Logika yang cukup aneh! Itu saja mas komentar saya hehehe. Coba perhatikan sebentar saja,
"Sex adalah instink hewani. Ketika instink itu datang, naluri hewan kita mengendus-endus, seperti kucing, seperti ayam, seperti kuda. Dan kita tak akan bisa mencegah instink itu, selagi belum tersalurkan. Dan hillarious-nya, instink hewani itu bukannya berhenti ketika si lelaki sudah menyalurkannya. " Kemudian konklusi yang diambilnya, " Jadi solusinya, salah satunya, adalah melegalkan poligami, baik secara konstitusional maupun inkonstitusional. Supaya gejala "dut-ndutan" yang diderita kaum lelaki berkurang." Bagaimana saluran kran di otaknya, instink hewani itu bukannya berhenti ketika sudah disalurkan lalu dia katakan poligami dijadikan alasan untuk menguranginya. Kalau pake bahasa yang polos aja seharusnya dia mengatakan, "Legalkan poligami, biar instink hewaninya punya banyak saluran." Maka, wanita jadilah saluran hewan dan laki-laki itu jadilah hewan yang punya banyak jalan untuk melenggang. Dan bersama itu, lupakanlah arti perkawinan yang sesungguhnya. Yang kedua, stigmasisasisuses terhadap kelompok lain yang sudah menjadi kebiasaan penulis dalam banyak postingannya. Terima Kasih Aman ----- Original Message ----- From: "radityo djadjoeri" <[EMAIL PROTECTED]> "Endangnya" Poligami Buat kaum perempuan di seantero Nusantara, maaf, tulisan di bawah ini mungkin bikin emosi Anda memuncak, lalu marah-marah. Tapi itulah kenyataan hidup. Masih banyak di antara kita yang menganggap poligami itu sah-sah saja. Tak heran muncul istilah: hati mendua, hati meniga, hati mengempat, hati menglima dan seterusnya. Poligami memang sangat menyakitkan bagi wanita, tapi begitulah adanya. Apa komentar Anda? ===================================================== "Endangnya" Poligami oleh: Muhammad Abdalah e: [EMAIL PROTECTED] Semua lelaki memiliki naluri berpoligami. Dalam hal "semua lelaki" ini mengartilulasikannya jangan sampai terjebak dalam paradigma beragama. Memang dalam agama sendiri, kasus poligami mendapat tempat yang khusus. Walaupun sebenarnya kekhususan itu karena faktor para pemeluknya sendiri. Sedang agama tidak melulu ngomongin masalah perempuan, kawin, poligami, monogami atau stereogami. Marilah kita sebentar keluar dari kerangka agama. Meninjau segi-segi kejadian dunia lelaki, baik dia itu muslim, yahudi, kristen, katolik, ateis dll. Baik dia itu berprofesi sebagai presiden, buruh bangunan, operator mesin, sopir, astronot dll. Kita juga tidak bisa inklusif-nasionalis dalam hal ini. Sebab kita tidak membicarakan satu jenis bangsa saja, tapi segala jenis bangsa dan negara kita hilangkan dulu sekat-sekat pemisahnya. Lebih jauh lagi meninjau dunia lelaki dari kalangan makhluk lain, baik itu binatang, ikan, tumbuhan, dan dalam kapasitas yang lebih luas lagi, melongok para lelaki dari kalangan makhluk halus, yaitu jin. Kalau kita membicarakan poligami, berarti membicarakan perkawinan. Kalau kita membicarakan perkawinan, berarti pembicaraan kita membahas sifat suatu gender. Nah, setelah kita lihat berbagai kehidupan makhluk hidup, baik secara empirik kita jumpai, atau melalui lektur tidak langsung ataupun langsung, kita jumpai bahwa gender lelaki selalu lebih dominan dibandingkan gender perempuan atau "lady-woman" alias bencong (benci aku. u!). Secara empirik kita sudah super-super kenyang menyaksikan bahwa manusia yang berjenis kelamin lelaki memiliki kuasa lebih dibanding wanita. Melalui pengamatan-pengamatan dan observasi, kita lihat, misalnya acara di National Geographic, Discovery Channel, yang sering menayangkan dunia flora dan fauna, kita lihat bahwa gender lelaki dari jenis binatang pun memiliki dominasi yang demikian kuat atas gender lainnya. Bahkan dalam dunia mistis, jagading lelembut, banyak literatur tentang jin yang suka usil mengerjai kaum wanita dari jenis manusia. Bahkan seandainya jika ada suami istri yang melakukan "ritual" tanpa mengucap nama Allah, sang jin bisa ikut nimbrung di antara keduanya. Hih, serem. Lelaki, secara naluri, selalu ingin diakui lebih powerful di segala bidang. Bukan hanya di medan perang, jalanan, atau perkantoran. Bahkan dalam urusan "ritual suami-istri" pun lelaki selalu merasa tidak terpuaskan. Walaupun istri di rumah sudah cantik, seksi, bahenol, penyabar, penyayang, pandai masak, cuci baju dan pinter nyetrika, ada-ada saja alasan untuk "mencicipi" model baru wanita lain. Sejarah mencatat bahwa sejak dulu lagi, kaum lelaki sangat homogenus dalam urusan syahwat. Psikolog Singapura, yang saya lupa namanya, dalam suatu dialog di Channel News Asia, mengatakan: "Sex is animal instinc". Sex adalah instink hewani. Ketika instink itu datang, naluri hewan kita mengendus-endus, seperti kucing, seperti ayam, seperti kuda. Dan kita tak akan bisa mencegah instink itu, selagi belum tersalurkan. Dan hillarious-nya, instink hewani itu bukannya berhenti ketika si lelaki sudah menyalurkannya. Ketika dilihatnya ada "barang" yang lebih elok, lebih mulus, lebih bahenol dibanding pasangannya, instink hewaninya kembali muncul. Barangkali di sinilah salah satu hikmahnya, mengapa wanita diharuskan menutup aurat, menutup lekuk-lekuk tubuhnya. Supaya lelaki tidak melupakan "ikan asin" di rumahnya. Sejarah mencatat, poligami alias beristri banyak, bukan hanya monopoli pemeluk suatu agama tertentu sahaja. Bukan pula hak istimewa suatu bangsa atau ras tertentu saja. Para pemeluk Yahudi diperkenankan memiliki istri dalam jumlah yang tidak terbatas. Bahkan Nabi Yakub, Nabi Daud, Nabi Sulaiman memiliki istri yang tak cukup dihitung dengan jari. Nabi Muhammad masih bisa dihitung dengan jari. Pada tahun 1650, pemeluk Kristen di Perancis pernah mendapatkan fatwa, boleh memiliki 2 istri. Bahkan dewan tertinggi gereja Inggris, sampai abad 11 boleh memperlakukan wanita sebagai barang dagangan. Boleh dijual, dipinjam, digadaikan. Kalau baru dimadu sih masih urusan kecil. Kebiasaan ini terhapus, setelah kaum salibis pulang dari perang Salib. Menjelang abad 20 dan sekarang, praktek beristri banyak masih tetap ada. Tak pandang agama, suku, dan bangsa. Tentu istilah "istri" di sini bisa berarti istri dalam arti yang sesungguhnya dan bisa pula berarti yang tidak sesungguhnya. Dalam istilah kerajaan tanah air, wanita-wanita yang jadi istri raja, dinamakan selir. Dahulu di Jepang, para Samurai juga biasanya punya banyak selir. Di Amerika, penduduk aslinya, Indian, para lelakinya lazim membagi cinta dengan beberapa wanita, selama si lelaki punya kemampuan finansial dan fisik yang memadai. Bagi para istrinya, berarti tugas makin ringan. Memasak dan mencuci bisa dibagi-bagi tugasnya. Walaupun, yah, bajunya orang Indian berapa lembar sih.... Nah, di zaman kini, para lelaki yang banyak duit tetap mempraktekkan poligami. Walaupun harus main kucing-kucingan dengan istri pertama. Kenapa musti kucing-kucingan? Karena sejak lahir kita sudah dicekoki makna kesetiaan cinta, "one man, one love". Ditambah lagi lagu-lagu cengeng yang mengagung-agungkan cinta pada seorang saja. Semoderen apa pun 'live style' seorang lelaki, tetap saja naluri hewaninya tetap berjalan, yaitu mencintai lebih dari satu wanita. Memang sangat menyakitkan bagi wanita, tapi begitulah adanya. Di Jepang yang tak diragukan lagi kemoderenannya, kecanggihan teknologinya, kekayaan finansialnya, para lelakinya selalu mencari dan mencari "geisha" alias wanita penghibur. Karena di rumah, "geisha" nya nyebelin dan mbosenin. Sedang lelaki Singapura lebih suka mencari daun-daun muda dari Indonesia untuk dijadikan wanita simpanan. Wanita muda Indonesia lebih diminati karena harganya yang murah dan "rasanya" yang gurih. (Ini kata mereka, jangan sewot gitu loh). Di negara yang mengaku sebagai bapak moyangnya demokrasi, Amerika, poligami tetap ada. Tom Green adalah tokoh poligami yang berani mendobrak tradisi Amerika yang amat patriartical dalam memperlakukan gender. Kini kita coba kembali ke ajaran agama, dalam hal ini agama Islam. Sebab agama-agama lainnya terkesan "ogah" membicarakan poligami. Kalau zaman sebelum datangnya agama Islam (dalam hal ini Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw), para lelaki bebas memiliki wanita tanpa batas. Bebas memperlakukan wanita seperti benda mati, kini fungsi agama mengingatkan kembali para lelaki agar tidak sembarangan memelihara gundik yang diikat tanpa tali pernikahan. Merujuk pada ide para liberalis (islib) bahwa mengartikan Al Qur'an dan Sunnah tidak boleh secara tekstual, 'letterlujk', tapi harus sesuai dengan kondisi suatu zaman, maka adalah suatu keharusan bagi setiap lelaki untuk berpoligami. Why? Why? Why? Karena dewasa ini kaum lelaki selalu disuguhi aurat-aurat wanita, di mana pun dia berada. Coba tengok ke luar sebentar, pasti ada wanita melenggang bercelana jeans ketat. Coba menengok ke kiri, ada wanita ber-tank top. Ke kanan, pantat yang merangsang. Ditambah lagi media-media elektronik, seperti televisi, selalu menyuguhkan wajah-wajah cantik yang menggoda hasrat lelaki normal. Nah, hal-hal seperti itulah yang membuat instink lelaki mengalami gejala "ndut-ndutan". Dalam fase-fase itulah, seluruh energi, intelegensi, materi, bahkan wibawa sekalipun tiba-tiba menjadi sesuatu yang murah. Untuk menghindari itu, peranan agama berfungsi agar menghalalkan itu semua. Kalau para liberalis, mengartikan budaya pluralisme perkawinan (plural marriage) itu hanya budaya Arab, yang katanya libidonya lebih tinggi dari pada bangsa lain, maka saya berani katakan bahwa pluralisme juga berlaku pada perkawinan. Dalilnya, ya, meminjam istilah liberalis, bahwa mengartikan kitab suci tidak boleh secara harfiah. Nah, ternyata gejala sosial menyatakan bahwa lelaki sekarang, baik yang libidonya tinggi, maupun yang libidonya rendah, atau yang tak punya libido, sama-sama "ndut-ndutan" menyaksikan wanita-wanita yang secara umum mengumbar aurat. Jadi solusinya, salah satunya, adalah melegalkan poligami, baik secara konstitusional maupun inkonstitusional. Supaya gejala "dut-ndutan" yang diderita kaum lelaki berkurang. Dengan begitu energi, intelegensi, materi dan wibawanya tidak terganggu, karena sudah mendapat payung hukum secara SYAH dan MEYAKINKAN. So berpoligami, hidup jadi makin "ENDANG", makin "ENDAH", dan makin "NENDANG". Wassalam : Emabdulah Masih menerima beberapa wanita lagi. ihik. ihik. endang = enak endah = indah nendang = nikmat sampai puncak Sponsored by www.x-tronik.com Ungkapkan opini Anda di: http://mediacare.blogspot.com http://indonesiana.multiply.com --------------------------------- Yahoo! Shopping Find Great Deals on Holiday Gifts at Yahoo! Shopping [Non-text portions of this message have been removed] Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/