Pengkategorian Islam Liberal seperti yang dilakukan Kurzman itu, sebenarnya
secara bentuk pemahaman hanya satu bentuk pengelompokan yang longgar,
artinya tidak mempunyai sifat yang khusus apalagi seragam. Dilihat dari segi
akomodatifnya terhadap Islam tradisi, mereka belum tentu. Dilihat dari segi
mesti berhadapan dengan revivalis (salafi) kadang tidak juga. Buktinya,
kenapa Rasyid Ridha yang digolongkan salafi oleh kaum salaf dimasukkan pula
dalam Islam Liberal. Demikian pula Ahmad Surkati dan Ahmad Dahlan yang
dianggap "musuh" NU (Nahdlatul Ulama/ Islam tradisi) dimasukkan dalam Islam
Liberal pula.

Namun, penyebutan Islam Liberal yang dipakai Kurzman itu justru agak
mendekati kepada realitas pemahaman, dibanding apa yang dilakukan oleh Dr
Harun Nasution yang tentunya dijiplak juga dari Barat , kemudian bukunya
jadi materi pokok di IAIN dan perguruan tinggi Islam se-Indonesia. Harun
Nasution ataupun kurikulum di IAIN menamakan seluruh tokoh Islam Liberal itu
dengan sebutan kaum Modernis atau Pembaharu, dan dimasukkan dalam mata
kuliah yang disebut aliran-aliran modern dalam Islam. Yaitu membahas apa
yang disebut dengan pemikiran dan gerakan pembaruan dalam Islam. Kemudian
istilah yang dibuat-buat itu masih dikuat-kuatkan lagi dengan istilah
bikinan yang mereka sebut Periode Modern dalam Sejarah Islam.

Pemerkosaan seperti itu diujudkan dengan menampilkan buku, di antaranya
Harun Nasution menulis buku yang biasa untuk referensi di seluruh IAIN dan
perguruan tinggi Islam di Indonesia, Pembaharuan dalam Islam -Sejarah dan
Gerakan, terbit pertama 1975. Dalam buku itu, pokoknya hantam kromo,
semuanya adalah pembaharu atau modernis. Sehingga yang revivalis (salafi)
seperti Muhammad bin Abdul Wahab yang mengembalikan Islam sebagaimana ajaran
awalnya ketika zaman Nabi, sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in, sampai yang
menghalalkan dansa-dansa campur aduk laki perempuan seperti Rifa'at
At-Thahthawi (Mesir) semuanya dikategorikan dalam satu nama yaitu kaum
Modernis.

Mendiang Prof Dr Harun Nasution alumni MMcGill Canada yang bertugas di IAIN
Jakarta itu pun memuji Rifa'at Thahthawi (orang Mesir alumni Prancis)
sebagai pembaharu dan pembuka pintu ijtihad (Pembaharuan dalam Islam Sejarah
Pemikiran dan Gerakan, hal 49).

Padahal, menurut Ali Muhammad Juraisyah dosen Syari'ah di Jami'ah Islam
Madinah, Rifa'at Thahthawi itu alumni Barat yang paling berbahaya. Rifa'at
Thahthawi tinggal di Paris 1826-1831M yang kemudian kembali ke Mesir dengan
bicara tentang dansa yang ia lihat di Paris bahwa hanya sejenis keindahan
dan kegairahan muda, tidaklah fasik berdansa itu dan tidaklah fasik (tidak
melanggar agama) berdempetan badan (dalam berdansa laki-perempuan itu, pen).

Ali Juraisyah berkomentar: Sedangkan Rasulullah SAW bersabda:
"Likulli banii aadama haddhun minaz zinaa: fal 'ainaani tazniyaani wa
zinaahuman nadhru, walyadaani tazniyaani wazinaahumal bathsyu, warrijlaani
tazniyaani wazinaahumal masy-yu, walfamu yaznii wazinaahul qublu, walqolbu
yahwii wa yatamannaa, walfarju yushod diqu dzaalika au yukaddzibuhu."
Artinya: "Setiap bani Adam ada potensi berzina: maka dua mata berzina dan
zinanya melihat, dua tangan berzina dan zinanya memegang, dua kaki berzina
dan zinanya berjalan, mulut berzina dan berzinanya mencium, hati berzina dan
berzinanya cenderung dan mengangan-angan, sedang farji/ kemaluan membenarkan
yang demikian itu atau membohongkannya." (Hadits Musnad Ahmad juz 2 hal 243,
sanadnya shohih, dan hadits-hadits lain banyak, dengan kata-kata yang
berbeda namun maknanya sama).

Benarlah Rasulullah SAW dan bohonglah Syekh Thahthawi.
Pencampuradukan yang dilakukan Harun Nasution --antara tokoh yang memurnikan
Islam dan yang berpendapat melenceng dari Islam-- dalam bukunya ataupun
kurikulum perkuliahan itu memunculkan kerancuan yang sangat dahsyat, dan
paling banter dalam perkuliahan-perkuliahan hanya dibedakan, yang satu
(revivalis/ salafi, pemurni Islam) disebut sebagai kaum modernis, sedang
yang lain, yang menerima nasionalisme, demokrasi, bahkan dansa-dansi,
disebut Neo Modernis.

Kerancuan-kerancuan semacam itu, baik disengaja atau malah sudah
diprogramkan sejak mereka belajar di Barat, sebenarnya telah mencampur
adukkan hal-hal yang bertentangan satu sama lain, dijadikan dalam satu wadah
dengan satu sebutan: Modernis atau Pembaharu. Baik itu dibikin oleh ilmuwan
Barat yang membuat kategorisasi ngawur-ngawuran itu berdisiplin ilmu
sosiologi seperti Kurzman, maupun orang Indonesia alumni Barat yang lebih
menekankan filsafat daripada syari'at Islam (di antaranya dengan
mempersoalkan tentang siksa di hari kiamat) seperti Dr Harun Nasution,
mereka telah membuat sebutan atau kategorisasi yang tidak mewakili isi. Dan
itu menjadi fitnah dalam keilmuan, sehingga terjadi kerancuan pemahaman,
terutama menyangkut masalah "pembaharuan" atau tajdid. Karena, tajdid itu
sendiri adalah direkomendasi oleh Nabi saw bahwa setiap di ujung 100 tahun
ada seorang mujaddid (pembaharu) dari umatnya.

"Sesungguhnya Allah senantiasa akan membangkitkan untuk umat ini pada setiap
akhir seratus tahun (satu abad), orang yang akan memperbarui agamanya."
(Hadis dari Abu Hurairah, Riwayat Abu Dawud, Al-Hakim, Al-Baihaqi, mereka
menshahihkannya, dan juga dishahihkan oleh Al'Iraqi, Ibnu Hajar, As-Suyuthi,
dan Nasiruddin Al-Albani).

Kalau orang yang menghalalkan dansa-dansi campur aduk laki perempuan model
di Prancis, yaitu Rifa'at At-Thahthawi di Mesir, justru dikategorikan
sebagai pembaharu atau mujaddid, bahkan dianggap sebagai pembuka pintu
ijtihad, apakah itu bukan fitnah dari segi pemahaman ilmu dan bahkan dari
sisi ajaran agama?

Padahal, menurut kitab Mafhuum Tajdiidid Dien oleh Busthami Muhammad Said,
pembaharuan yang dimaksud dalam istilah tajdid itu adalah mengembalikan
Islam seperti awal mulanya. Abu Sahl Ash-Sha'luki mendefinisikan tajdid
dengan menyatakan, "Tajdiduddin ialah mengembalikan Islam seperti pada zaman
salaf yang pertama." Atau menghidupkan sunnah dalam Islam yang sudah mati di
masyarakat. Jadi bukannya mengadakan pemahaman-pemahaman baru apalagi yang
aneh-aneh yang tak sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dan adapun
menyimpulkan hukum sesuai Al-Qur'an dan As-Sunnah mengenai hal-hal baru, itu
namanya ijtihad. Jadi yang diperlukan dalam Islam adalah tajdid dan ijtihad,
bukan pembaharuan dalam arti mengakomodasi Barat ataupun adat sesuai selera
tanpa memperhatikan landasan Islam.


bersambung lagi....





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke