Maap kawans, tapi pagi ini aku baca Kompas dan langsung sakit perut ... Kekerasan pada anak lebih mengerikan daripada KDRT. Kadang2 kalo ada kasus KDRT yang muncul di media tuh, aku bisa mikir, ya ampun jadi istri kok ya bloon amat mau2 aja dipukul suami!
Tapi kalo udah kekerasan pada anak, apalagi yg bisa aku pikirkan selain marah pada orangtua yang kejam itu? Anak sungguh tidak berdaya menghadapi orangtua yang sakit jiwa begitu. Dan ironisnya kekerasan pada anak, menurut Komnas Perlindungan anak, mayoritas dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri, dilanjutkan oleh orang2 terdekat lainnya... hiks! Apakah ada yang memiliki UU perlindungan anak? Bila ada, mohon aku dijapri ya... Sejauh mana disebut kekerasan pada anak? apakah orangtua yang kerap membentak2 anaknya sehingga suaranya terdengar sampe tetangganya dapat dikategorikan kekerasan pada anak? Bila iya, maka aku mo nyamperin tetangga sebelah rumahku ... -------------------------------- Kekerasan Terhadap Anak Maafkan Aku Mama... Kompas: Mama, maafkan aku, tidak seharusnya aku berbuat jahat pada Mama dan Papa. Mama adalah Mamaku, dan Papa kan Papaku, tidak seharusnya aku nge-(maaf: seks) dengan Mama dan Papa. Surat bernada pilu itu ditulis Embun, sebut saja begitu, yang kini menginjak remaja. Bocah perempuan kelahiran 31 Oktober 1991 itu kini harus berjuang mengendalikan dorongan kuat dirinya untuk berhubungan badan. Embun belum lama bisa menulis surat itu. Kemampuan itu diperolehnya setelah mendapat bimbingan intensif dari lembaga yang ditunjuk Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak. Ia terpaksa berakhir di lembaga pemulihan karena sejak usia delapan tahun telah mengalami kekerasan seksual. Luka batinnya tak tersembuhkan karena justru dilakukan orang terdekat: ibu kandung dan kakek. Peristiwa memilukan itu baru terungkap setelah sang mama yang waktu itu masih menjadi pengasuhnya menemukan bercak putih di pakaian dalam Embun. Tanpa ragu, pengasuh yang memang sangat dekat dengan Embun itu membawanya ke ginekolog. Betapa terkejutnya ia ketika dokter mengatakan Embun terkena herpes. Dokter menemukan bocah yang terlihat begitu polos itu telah kehilangan kehormatannya. Perlahan, penderitaan Embun mulai terungkap. Ia mengaku sejak kecil sering diajak ibu kandungnya bersama-sama menonton film biru. Begitu juga dua adik lelaki Embun, sebut saja Raga (12) dan Adam (10). Bedanya, Embun kemudian diajak mempraktikkan apa yang dilihat di film oleh si ibu. Bocah itu tidak bisa menolak ketika si ibu mengatakan, semua itu dilakukan karena rasa kasih sayang. Tindakan itu juga melibatkan si kakek sehingga ia bisa dengan lancar menceritakan cara permainan berkelompok. Meski terjadi enam tahun lalu, peristiwa itu membawa trauma mendalam dan gangguan psikologis bagi Embun dan si bungsu Adam. Embun sulit mengendalikan hasrat seksualnya, sedangkan Adam merasa dirinya korban yang ditabrak truk sehingga sering berbalut perban. Ketika hasratnya bergejolak, Embun yang belum paham cara mengendalikannya sering memaksa siapa saja, termasuk ayah kandung, mama barunya, pembantu perempuan maupun lelaki, untuk melayani. Kesalahan penanaman nilai keluarga membuatnya menyalahartikan hubungan intim sebagai bagian dari wujud kasih sayang. Setelah tahu, ia sering merasa jijik pada diri sendiriterutama saat tahu tindakan ibu kandung dan kakeknya merupakan perbuatan terlarang. Ia pernah mencoba bunuh diri dengan meminum cairan pembersih lantai. Ia juga suka melukai diri sendiri untuk memperoleh perhatian. Pada Adam, orang menyebutnya terkena sindrom Munchausen. Ini adalah upaya menarik perhatian berlebihan dengan berpura-pura menderita sakit parah. Perban dari kepala hingga kakinya dipenuhi obat merah. Menyadari kenyataan itu, keluarga mengirim Embun ke sanatorium Dharmawangsa. Baru tahun 2004 mereka menyerahkan persoalan Embun ke Komnas Perlindungan Anak, yang lalu mengirim Embun ke shelter atau rumah aman yang sesuai. Saat ini Embun tak lagi melukai diri. Ia pun tampak lebih ceria.Sekarang saya sadar, semua itu salah. Saya sekarang ingin menjadi orang sukses, tetapi kadang masih sulit menghilangkan pikiran-pikiran jahat itu, kata Embun ketika ditemui di rumah barunya di pinggiran Jakarta. Embun hanyalah satu dari sekian ratus korban kekerasan kepada anak yang cenderung meningkat. Komnas Perlindungan Anak menyebutkan, kekerasan kepada anak termasuk kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Jika tahun 2004 hanya tercatat 544 kasus, tahun 2005 menjadi 736 kasus. Dan di bulan Januari 2006 setidaknya telah terjadi 69 kasus. Kasus-kasus ini tertutup dari perhatian umum karena orang sering beranggapan masalah anak adalah masalah keluarga. Banyak tetangga yang memilih diam dan menutup kuping ketika mendengar jerit tangis anak-anak di rumah sebelahnya. Padahal berbagai peraturan kini sudah tersedia. Apakah nasib sebagian anak Indonesia akan begitu selamanya? ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/