat istrinya tidak nyaman, lalu dia 
  > >   > menceraikannya, tidak lagi memberikan pilihan tetap bersama 
  > atau
  > >   cerai. Dan 
  > >   > dua-duanya adalah sama, kezhaliman di atas kezhaliman. 
  > Kezhalimannya
  > >   dalam 
  > >   > perlakukan terhadap istrinya yang bisa saja tidak ia sadari, 
  > dan 
  > >   > kezhalimannya menceraikannya justru disebabkan oleh 
  > kezhalimannya
  > >   sendiri.
  > >   > 
  > >   > Inilah kenyataan empiris yang kita temui--dalam skup kecil
  > >   barangkali--dan 
  > >   > itu juga fakta-fakta yang dijumpai oleh Syaikh Muhammad Abduh 
  > selagi
  > >   menjadi
  > >   > Mufti resmi negara Mesir dan sesudahnya sehingga beliau 
  > mengeluarkan
  > >   fatwa 
  > >   > boleh bagi suatu lembaga, atau pemerintah untuk melarang 
  > perkara
  > >   yang boleh
  > >   > apabila terdapat kemudaratan di dalamnya seperti pada kasus 
  > poligami
  > >   ini. 
  > >   > Demikian juga dikuatkan oleh Rasyid Ridha berdasarkan
  > >   pengalaman-pengalaman
  > >   > beliau sendiri dari pengaduan-pengaduan dan pertanyaan-
  > pertanyaan
  > >   masyarakat 
  > >   > luas. [al-Manar, sebagian di majalah al-Manar dan sebagian 
  lagi
  > >   dalam tafsir 
  > >   > al-Manar sesuai dengan perbedaan gaya ungkapannya.]
  > >   > 
  > >   > Memang persoalan poligami berpindah nuansa perdebatannya 
  > menjadi
  > >   pembicaraan 
  > >   > hitam-putih tentang hukumnya secara konseptual belaka sehingga
  > >   orang-orang
  > >   > lebih banyak berbicara oh hukumnya sunnah, yang lain angkat 
  > bicara dan 
  > >   > mengatakan hanya boleh saja, sedang yang lain lagi 
  mengecamnya.
  > >   Padahal dari
  > >   > sudut hukum, Nabi Saw berpoligami adalah justru karena faktor-
  > faktor
  > >   yang 
  > >   > mendorong pembolehan tersebut sehingga tidak diharamkan secara
  > >   mutlak. Atau 
  > >   > meminjam bahasanya Rasyid Ridha, itulah kebutuhan-kebutuhan 
  > darurat
  > >   yang 
  > >   > terjadi pada masa itu dan pada beberapa masa setelahnya (dan 
  > lihat
  > >   juga, 
  > >   > bagaimana kondisi itu sampai Umar yang mencarikan orang yang 
  > layak
  > >   untuk 
  > >   > Hafshah, misalnya). Bahkan lebih dari itu, Nabi sampai lebih 
  > dari
  > >   empat yang 
  > >   > oleh para ulama sebagaimana ditunjukkan oleh dalil-dalilnya 
  > merupakan 
  > >   > kekhasan pada Nabi Saw. sendiri bukan untuk umatnya. Karena 
  > itu,
  > >   para ulama 
  > >   > banyak yang menyatakan bahwa poligami hukumnya hanya boleh, 
  > bukan
  > >   sunnah.
  > >   > 
  > >   > Poligami dibolehkan karena memandang banyak faktor yang 
  sangat 
  > mungkin 
  > >   > terjadi dalam dinamika kehidupan sosial. Karena itu, dalam 
  > konsep rumah
  > >   > tangga, para ulama menekankan bahwa kesempurnaan dan paling 
  > ideal
  > >   adalah 
  > >   > satu orang suami dan satu orang istri saja. "Prinsip dasar 
  > dalam
  > >   kebahagian 
  > >   > rumah tangga adalah seorang laki-laki beristri satu orang 
  > perempuan 
  > >   > (demikian, Rasyid Ridha)," dan bersama-sama mengarungi 
  > kehidupan rumah 
  > >   > tangga untuk mencapai rukunnya yang tiga yaitu sakinah, 
  > mawaddah, dan 
  > >   > rahmah. Jadi 3 unsur ini adalah rukun-rukun rumah tangga, dan 
  > setiap
  > >   orang 
  > >   > yang ada di dalamnya wajib menegakkan dan merealisasikan 
  rukun 
  > ini
  > >   (kalau 
  > >   > dalam wudhu, apabila ada rukun yang ketinggalan maka wudhunya 
  > tidak
  > >   sah. Di 
  > >   > sini, apabila masih ada rukun itu yang tidak ada, maka tujuan
  > >   berumah tangga 
  > >   > yang diinginkan oleh Islam masih belum tercapai). Toh, yang 
  > ideal
  > >   ini pun 
  > >   > belum tentu terlaksana dengan sebaik-baiknya.
  > >   > 
  > >   > Mereka yang mengecam keras terhadap kebolehannya dengan 
  > mengesampingkan 
  > >   > faktor-faktor yang sangat mungkin terjadi dalam kehidupan--
  > menurut 
  > >   > saya--juga sesuatu yang gegabah. Bahkan justru kecaman-
  kecaman 
  > ini
  > >   sedikit 
  > >   > banyaknya berperan dalam membuat perdebatan masalah ini 
  semakin
  > >   runcing, dan 
  > >   > lebih disayangkan lagi membuat pembahasannya berpindah fokus 
  > pada
  > >   perdebatan 
  > >   > konseptual belaka dan melupakan kasus-kasus obyektif dalam 
  > masyarakat. 
  > >   > Korban-korban akibat kerusakan poligami hanya menjadi fakta-
  > fakta
  > >   empiris 
  > >   > untuk menguatkan kecaman. Bahkan tidak jarang yang kemudian 
  > menyudutkan 
  > >   > Islam dengan segala aturan-aturan hukum yang terkandung di 
  > dalamnya.
  > >   Seperti 
  > >   > itulah yang pernah disampaikan oleh Lord Kromer--sang 
  > pembantai 
  > >   > petani-petani Dansyuwai--dalam sambutannya yang menohok Islam,
  > >   begitu juga 
  > >   > yang dikemukakan oleh Lrua Paulio(?) di al-Jazair yang 
  kemudian
  > >   melarang 
  > >   > poligami secara total.
  > >   > 
  > >   > Fakta-fakta yang kita lihat lebih banyak menunjukkan bahwa 
  > poligami
  > >   adalah 
  > >   > kerusakan, tapi fakta juga yang memperlihatkan ada poligami 
  > yang tidak
  > >   > menimbulkan masalah, walau jumblahnya sangat sedikit dan 
  > terbatas.
  > >   Inilah 
  > >   > yang harus kita lihat secara obyektif, termasuk secara 
  > obyektif pula
  > >   untuk
  > >   > melihat faktor-faktor dalam kondisi yang menjadi alasan dalam 
  > melakukan 
  > >   > poligami. Bukan faktor-faktor yang hanya keinginan untuk ini 
  > dan itu
  > >   yang
  > >   > lebih banyak berupa mimpi-mimpi belaka. Nabi Saw. selalu
  > >   berkeinginan untuk 
  > >   > membantu orang lain dan ikut serta menanggung beban 
  deritanya. 
  > Namun
  > >   bukan
  > >   > dengan mimpi-mimpi dengan segala kata-kata yang wah-wah. Lihat
  > >   kenyataannya 
  > >   > secara obyektif, begitulah yang dilakukan oleh Nabi Saw.
  > >   > 
  > >   > Beliau mengawini Ummu Habibah setelah ditinggal suaminya yang 
  > memeluk 
  > >   > Krsiten di Habsyah (Eitopia) ketika mereka hijrah ke sana. Dia
  > >   adalah putri
  > >   > Abu Sufyan, pemuka Quraisy, hidup sebatangkara tanpa 
  mempunyai 
  > keluarga 
  > >   > lagi. Bahkan lebih dari itu, keluarganya justru memusuhinya 
  > dan yang
  > >   lebih
  > >   > menyakitkan lagi justru dari ayah dan ibunya sendiri. Sejak 
  > lama
  > >   kaumnya Abu 
  > >   > Sufyan, bani Abdi Syams adalah rival dan musuh Bani Hasyim 
  yang
  > >   merupakan
  > >   > kaum Nabi Saw. Dua kaum ini merupakan kabilah terkemuka dan
  > >   terpandang dari 
  > >   > kabilah Quraisy di kalangan Arab. Lihat, selain faktor 
  > individu juga
  > >   banyak
  > >   > faktor-faktor lain yang obyektif mendorong terjadinya 
  > perkawinan ini.
  > >   > 
  > >   > Perkawinan dengan Ummu Salamah, sudah kita kemukakan di atas. 
  > Namun
  > >   masih 
  > >   > ada yang perlu dikemukakan relevan dengan faktor obyektif 
  ini. 
  > Ayah Ummu
  > >   > Salamah ini adalah salah seorang yang masyhur di kalangan 
  Arab 
  > sebagai 
  > >   > manusia yang paling pemurah. Ummu Salamah menikah dengan 
  > sepupunya,
  > >   Abdullah
  > >   > ibn Abdul Asad al-Makhzumi, yang merupakan orang pertama masuk
  > >   Islam, yaitu 
  > >   > orang yang kesebelas. Dia juga merupakan putra dari bibi Nabi 
  > Saw. dan
  > >   > saudara Nabi Saw. sepersusuan. Sewaktu pasangan suami istri 
  > hijrah ke 
  > >   > Habsyah, mereka mendapatkan anak yang diberi nama Salamah.
  > >   > Setelah sudah kembali ke Makkah, Ummu Salamah ingin ikut 
  > suaminya
  > >   hijrah ke 
  > >   > Madinah. Namun kaumnya menghalang-halanginya. Mereka 
  > merebutnya bersama 
  > >   > anaknya dari tangan suaminya. Kemudian kaum suaminya, Bani 
  > Abdil Asad, 
  > >   > setelah itu merebut anaknya dengan paksa sampai-sampai 
  > tangannya
  > >   terputus. 
  > >   > Karena itulah, setiap hari Ummu Salamah pergi ke lembah 
  > menangis sedih 
  > >   > sampai pada suatu hari ada orang dari kaumnya yang kasihan dan
  > >   berbaik hati 
  > >   > dengannya. Orang tersebut membantunya dan berhasil 
  mendapatkan 
  > anaknya 
  > >   > kembali, kemudian memberangkatkannya ke Madinah dengan 
  sekedup 
  > unta.
  > >   Inilah 
  > >   > sekedup pertama yang hijrah ke Madinah. Lihat bagaimana 
  > penderitaan dan 
  > >   > perjuangannya. Nabi mengawininya setelah suaminya tewas 
  karena 
  > luka
  > >   dalam 
  > >   > perang Uhud--seperti sudah diceritakan di atas. Dan karena 
  > hormatnya
  > >   kepada 
  > >   > suaminya dan sangat mengagungkannya sampai dia menolak 
  lamaran 
  > Abu
  > >   Bakar dan 
  > >   > kemudian Umar. Melihat kenyataan obyektif pada dirinya yang 
  > penuh 
  > >   > penderitaan, tanggungan anak-anak yatim, dan perlu ada orang 
  > yang
  > >   membantu 
  > >   > dan melindunginya, dan kemudian melihat bagaimana perasaan dan
  > >   sikapnya yang 
  > >   > agung sampai menolak lamaran orang setingkat Umar dan Abu 
  > Bakar,
  > >   maka tidak 
  > >   > ada pilihan lain bahwa harus Nabi Saw sendiri yang 
  > mengawininya.
  > >   > 
  > >   > Lihat faktor obyektif yang dilihat oleh Nabi Saw ketika 
  > mengawini
  > >   Barrah 
  > >   > binti Harits yang kemudian diberinama Juwariyah. Ayahnya 
  adalah
  > >   pemimpin dan 
  > >   > pemuka Bani Mushthaliq. Kaumnya ini yang membantu dan 
  > memberikan
  > >   fasilitas 
  > >   > kepada kaum musyrikin dalam perang Uhud. Setelah itu, Nabi 
  Saw.
  > >   mendengar 
  > >   > berita bahwa ayahnya sedang mengumpulkan pasukan untuk 
  > menyerang
  > >   Madinah. 
  > >   > Sehingga Nabi Saw. segera mengumpulkan orang-orang dan segera
  > >   menghadang 
  > >   > mereka sampai kedua pasukan bertemu di al-Muaraisi', sumber 
  > air milik 
  > >   > kabilah Khuza'ah. Kaum muslimin berhasil mengepung mereka dan
  > >   mengalahkan 
  > >   > mereka hanya setelah berhasil menewaskan 10 orang dari 
  mereka. 
  > Semua
  > >   anggota 
  > >   > ditawan dan dibawa ke Madinah. Ternyata di antara mereka ini
  > >   terdapat Barrah 
  > >   > putri pimpinan dan pemuka mereka. Dia kemudian mengajukan 
  > penebusan
  > >   dirinya 
  > >   > (walau dengan cara angsuran) kepada orang yang mendapatkannya 
  > lalu
  > >   mereka 
  > >   > datang kepada Nabi Saw. Dia memperkenalkan diri kepada Beliau 
  > bahwa dia 
  > >   > adalah putri pemuka kaumnya dan meminta kepada Nabi Saw untuk 
  > membantu 
  > >   > penebusannya. Nabi Saw. menjawab, "Bagaimana kalau lebih baik 
  > dari
  > >   itu? Saya 
  > >   > melunaskan tebusan untukmu dan memerdekakanmu dan kemudian
  > >   mengawinimu?" 
  > >   > Barrah menjawab, "Ya, lebih baik." Akhirnya Nabi Saw. 
  > melunaskan
  > >   tebusannya 
  > >   > dan mengawininya. Kemudian orang-orang berkata, "(mereka) 
  > telah menjadi 
  > >   > kerabat Rasulullah Saw." Sehingga mereka melepaskan semua 
  > tawanan dan 
  > >   > memerdekakan mereka. Dan itu pula yang kemudian membuat para 
  > tawanan 
  > >   > semuanya ini memeluk Islam. Dalam riwayat lain disebutkan, 
  > ayahnya
  > >   datang 
  > >   > dan meminta kepada Nabi Saw. untuk melepaskannya. Kemudian 
  > Nabi Saw.
  > >   meminta 
  > >   > kepada ayahnya untuk memberikan kesempatan memilih kepadanya. 
  > Ayahnya 
  > >   > setuju. Dan dia sendiri memutuskan untuk tetap bersama 
  > Rasulullah
  > >   Saw. Maka, 
  > >   > dia disebut sebagai wanita yang penuh berkah bagi kaumnya.
  > >   > 
  > >   > Begitu juga perkawinan Nabi Saw. dengan Shafiyah binti Huyayy,
  > >   perempuan 
  > >   > berdarah Yahudi. Dia berasal dari Bani Nadhir dan ayahnya 
  > merupakan 
  > >   > keturunan Harun as. Saudara Musa as. Dia tertawan di tangan 
  > Dahyah
  > >   setelah 
  > >   > suaminya tewas dalam peperangan Khaibar. Melihat itu, para 
  > Sahabat yang 
  > >   > cermat mengatakan kepada Nabi Saw, "Dia adalah putri 
  terkemuka 
  > Bani 
  > >   > Quraizhah, tidak pantas kecuali untukmu." Nabi Saw menyambut 
  > baik
  > >   pendapat 
  > >   > para sahabat ini, apalagi memandang sangat disayangkan 
  > perempuan
  > >   terkemuka 
  > >   > seperti dia harus menjadi budak di tangan orang yang 
  perempuan 
  > itu
  > >   sendiri 
  > >   > memandang rendah kepadanya. Akhirnya Nabi Saw. mengambilnya 
  > (dengan 
  > >   > penebusan) dari Dahyah, kemudian memerdekakannya dan 
  > mengawininya. Imam 
  > >   > Ahmad meriwayatkan, bahwa Nabi Saw. memberikan pilihan 
  > kepadanya;
  > >   Beliau 
  > >   > memerdekakannya dan mengawininya atau diantar pulang kepada
  > >   keluarganya. 
  > >   > Lalu dia sendiri memilih untuk dikawini oleh Nabi Saw. Pernah 
  > Shafiyah 
  > >   > mengadu kepada Nabi Saw. setelah mendengar omongan Aisyah dan
  > >   Hafshah bahwa 
  > >   > mereka berdua lebih mulai dibanding dia pada Rasulullah Saw.
  > >   Kemudian Nabi 
  > >   > Saw. menjawab kepadanya, "Kenapa tidak kamu katakan 
  > saja, 'Bagaimana
  > >   bisa 
  > >   > kalian berdua lebih mulia dariku, sedangkan suamiku Muhammad, 
  > Ayahku
  > >   Harun 
  > >   > dan Pamanku Musa." Pernah juga Zainab menyebutnya "perempuan 
  > Yahudi"
  > >   yang 
  > >   > bermaksud merendahkannya. Sehingga Nabi Saw. menghukumnya 
  > dengan "pisah 
  > >   > ranjang" selama sebulan.
  > >   > 
  > >   > Perkawinan Nabi Saw. dengan Saudah dan Aisyah dicomblangi oleh
  > >   Khaulah binti 
  > >   > Hakim. Dorongan dari Khaulah inilah yang membuat Beliau 
  > terbuka kembali 
  > >   > setelah 3 tahun wafat Khadijah. Beliau mengawini Aisyah 
  > sebenarnya
  > >   sekaligus 
  > >   > sebagai penghargaan kepada Abu Bakar--yang menurut saya juga 
  > memang ada 
  > >   > harapan Abu Bakar agar putrinya mendapatkan suami orang yang 
  > terbaik 
  > >   > sebagaimana tercium dari ungkapan Abu Bakar sendiri. 
  Sedangkan 
  > Beliau 
  > >   > menerima tawaran Khaulah dengan Saudah karena Saudah sudah 
  > tidak
  > >   mempunyai 
  > >   > keluarga lagi. Setelah suaminya meninggal, tidak ada lagi yang
  > >   menanggungnya 
  > >   > dan jika ia kembali kepada keluarganya, dikuatirkan mereka 
  akan
  > >   menyiksanya 
  > >   > dan memaksanya kembali ke agama tradisi kaumnya. Sehingga 
  > dengan
  > >   melihat 
  > >   > kenyataan itulah, Nabi Saw. menerima comblangan Khaulah dan
  > >   mengawininya.
  > >   > 
  > >   > Perkawinan dengan Hafshah binti Umar ra. justru karena faktor 
  > yang
  > >   sama pada 
  > >   > perkawinan dengan Aisyah dan faktor yang terjadi pada istri-
  > istri
  > >   yang lain. 
  > >   > Setelah suami Hafshah meninggal dunia dalam peperangan Badar, 
  > dan
  > >   selesai 
  > >   > masa iddahnya, Umar mengajukannya kepada Abu Bakar untuk
  > >   mengawininya. Abu 
  > >   > Bakar tidak memberikan jawaban apa-apa. Kemudian Umar 
  > mengajukannya
  > >   kepada 
  > >   > Ustman untuk mengawininya, setelah istri Ustman meninggal 
  dunia
  > >   (Ruqayyah 
  > >   > binti Rasulullah Saw." Ustman menjawab, "Saya tidak ada 
  > keinginan kawin 
  > >   > masa-masa sekarang." Sebenarnya--menurut sebagian riwayat--
  > Ustman
  > >   sedang 
  > >   > berharap Rasulullah Saw. mengawinkannya dengan putri Beliau 
  > Ummu
  > >   Kultsum. 
  > >   > Umar sangat bersedih hati melihat penderitaan Hafshah dan 
  > mendengar 
  > >   > tanggapan kepada dua orang sahabat terkemukan ini. Kemudian 
  > Umar curhat 
  > >   > kepada Nabi Saw. sampai kemudian Nabi Saw, menjawab, "Akan 
  > mengawini
  > >   Hafshah 
  > >   > orang yang lebih baik dari Ustman, dan Ustman akan menikah 
  > dengan
  > >   orang yang 
  > >   > lebih baik dari Hafshah." Sampai kemudian Nabi Saw. melamar 
  > Hafshah.
  > >   Tentu 
  > >   > saja Umar gembira bukan kepalang. Setelah peristiwa itu, baru 
  > Abu Bakar 
  > >   > membuka rahasia kenapa dia berdiam saja ketika diajukan 
  > tawaran oleh
  > >   Umar. 
  > >   > Kata Abu Bakar, "Kamu jangan bersedih terhadapku, (setelah 
  > kematian 
  > >   > suaminya) Rasulullah Saw. pernah membicarakan tentang 
  Hafshah, 
  > dan saya 
  > >   > tidak mungkin membuka rahasia Rasulullah Saw."
  > >   > 
  > >   > Berbeda sedikit adalah perkawinan dengan Zainab binti Jahsy, 
  > karena 
  > >   > perkawinan ini merupakan perintah langsung dari Allah Swt. 
  dan 
  > sebagai 
  > >   > penetapan suatu hukum syariat, (saya kira tidak saya ungkap 
  > panjang
  > >   lebar di 
  > >   > sini karena akan sangat panjang). Karena itu, ini merupakan 
  > salah satu 
  > >   > kebanggaan Zainab terhadap para istri Nabi Saw. yang lain. 
  Dia 
  > berkata 
  > >   > kepada para istri Nabi Saw., "Kalian dikawinkan oleh orangtua-
  > orangtua 
  > >   > (keluarga) kalian, sedangkan saya dikawinkan oleh Allah Swt. 
  > dari
  > >   atas tujuh 
  > >   > lapis langit."
  > >   > 
  > >   > Inilah sebagian dari cerita sejarah bahwa ketika Nabi Saw. 
  > mengawini
  > >   para 
  > >   > istri Beliau, keinginan berbuat baik itu bukan berasal dari
  > >   mimpi-mimpi, 
  > >   > tetapi dengan melihat faktor-faktornya yang sangat jelas dan 
  > obyektif. 
  > >   > Silahkan tanya sendiri kepada para pelaku poligami atau 
  berniat
  > >   melakukan 
  > >   > poligami, apakah sudah melihat faktor-faktor itu dengan 
  > obyektif? Bukan 
  > >   > hanya ungkapan-ungkapan wah dan retorika politis membantu 
  para 
  > wanita, 
  > >   > berjuang bersama-sama istri madu, biar jangan marak 
  > prostitusi, dan 
  > >   > sebagainya. Setiap orang dianjurkan untuk mempunyai keinginan 
  > yang
  > >   baik dan 
  > >   > berbuat baik , tapi juga harus melihat obyek kebaikan itu 
  > sendiri
  > >   dengan 
  > >   > jelas, sungguh-sungguh, dan obyektif. Bukan hanya klaim atau 
  > alasan
  > >   yang 
  > >   > dibuat-buat. Pentingnya melihat kenyataan secara obyektif ini 
  > merupakan 
  > >   > salah satu dari metode-metode para ulama dahulu dalam 
  > menyimpulkan
  > >   suatu 
  > >   > hukum, sebagaimana ditegaskan kembali oleh Prof. Dr. Syaikh 
  > Muhammad
  > >   Ali 
  > >   > as-Sayis, mantan Dekan Fak. Syariah al-Azhar dan anggota 
  > Lembaga
  > >   Riset Islam 
  > >   > (Majma al-Buhuts al-Islamiyah). Dalam bukunya "Sejarah Fiqih 
  > Ijtihad
  > >   dan 
  > >   > Perkembangannya" beliau mengutip bahwa "para ulama dahulu 
  dalam
  > >   berijtihad, 
  > >   > memandang persoalan dengan dua mata; satu mata ke arah teks 
  > dan mata
  > >   yang 
  > >   > lain memandang realitas."
  > >   > 
  > >   > Seandainya Nabi Saw. memang mentradisikan (sunnah secara 
  > bahasa artinya 
  > >   > tradisi) poligami, kenapa justru perempuan-perempuan janda 
  yang
  > >   dipilih? 
  > >   > Kenapa tidak dengan gadis-gadis muda, perawan, dan cantik-
  > cantik saja? 
  > >   > Bukankah Beliau sendiri--dalam hadis Jabir ketika ada yang 
  > meminta
  > >   pendapat 
  > >   > kepada beliau dalam perkawinannya dengan wanita janda--
  > menganjurkan
  > >   menikah 
  > >   > dengan perempuan perawan, "Halla bikran, tulaa'ibuha wa 
  > tula'ibuka" (Aw 
  > >   > kamaa Qaala Rasulullah Saw.). Kenapa Nabi Saw. tidak menerima 
  > saja
  > >   perempuan 
  > >   > yang menyerahkan dirinya kepada Beliau? Justru tidak usah
  > >   repot-repot dalam 
  > >   > poligami.
  > >   > 
  > >   > Dan ini semua masih dalam lingkup melihat faktor-faktor 
  diluar 
  > dari 
  > >   > memandang kelengkapan aturan dalam rumah tangga itu sendiri 
  > seperti 
  > >   > kewajiban berlaku adil, pendidikan anak, kepemimpinan yang 
  > berdasarkan 
  > >   > musyawarah bukan main perintah, nafkah, tempat tinggal, dan
  > >   lain-lain. Dan 
  > >   > ini saja dulu sudah cukup memberikan gambaran bahwa memang 
  > berat,
  > >   dan tidak 
  > >   > gampang. Oleh karena itu, kita tidak lagi heran jika pada 
  > kenyataannya 
  > >   > akhirnya banyak kasus-kasus poligami lebih banyak mudarat dan
  > >   kerusakannya. 
  > >   > Dan kesempurnaan yang diakui oleh Islam dalam rumah tangga 
  > adalah
  > >   satu orang 
  > >   > laki-laki beristri satu orang perempuan. Dan itu saja, 
  > buktikanlah
  > >   sakinah, 
  > >   > mawaddah, dan rahmah yang menjadi pondasi rumah tangga apakah 
  > sudah
  > >   tercapai 
  > >   > atau belum? Dan karena itu pula--Rasyid Ridha mengatakan 
  (dalam
  > >   al-Manar) 
  > >   > bahwa--kebanyakan orang-orang yang taat beragama lebih 
  memilih 
  > satu
  > >   orang 
  > >   > istri saja kecuali faktor darurat yang mau tidak mau 
  > mengharuskannya 
  > >   > beristri lebih dari satu. Dan dia mengatakan, karena itu saya
  > >   melihat tidak 
  > >   > ada satu pun teman-teman saya tokoh-tokoh ulama baik di 
  Suriah 
  > dan
  > >   di Mesir 
  > >   > yang beristri lebih dari satu orang.
  > >   > 
  > >   > Demikian sekedar bagi-bagi dari saya. Oh ya, pada masa 
  > sekarang orang 
  > >   > bertanya-tanya tentang referensi karena memang penting. 
  > Referensi
  > >   tulisan 
  > >   > saya, hadis-hadis semua rata-rata ada di Sahih Bukhari dan 
  > Muslim--dan 
  > >   > minimal juga ada di Ashab Sunan--dan sebagian kelengkapan 
  > ceritanya
  > >   dari 
  > >   > Sirah-sirah Nabi, yang di dalam hadis kadang-kadang tidak 
  > seluruhnya 
  > >   > diceritakan secara runtun dari satu peristiwa ke peristiwa 
  > lain.
  > >   Soal nomor 
  > >   > hadis, halaman, dan volume berapa, saya udah lupa dan sedang 
  > tidak
  > >   ada waktu 
  > >   > untuk mencarikannya sekarang. Sebagian yang lain, adalah 
  > >   > penjelasan-penjelasan yang pernah saya baca dalam buku yang 
  > saya
  > >   sebutkan 
  > >   > masing-masing dalam tiap kutipan. Ada kesalahan, mohon maaf.
  > >   > 
  > >   > Wassalam
  > >   > Aman
  > >   > 
  > >   > ----- Original Message ----- 
  > >   > From: "SUTIYOSO WIJANARKO WIJANARKO" <[EMAIL PROTECTED]>
  > >   > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
  > >   > Sent: Friday, December 16, 2005 9:41 AM
  > >   > Subject: Re: Balasan: Re: [wanita-muslimah] Budaya Poligami
  > >   > 
  > >   > 
  > >   > > Assalamualaikum.Wr.Wb,
  > >   > >
  > >   > >  Saya tidak tahu apakah ada kaitannya antara takutnya 
  female 
  > muslimah
  > >   > > berpoligami dengan perjuangan Islam yang penuh dengan 
  > tantangan berat.
  > >   > >  Makanya saya ingin tahu, apakah female muslimah bisa 
  diajak 
  > untuk
  > >   > > berjuang dalam hidup ini dalam berdakwah yang penuh dengan
  > >   tantangan itu,
  > >   > > kalau hanya membagi rasa dengan sesama muslimah dalam 
  > kehidupan
  > >   polygamy
  > >   > > saja sangat berat.
  > >   > >
  > >   > >  Ini pertanyaan lho, bukan vonis....saya masih yakin banyak 
  > wanita
  > >   > > muslimah yang mau berkorban apa saja ( sesuai dengan 
  > syariat ) untuk
  > >   > > menegakkan kalimat Allah.
  > >   > >
  > >   > >  soo..show me the way and who u are....
  > >   > >
  > >   > >  salam.
  > >   > >
  > >   > > Chae <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  > >   > >  Pak Satriyo, Wa'alaikum salam wr wb...
  > >   > >
  > >   > > Alhamdulillah saya di do'akan sama Pak Satriyo..amien!!!!
  > >   > > mudah-mudahan saya bisa jadi wanita shalihah:)
  > >   > >
  > >   > > Wah saya justru tertarik dengan pernyataan Bapa yang 
  > menyatakan "siap
  > >   > > berpoligami" tapi tidak mau berpoligami??? ini kok 
  > sepertinya sedikit
  > >   > > kontradiksi;) apa yang menyebabkan Bapa tidak mau 
  > berpoligami???
  > >   > > padahal dengan kesiapan Bapa bearti Bapa sudah bisa 
  memenage 
  > segala
  > >   > > sesuatunya??
  > >   > >
  > >   > > Masalah sunah memang benar seperti yang Bapa uraian, dan 
  > benar sunah
  > >   > > yang saya rujuk adalah sunah dalam pengertian mencontoh 
  > prilaku Nabi..
  > >   > > Tapi prilaku Nabi ini ada juga yang wajib di contoh..iya 
  kan 
  > Pak??:)
  > >   > >
  > >   > > Salam,
  > >   > > Chae
  > >   > >
  > >   > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, satriyo 
  > <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  > >   > >>
  > >   > >> assalaamu alaikum,
  > >   > >>
  > >   > >> chaerunnisa yang shalihah,
  > >   > >>
  > >   > >> sedikit menanggapi pernyataan bahwa poligami itu sunnah. 
  > hukum dasar
  > >   > > nikah -
  > >   > >> cmiiw - adalah mubah. dia bisa menjadi wajib, sunnah, 
  > makruh, haram
  > >   > >> tergantung sikon-nya. tapi secara umum dalam kondisi 
  > normal, Rasul
  > >   > >> me-'wajib'-kan menikah bagi ummatnya. dan di sini 
  > menikah ...
  > >   tanpa ada
  > >   > >> keterangan eksplisit apakah untuk pertama atau ke sekian 
  > kali. dengan
  > >   > >> demikian, secara implisit, poligami secara khusus juga 
  > tidak hanya
  > >   > > sunnah
  > >   > >> hukumnya.
  > >   > >>
  > >   > >> tapi tentu, ada istilah 'sunnah' lain yang juga sering 
  > dipakai dan
  > >   > > mungkin
  > >   > >> ini yang chaerunnisa maksud, yaitu sunnah yang artinya 
  > tuntunan atau
  > >   > > teladan
  > >   > >> atau contoh dari Rasul. untuk inipun baik monogami dan 
  > poligami
  > >   termasuk
  > >   > >> bagian dari sunnah Rasul. tentun sebagai manusia biasa, 
  > kadar atau
  > >   > >> tingkatnya berbeda dengan Rasul, sebagaimana juga bedanya 
  > puasa
  > >   beliau,
  > >   > >> shalat sunnah beliau, tilawah quran beliau, tarawih 
  beliau, 
  > tahajud
  > >   > > beliau,
  > >   > >> dan lain-lain. bukankah beliau pernah menyampaikan 
  > kekhawatirannya
  > >   > > tentang
  > >   > >> shalat tarawih yang 'sunnah' nya dilakukan secara individu 
  > di rumah?
  > >   > > beliau
  > >   > >> khawatir apa yang beliau atas ibadah sunnah lakukan out of 
  > passion
  > >   > > itu oleh
  > >   > >> ummat nantinya akan dijadikan wajib, maka beliau hanya 
  > tarawih 3
  > >   > > hari saja
  > >   > >> di masjid.
  > >   > >>
  > >   > >> jadi memang hemat saya - cmiiw - 'sunnah' poligami pun ya 
  > tidak
  > >   mungkin
  > >   > >> setara dengan seperti yang beliau lakukan. tinggal 
  > masalahnya -
  > >   > > sebagaimana
  > >   > >> juga dengan ibadah yang mahdlah - bagaimana aplikasinya, 
  > apakah sudah
  > >   > >> MENDEKATI apa yang beliau 'sunnah' kan ...
  > >   > >>
  > >   > >> sekedar info buat chaerunnisa, saya tidak mau poligami, 
  > tapi saya
  > >   > > siap untuk
  > >   > >> itu. bagi saya itu dua hal yg berbeda. terlebih saya sudah 
  > komitmen
  > >   > > dengan
  > >   > >> istri bahwa dia ikhlas dan ridla, dan mau memilihkan 
  > sekiranya
  > >   > > memang muncul
  > >   > >> sikon untuk hal itu ... karena saya memandang poligami 
  > sebagai
  > >   > > sebuah team
  > >   > >> work. buat apa nambah anggota atau awak jika yang ada hanya
  > >   > > perpecahan bukan
  > >   > >> sinergi menuju mardlotillah ...
  > >   > >>
  > >   > >> salam,
  > >   > >>
  > >   > >> satriyo
  > >   >
  > > 
  > > 
  > > 
  > > 
  > > 
  > > 
  > > 
  > >   Milis Wanita Muslimah
  > >   Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun 
  > masyarakat.
  > >   Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  > >   ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-
  > muslimah/messages
  > >   Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > >   Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  > >   Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-
  > [EMAIL PROTECTED]
  > >   Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
  > > 
  > >   This mailing list has a special spell casted to reject any 
  > attachment .... 
  > >   Yahoo! Groups Links
  > > 
  > > 
  > > 
  > >    
  > > 
  > > 
  > > 
  > > [Non-text portions of this message have been removed]
  > >
  >







  Milis Wanita Muslimah
  Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
  Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
  Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

  This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
  Yahoo! Groups Links



   



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke