Mas Satriyo, hehehe ... kembali lagi tanggapannya per alinea, malah jadi mbingungin untuk saya ..:)
Alhamdulillah kalau memang hatinya mas Satriyo mengatakan tidak benci Cak Nur karena mas Satriyo sendiri kan belum baca semua tulisan atau berdiskusi secara langsung dengan alm, rasanya tidak adil jika ada orang yang langsung mencap ini itu sesuatu yang jelek hanya karena ada orang lain misalnya Adian Husaini yang katanya sudah membaca semua tulisan dan buku alm dan berdiskusi langsung - apakah pak Adian ini selalu bersama Cak Nur, dalam arti selalu berdialog dalam waktu yang panjang selama bertahun-tahun sehingga tahu persis perkembangan pemikiran Cak Nur setiap saat? atau hanya karena satu perguruan dan pernah ngobrol beberapa kali saja? Maaf saya tanya tentang pa Adian ini sebab saya rasanya tidak pernah dengar nama ini di level nasional. Jika Cak Nur pernah di Gontor, lulusan Gontor tentu saja banyak sekali dan tidak semuanya pemikirannya bisa dikenal di level nasional kan? Apakah ada pemikiran pak Adian ini yang bergaung secara nasional untuk kepentingan bangsa? Sampai sekarang saya masih belum mengerti, pemikiran Cak Nur seperti apa yang bisa membuat rusak umat Islam di Indonesia? Apakah Cak Nur itu kriminal yang dalam ceramah2nya mengobarkan semangat untuk menipu, membunuh, mencuri, memperkosa, melacur, mabuk2an, membom, seks bebas, dll yang dilarang agama dan menyebabkan kerugian bagi manusia lainnya? Tentang rasa marah karena menghina Allah dan Rasul itu seperti apa mas Satriyo? Apakah Cak Nur melakukan hal tersebut karena anak istrinya tidak berjilbab? apakah cak Nur menghina Allah dan Rasul karena anaknya nikah dengan Yahudi walaupun masuk Islam? bagi saya - saya marah (tentu saja marah saya ini tidak dengan physical violence) jika seseorang itu menghina Allah dan Rasul karena melakukan apa yang dilarang agama - misalnya membunuh, maling, korupsi, dll. Yang dilarang agama itu (dilarang Allah & Rasul) kan untuk kebaikan manusia karena perbuatan2 itu merugikan harta, nyawa, dll punya orang lain. Urusan tidak berjilbab dan nikah dengan Yahudi itu urusan pribadi orang lain, jika tidak berjilbab dalam arti tidak menutup kepala dengan kerudung - apakah anak istri Cak Nur memang serba terbuka bajunya memperlihatkan dada, pahanya? Saya tidak kenal secara pribadi tapi pernah lihat di tv atau koran - mereka berbaju tertutup - apakah gaya berbaju mereka itu merugikan orang lainnya? Jika perempuan tidak berjilbab dianggap merusak moral orang lain - apakah gaya berbaju mereka membuat laki2 lain terangsang lalu memperkosa? Menikah dengan Yahudi itu merugikan orang lain? Bagi saya koruptor2 yang menghina Allah dan Rasul - jelas2 ngambil uang rakyat sementara banyak rakyat yang sampai kurang gizi - busung lapar, kena lumpuh layuh, kena flu burung, kena DBD, dll, tapi kenapa umat Islam diam2 saja? Kenapa ada kelompok orang-orang yang ribut tentang pemikiran orang lain tapi tidak ribut dengan perbuatan2 umat Islam yang jelas2 merugikan dan dilarang agama? Satu lagi yang ingin saya tanyakan, mas Satriyo mengatakan "...adapun penafisiran beliau tentang suatu ayat atau surat atau ibadah mahdah, selama itu 'bagus',... ya 'bagus.' .... bagus untuk Cak Nur itu dalam tanda kutip, maksudnya apa? kenapa tidak bagus tanpa tanda kutip? btw, mas Satriyo pernah melihat mas Ulil bicara secara langsung atau di tv atau baca tulisan dan bukunya? apakah dia bicara dan menulis dengan vulgar dan selebor? seperti apa vulgar & slebornya? pakai kata2 kasar? wajahnya beringas? atau bagaimana? salam Aisha ---------- From: "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> mba Aisha, ... On 1/19/06, Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mas AC & mas Satriyo, > Masalah kebencian itu memang bisa saja kita mengatakan bahwa kita tidak > membenci dan kita tidak menggunakan kata benci itu dalam tulisan kita, tapi > rasa benci atau rasa tidak suka itu akan tergambar dalam tulisan kita, dan > yang lain mungkin hanya menganggap 'eh orang ini kok benci banget ya ke mr > X, segitu sewotnya, dll", orang hanya sebatas mengira berdasarkan apa2 yang > tertulis dalam milis. Tapi rasanya ada hadis yang mengatakan "tanyalah > hatimu" (cmiiw) - kita yang menilai diri sendiri, apa iya kita membenci > sesuatu? atau iya kita suka sesuatu? dll. alhamdulillah, saya pribadi mengatakan sejujurnya apa yang ada di hati saya ... tapi sulit ya, kan tetap saja tidak memenuhi kriteria ilmiah yang cukup dituntut dari sementara kalangan di sini ... Bukan hanya berseberangan pendapat, tapi marahpun kan kita boleh saja - tapi > yang harus dijaga itu bagaimana caranya, cara marah yang baik dan cara > berseberangan pendapat yang baik. Kemampuan ini tidak datang begitu saja, > perlu ilmunya dan latihan, di milis kita akan bisa belajar kemampuan2 > tersebut. yang saya tahu, marah itu hanya ketika Allah dan Rasulnya dihina, dan bukan karena pribadi kita tersinggung. nah memang cara marahnya pun sebaiknya yang patut artinya tetap pada jalur emosi yang terkendali. dan itu dicontohkan oleh baginda Rasul ... nah ketika ada saudara kita seiman yang rasa-rasanya -- gak ilmiah ya? -- mulai 'menghina' Allah dan Rasulnya, tentu kita tegur dan nasehati. masalahnya ketika sejumlah kalangan baik yang sepun dan sejawat sudah berusaha menasehati tapi tetap saja yang bersangkutan bak 'anjing menggonggong kafilah tetap berlalu' maka siapa yang tidak marah? marah yang patut ya tentu. nah ketika ada kalangan yang memang lebih tidak terlalu terpelajar merasa pendapat yang bersangkutan itu menghinakan Allah dan Rasul, tentu cara marahnya juga mencerminkan tingkat ilmu dan pehamannya. untuk yang ini kita sendiri tetap menegur. artinya niatnya baik yaitu 'marah' tapi caranya salah. jadi bukan malah membenarkan marahnya mereka yang 'sekubu' (gak ada hubungan dengan memusuhi loh ya pemakaian kata 'kubu') tanpa peduli cara 'teman sekubu' ini melampiaskan atau mengungkapkan ketidak setujuan mereka ... Tentang cak Nur, saya tidak kenal secara pribadi - tapi saya baca beberapa > tulisan dan bukunya dan beberapa ceramahnya di tv dalam satu serial beberapa > tahun yang lalu di RCTI setiap jam 3 pagi selama satu bulan Ramadhan. > Ternyata tulisan dan bukunya banyaaaak sekali, sayang saya belum bisa > membaca semua tulisan & buku2 itu karena memang saya tidak memiliki secara > lengkap, pernah tulisan2nya saya simpan, belum sempat baca semua - HDnya > rusak, hilanglah semuanya. Buku2nyapun belum saya miliki semuanya. Bagi > saya pribadi sebelum kita ribut mencap seseorang merusak agama atau sangat > mengagungkan seseorang, lebih baik baca dulu semua tulisan lepas & buku2nya, > sehingga kita bisa melihat gambaran pemikirannya - lebih adil kan? adil sekali. dan sudah ada yang melakukan itu, mas adian husaini namanya. dan meski saya baru mau membaca bukunya, dari resensi yang pernah saya baca, beliau secara objektif mengkritik pola pikir cak nur karena memang mas adina dan cak nur sering berdiskusi dan kenal baik. adil kan? Bagi saya pribadi, ada beberapa hal yang begitu berkesan ketika membaca atau > mendengarkan ceramah di tv dari almarhum Cak Nur, misalnya ketika beberapa > minggu yang lalu saya baca di Kompas tentang seorang anak yang meninggalkan > ayahnya yang sedang sekarat dan akhirnya meninggal di kolong satu jembatan > di Jakarta - ayah malang yang sudah sangat kurus ini hanya ditidurkan di > atas tikar dengan satu botol minuman. Si anak meninggalkan ayahnya > beralasan bahwa dia sudah mencoba membawa ayahnya ke saudara2nya yang > semuanya menolak karena memang semuanya miskin, si anak inipun masih > kebingungan karena dia menyewa kamar dengan istri dan 3 anaknya sementara > dia tidak punya uang untuk bayar sewa kamar dan makan anak istrinya. > Mungkin karena kondisi psikis saya yang baru beberapa bulan lalu menunggui > ayah di RS sampai ke detik2 terakhirnya, saya begitu sedih membaca tulisan > di koran itu, dan saya ingat Cak Nur ketika membahas al Maa'uun tentang > pendusat agama yang shalat tapi tidak punya kepedulian ke anak2 yatim dan > orang miskin - saya ingat persis ketika Cak Nur yang berbahasa santun dan > lembut itu mengatakan ke Dr Arif Rahman yang jadi pembawa acaranya, bahwa > kita harus shalat berkomunikasi dengan Allah - saat kita takbir itu kita > tidak memperdulikan lainnya hanya kepada Allah (berhubungan secara vertikal) > dan ketika kita mengucap salam di akhir shalat, kita menengok kiri kanan > itu kembali lagi kita melakukan hubungan dengan makhluk2 Allah termasuk > manusia - kita lihat sekeliling kita, punya kepedulian terhadap berbagai hal > termasuk terhadap manusia2 yang hidup "berkalang tanah beratapkan langit" > - kalimat ini kan cocok sekali dengan kasus nyata bapak2 yang ditinggal mati > sendirian di bawah langit di kolong jembatan tinggi2 itu karena kemiskinan > yang begitu kental. Nah dari topik surat Al Maa'uun itu saja bagi saya > pribadi, uraian Cak Nur membuat saya ingin membantu orang2 'berkalang tanah > beratapkan langit' dalam berbagai versinya - mungkin kita bisa menolong > anak2 yatim yang kesulitan biaya sekolah, mungkin kita bisa menolong anak2 > pengungsi akibat bencana alam atau kebakaran, mungkin kita memberi makan > pengemis yang kehausan & kelaparan, dll. Kita bisa berbuat apa saja sesuai > kemampuan kita, rasanya jika muslim yang mayoritas di negara ini mau peduli > ke muslim lainnya yang kurang beruntung, yang miskin itu akan lebih sedikit. memang beliau santun dan lembut, selayaknya orang yang lahir dan besar di kultur jawa -- maaf bukan ashabiyah ni -- juga ke anak2 nya. nadia itu santun dan sistematis jika bicara, sangat tenang. memang itu nilai lebih beliau, sebagaimana juga SBY yang punya ciri yang sama. tapi itu tidak ada hubungan dengan pemikiran beliau yang ketika secara ilmiah objektif 'salah' ya 'salah' gitu. dan tentu pelabelan 'salah' atas pemikiran cak nur itu datang dari kalangan yang kredibel untuk menyatakan itu, entah kalangan 'kakak' seperguruan di alma maternya di gontor, teman koleganya dulu di chicago, adik2 seperguruannya yang sealma mater, dan para cemdekiawan musllim lainnya, baik yang sekarang sudah almarhum jauh sebelum beliau atau masih hidup. sekali lagi, beliau tidaklah 'vulgar' dan 'selebor' seperti Ulil dkk yang mewakili generasi muslim muda intelek sekarang ini. tapi tetap saja, ada buah pikiran beliau yang menyentuh inti aqidah dan itu yang sebenarnya menjadi masalah. adapun penafisiran beliau tentang suatu ayat atau surat atau ibadah mahdah, selama itu 'bagus',... ya 'bagus.' Itu salah satunya, masih ada yang lainnya kata2 Cak Nur yang kesannya > mendalam di diri saya, tapi masih ada pekerjaan lainnya yang harus saya > kerjakan. Bukankan kehidupan ini termasuk orang2nya (termasuk Cak Nur) > adalah samudera hikmah? Kita ambil hikmahnya supaya hidup kita lebih > bermakna. seperti ucapan sayyidina Ali kan, 'perhatikan ucapannya, bukan siapa yang mengucapkannya,' tentu dengan konteks yang sepadan. Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/