REPUBLIKA Rabu, 04 Januari 2006
Labbaik, Allahumma Labbaik Oleh : Asro Kamal Rokan Beberapa orang sahabat menunaikan ibadah haji. Sebelum berangkat, sahabat-sahabat itu mengirim pesan singkat. Isinya, mohon dibukakan pintu maaf dan mohon didoakan jadi haji mabrur. Tentu saja saya sangat senang membaca pesan sahabat-sahabat itu.Di saat kondisi ekonomi belum benar-benar bangkit, mereka dengan biaya yang tak sedikit, melaksanakan kewajiban yang tak semua orang bisa melakukannya. Kepergian sahabat-sahabat itu -- bagian dari lebih dari 200 ribu orang Indonesia tahun ini menunaikan ibadah haji -- tentulah atas dasar keimanan kuat, kemampuan finansial, dan kesadaran bahwa mereka sedang menuju puncak penyerahan diri total kepada Allah SWT, yang menciptakannya dari tiada menjadi ada, dari air yang hina menjadi orang-orang yang mulia. Pesan singkat sahabat-sahabat itu berkali-kali saya baca. Dan, dengan kesadaran pula -- di antaranya dari apa yang terlihat sehari-hari -- saya balas pesan singkat itu dengan kalimat yang agak panjang. Isinya: Alhamdulillah, semoga jadi haji mabrur. Sekadar renungan, banyak orang menjadi haji, namun hanya mendapatkan gelar haji dan cerita tentang keindahan Masjidil Nabawi -- mereka layaknya baru dari tempat wisata. Banyak orang naik haji, setelah itu mereka korupsi. Banyak orang naik haji untuk membersihkan diri, setelah itu kotor lagi. Bagi mereka, agaknya, Tanah Suci bagai mesin cuci raksasa. Mereka menipu dirinya dan beranggapan Allah SWT tidak tahu apa-apa. Ya Alllah, jadikanlah sahabatku ini orang-orang yang menyerah pada-Mu dan memperoleh haji mabrur. Aamin. Renungan itu diharapkan sebagai penambah gizi untuk semakin memperkuat kesadaran sahabat-sahabat tersebut. Tentu, renungan tersebut tidak bermaksud mengajari bagaimana limau berduri, mengajari bagaimana ikan berenang. Tapi marilah kita lihat: apabila setiap jamaah haji itu menjadi sumber perubahan akhlak, sumber ketauladanan, maka betapa peran mereka menjadi energi luar biasa bagi bangsa ini untuk berubah, menjadi bangsa penuh kebajikan dan ampunan Allah SWT Ketika seseorang menunaikan ibadah haji, maka ia adalah orang yang patuh, tunduk, dan menyerah sepenuhnya pada kehendak Allah SWT. Ia pergi dengan uang halal, meninggalkan keluarga dengan ikhlas, mengenakan pakaian ihram, pakaian serba putih (menanggalkan segala aksesoris, jabatan, embel-embel duniawi). Para jamaah itu tawaf, mengelilingi Ka'bah pada arah yang sama. Tidak boleh bergerak sesukanya. Mereka sa'i, berjalan bolak-balik dari bukit Safha ke Marwah, merasakan suasana hati dan perjuangan Siti Hajar ketika menggendong Ismail yang kehausan. Penuh kasih sayang dan kecintaan. Di Arafah, padang datar, jamaah melepaskan seluruh kepentingan duniawi. Tidak boleh mencabut sebatang rumput pun, membunuh seekor nyamuk pun. Mereka mabit di Musdhalifah, mengumpulkan batu-batu kecil dalam jumlah tertentu, tidak boleh mengambil semaunya, sebanyaknya sehingga menjadi sia-sia. Para jamaah itu kemudian bergerak ke Mina, melempar jumroh. Mereka bagai satu pasukan, bergelombang tak putus-putus, menuju tempat yang sama, melawan musuh utama manusia, yakni setan -- penggoda hawa nafsu. Setelah itu, bercukur, kembali seperti dilahirkan. Betapa indah kebersamaan, tunduk pada perintah, kasih sayang, kecintaan, keadilan, dan penyerahan sepenuhnya kepada kehendak dan perintah Allah SWT. Seseorang tak boleh menambah bilangan tawaf, sa'i, jumroh dengan harapan mendapatkan lebih banyak dari yang ditentukan. Tidak. Segala sesuatu ada batas-batasnya. Setiap tahun, 200 ribu orang Indonesia menunaikan ibadah haji - kini jumlahnya sejak dahulu kala, mungkin sudah puluhan juta orang. Para haji itu, dalam pemikiran Ali Shariati, sesungguhnya telah memainkan peran sebagai Nabi Ibrahim - yang memberantas kemusyrikan, berjuang untuk keselamatan manusia dalam keadilan, keluar dari kebodohan, dan mengajarkan kasih sayang. Betapa indah apabila setiap jamaah haji setelah pulang menyadari semua itu. Mereka menjadi kekuatan perubahan bagi keluarga dan lingkungannya. Ini merupakan energi sangat dahsyat bagi perubahan wajah bangsa ini, menjadi kekuatan bagi keshalehan sosial. Kemiskinan, kebodohan, korupsi, kejahatan, fitnah, ketidakadilan, mungkin tidak seperti sekarang ini. Labbaik, Allahumma Labbaik - Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/