http://www.suarapembaruan.com/News/2006/01/23/index.html
SUARA PEMBARUAN DAILY Reduksi Iman dalam Berpolitik Oleh Gurgur Manurung SALAH satu alasan ketidaksetujuan saya akan adanya partai politik membawa agama tertentu adalah bahwa di dalam partai politik ada proses reduksi iman. Di dalam politik praktis, seseorang harus memperjuangkan ideologi, sementara dalam iman, seseorang menjaga hubungan pribadi dengan sang Pencipta. Seseorang yang memiliki hubungan pribadi yang baik dengan sang Pencipta, idealnya harus memberi kontribusi penting dalam membangun perada ban umat manusia. Kontribusi peradaban itu diberikan karena rasa syukurnya kepada Tuhan. Sangat mengherankan, jika seseorang yang mengaku memiliki hubungan pribadi yang baik dengan sang Khalik, namun mendirikan partai politik karena merasa teraniaya atau merasa diperlakukan penduduk kelas dua. Seharusnya, orang yang percaya akan kuasa Tuhan memberi kontribusi bukan karena merasa dianiaya, atau karena dipinggirkan. Dianiaya atau tidak, haruslah memberi kontribusi karena kecintaannya kepada bangsanya. Jika ada penganiayaan, carilah sumber masalah, mengapa hal itu terjadi? Kalau benar terjadi, itu berarti belum ada keadilan. Mengapa terjadi ketidakadilan? Ketidakadilan terjadi kemungkinan karena sentimen agama, suku, ras, budaya korupsi, dan lain sebagainya. Jika diasumsikan terjadi ketidakadilan karena sentimen agama, apakah merupakan langkah yang tepat menegakkan keadilan dengan menghimpun kekuatan agama tertentu untuk berjuang? Bukankah sentimen agama itu terjadi karena kurangnya komunikasi agama tertentu dengan agama lain? Jika komunitas berbagai agama berhimpun dalam sebuah partai politik, tentu sentimen agama akan minimal. Sebaliknya, jika partai politik terdiri dari satu agama saja kemungkinan besar sentimen itu akan muncul. Kecuali, partai politik itu konsisten dengan nilai-nilai kebangsaan. Atau, konsisten dengan nilai-nilai multikultural. Hal yang amat sensitif dalam partai politik berbasis agama tertentu adalah transaksi-transaksi politik yang tidak ideal. Seperti waktu berkampanye membawa nama Tuhan, tetapi dalam praktiknya terjadi transaksi biaya politik dan penentuan calon legislatif yang tidak wajar. Transaksi biaya politik, penentuan calon legislatif, penentuan calon pemimpin yang tidak wajar telah menimbulkan pengotak-kotakan. Dalam proses ini, terjadi benturan kepentingan pribadi maupun kelompok. Walaupun saya tidak setuju partai berbasis agama, sudah menjadi fakta bahwa partai berbasis agama harus dihormati. Adilkah? Kita sudah melihat Partai Damai Sejahtera (PDS), se- orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari daerah pemilihan DKI Jakarta dan anaknya yang masih amat belia menjadi anggota DPR dari daerah Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal ini amatlah memprihatinkan. Demikian juga di Sumatera Utara, seorang anggota DPRD Sumatera Utara, anaknya juga menjadi anggota Dewan di tingkat lebih rendah. Apakah cara ini menunjukkan keadilan? Ketua Badan Litbang PDS, Sabar Martin Sirait, pada acara seminar "Evaluasi Kinerja Fraksi PDS antara Harapan dan Kenyataan" pada 25 November 2005, di Hotel Grand Cempaka, Jakarta mengatakan bahwa anggota DPR dari PDS ini sebagai pribadi dan sebagai fraksi belum ada pengalaman. Sehingga, ibarat orang desa yang "baik, jujur, polos" masuk kota metropolitan yang rumit yang sudah berpola dan bersistem, masih harus melihat, mengamati, memahami, dan sesekali harus menentukan jalan dan arah yang mau ditempuh, kadang-kadang bertanya kepada orang salah atau pembohong, akhirnya salah jalan di kota yang rumit itu. Di sisi lain, Martin mengatakan bahwa PDS telah all out memperjuangkan nasib rakyat. Yang menjadi pertanyaan, apakah PDS bisa all out dengan kapasitas penggambaran orang desa yang baru masuk kota, atau menurut saya, cocok diibaratkan bak pemain sepakbola. Mampukah mereka bermain all out di lapangan dengan hanya modal keinginan bertanding tanpa latihan? Bukankah itu akan mempermalukan tim sepakbola itu sendiri? Apalagi pemilihan pemain terkait nepotisme. Terima Dana Satu hal lagi yang amat mengejutkan adalah proses pemilihan kepala daerah (pilkada) di daerah. PDS menerima dana dari calon gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota yang menggunakan Partai Damai Sejahtera sebagai kendaraan politiknya. Hal ini diakui Ruyandi Hutasoit selaku ketua umum partai, pada acara yang sama. Ketika itu juga, saya tersentak dan menanyakan pendapat pengamat politik J Kristiadi dari CSIS. Kristiadi mengatakan, dana calon pada pilkada ke partai politik adalah titik awal korupsi. Argumentasi Ruyandi menerima dana bagi calon adalah sebagai biaya politik (cost politic), atau ibarat membeli bensin dalam perjalanan. Pertanyaannya kini, siapa calon yang diloloskan PDS jika calon lebih dari satu? Apakah calon yang memberikan biaya bensin yang lebih tinggi? Apakah pasangan Marhany Pua memberikan ongkos politik lebih tinggi sehingga PDS tidak mencalonkan pasangan J Lumintang pada Pilkada Sulawesi Utara beberapa waktu yang lalu? Partai Damai Sejahtera juga ikut membantu kampanye calon pejabat itu dengan biaya dari calon. Itulah alasannya PDS menerima anggota yang memiliki uang. Sebab, jika tidak memiliki uang, orang itu akan mengambil uang dari PDS, kata Ruyandi menambahkan. Pertanyaannya, apakah seorang intelektual yang bernurani, akan menghabiskan waktu dan uangnya demi mencalonkan diri dari partai PDS? Bukankah pantas dipertanyakan, dari mana dana seorang intelektual yang mengasah nuraninya, menghabiskan uangnya untuk ongkos politik lewat partai yang katanya menjunjung tinggi moral? Mungkin PDS perlu belajar bagaimana strategi PDI-P memenangkan pilkada Gubernur Sumatera Barat beberapa waktu lalu. PDI-P Sumatera Barat, awalnya dinilai tidak populer karena mencalonkan seseorang yang bernama Fauzi Gamawan Fauzi, mantan Bupati Solok. Namun, tokoh yang mendapatkan Bung Hatta Award itu, karena kejujurannya, telah memenangkan kursi gubernur di Sumatera Barat. PDI-P meminang putra terbaik Sumatera Barat dan memenangkannya dengan isu kejujuran. PDIP telah berhasil memenangkan pilkada di Sulawesi Utara, Kalimantan Tengah dengan isu kejujuran. Dalam pengamatan saya, PDS belum pernah memunculkan isu kejujuran. Isunya adalah perasaan teraniaya, dana yang tak terbatas karena memiliki Tuhan, dan manipulasi ayat-ayat Alkitab di masa kampanye tahun 2004 yang lalu. Salah Persepsi Persepsi kader-kader PDS yang mengatakan bahwa politik membutuhkan biaya untuk menggaji orang menjaga kotak suara, membeli bendera, dan lain sebagainya, pertanda kurangnya wawasan dan inovasi di tubuh kader PDS. Itulah sebabnya, saya berkata kepada Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) AA Yewa- ngoe pada acara yang sama. "Jikalau Bapak mencalonkan diri jadi anggota legislatif dari daerah saya, terlepas dari kependetaan Bapak, saya tidak perlu diberi honor untuk menjaga kotak suara'". Bukan hanya honor, namun segenap kemampuan akan penulis kerahkan untuk meyakinkan orang lain untuk memilih tokoh sekualitas Yewangoe. Maksud saya, jika kualitas seseorang mampu menyadarkan konstituen, tidak perlu biaya politik yang tinggi. Biaya politik yang rendah dapat bersumber dari komunitas yang satu visi. Visi yang sama dan komitmen yang sama tidak mengotak-kotakkan antara orang yang memiliki uang atau tidak. Yang perlu ditanam adalah semangat kebersamaan dan satu visi. Kebersamaan bisa timbul bila sama-sama mengasah nurani dan kualitas berpolitik. Pastilah di masa yang akan datang, masyarakat akan memilih tokoh yang jujur dan berkualitas bukan karena dia memiliki uang. Hal itu telah terbukti di Sumatera Barat dan Sulawesi Utara. * Penulis adalah pemerhati sosial kemasyarakatan Last modified: 23/1/06 [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/