IBRAHIM ISA dari BIJLMER --------------------------------- 23 Februari 2006. JUSUF KALA DAN SEJARAWAN D.IRVING Entah mengapa . . . , ketika aku membaca di media Barat yang ramai memberitakan dan mengomentari sekitar kasus sejarawan Inggris David Irving yang baru-baru ini diadili dan divonis di Austria, --- <karena membantah adanya kejahatan HOLOCAUST yang dilakukan Jerman Hitler terhadap <terutama> ummat Jahudi, orang-orang Cigan dan oposan Hitler lainnya>, --- mendadak fikiranku melayang ke tokoh elite Indonesia, Wapres R.I. JUSUF KALA.
Yang satu sejarawan Inggris, yang satu lagi adalah Wakil Presiden Republik Indonesia. Apa yang menjadi penyebabnya maka dalam fikiranku kedua nama itu: David Irving dan Jusuf Kala berkaitan adanya? Ini pasti mesti ada jawabnya. Rupanya yang ada kesamaan pada kedua tokoh tsb, -- David Irving dan Jusuf Kala--, ialah sikap 'agnosia' mereka terhadap fakta-fakta serta peristiwa sejarah. Begini: Suatu ketika, (1989), David Irving cadok atau 'buta', sehingga tak mampu melihat fakta sejarah 'pemusnahan' fisik yang dilakukan Hitler terhadap orang-orang Yahudi, terkenal dengan julukan "HOLOCAUST". David Irving, pernah menyatakan di Austria dalam tahun 1989, bahwa tidak benar itu bahwa Hitler membunuh berjuta-juta orang Yahudi. Kamp Auschwitz dan HOLOCAUST itu tak ada, hanya karangan orang-orang Yahudi saja, kata Irving. Di Austria, dan di 11 negara Eropah lainnya, ada undang-undang yang menegaskan bahwa pendustaan tentang adanya kamar-kamar gas di kamp Auschwitz dan pembunuhan berjuta-juta orang Yahudi oleh Hitler, -- sebagai suatu pelanggaran hukum. Itulah sebabnya sejarawan Irving ketika ia di Austria diseret ke pengadilan dan dihukum 3 tahun karena pelanggarannya itu. Jusuf Kala, idem dito dengan sejarawan Irving. Yaitu dalam hal pendustaanya terhadap pelanggaran HAM dalam tahun-tahun 1965-66 dst. J. Kalla menganggap PEMBANTAIAN 65 terhadap warganegara Indonesia yang tidak bersalah karena alasan anggota partai Komunis atau diduga Komunis atau simpatisan Komunis, suatu pelanggaran terbesar terhadap HAM yang pernah terjadi di Indonesia di sepanjang sejarahnya, --- seperti sesuatu yang tak pernah terjadi samasekali. 'Itu kan sudah lama berlalu, apalagi yang harus direkonsiliasikan', kata Jusuf Kala. Begitu juga pelanggaran HAM yang dilakukan oleh tentara di Timor Timur, bagi Jusuf Kala itu bukan pelanggaran HAM. Tapi ada perbedaan antara Jusuf Kala dengan sejarawan David Irving. Jususf Kala punya kekuasaan. Beliau punya kedudukan sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Menjadi wakilnya Presiden SBY. Sebagai suatu negeri yang mengaku demokratis yang berprogram akan memberlakukan hak-hak azasi manusia, mana mungkin bisa berkiprah di bidang HAM, dengan pandangan seorang Wakil Presidennya yang begitu agnostisis terhadap HAM? J. Kala seolah-olah samasekali tidak mengerti, tidak faham, bahwa pelanggaran HAM paling gawat, yaitu membunuh manusia tanpa tuduhan yang dibuktikan melalui proses pengadilan yang wajar, transparan, dan independent dari kekuasaan, seperti yang terjadi dalam tahun-tahun 1965-66 ketika Jendral Suharto sedang sibuk dengan kup merangkaknya, -- bahwa itu semua adalah 'kejahatan terhadap kemanusiaan'. Suatu pelanggaran HAM yang kapanpun harus diusut dan diurus, agar yang tidak berasalah dibersihkan namanya, direhabilitasi hak-hak kewarganegaraannya dan yang bersalah dihukum setimpal. Tidak peduli apakah pelanggaran itu sudah berlalu beberapa puluh tahun lamanya. Sedangkan David Irving seorang warganegara Inggris yang profesinya sejarawan belaka itu, ia tidak punya kekuasaan apa-apa. Namun ada perbedaan lainnya yang kiranya lebih penting, yaitu ini: David Irving bersedia untuk mengkoreksi pandangannya setelah membaca fakta-fakta baru sekitar Holocaust. Tapi Jusuf Kala, makin lama makin cadok matanya dan makin agnostisis terhadap fakta-fakta sejarah. Mungkin ini disebabkan karena beliau tidak menggunakan waktunya untuk mengikuti dengan teliti penelitian sejarah. Jusuf Kala berkeras kepala bersikap masa bodoh terhadap pelanggaran HAM terbesar di Indonesia, yang terjadi pada tahun-tahun 1965-66 dan selanjutnya pelanggaran-pelanggaran HAM lainnya semasa rezim Orba, seperti dalam kasus Malari, Lampung, Tanjung Priok, kasus 'Petrus', kasus Timor Timur, Aceh, Maluku, Papua, kasus Jakarta Mei 1998. Tidak demikian halnya sikap Irving. David Irving belakangan mengakui bahwa pendapatnya yang dinyatakannya di Austria dalam tahun 1989, bahwa holocaust itu tidak ada, bahwa kamp maut Auschwitz itu tak pernah ada, bahwa Hitler bersih dari 'tuduhan-tuduhan' tsb -- bahwa pernyataannya dulu itu adalah keliru. Ia menemukan fakta-fakta baru dari catatan pribadi Adolf Eichman, salah seorang petinggi rezim Hitler, pengelola/pelaksana holocaust yang kemudian bisa ditangkap intel Israel di Amerika Latin, lalu dihukum mati di Israel. Fakta-fakta tsb menyebabkan sejarawan Inggris itu mengubah pandangannya mengenai holocaust dan kamp maut Auschwitz. Pokoknya ia mengakui kesalahannya cadok fakta sejarah, lalu mengkoreksinya. Tidak demikian halnya Jusuf Kala. Mengenai Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), Jusuf Kala menyatakan bahwa beliau tidak tahu bagaimana perkembangannya. Tetapi beliau bukan tidak punya pendapat. Belakangan beliau masih berkeras menyatakan bahwa G30S itu sudah 40 tahun yang lalu. Apa dan siapa yang mau direkonsiliasikan, demikian Jusuf Kala. Bagi Kala, apabila kejahatan terhadap kemanusiaan yang begitu kolosal seperti yang dilakukan oleh aparat di bawah komando Jendral Suahrto terhadap warganegara yang tak bersalah dalam tahun 1965-66 dst, <bahkan sampai sekarang masih saja dilakukan beleid diskrimiantif dan stigamtisasi terhadap para korban dan keluarga mereka>, dengan dalih bahwa hal itu sudah berlalu 40 tahun lamanya, -- Maka kejahatan kemnausiaan yang dilakukan oleh aparat tsb bisa saja DILUPAKAN. Tidak perlu ada rekonsiliasi. Jelas, pandangan seperti itu, tidak pantas dinyatakan oleh seorang Wakil Presiden Republik Indonesia. Itu suatu penghinaan paling kasar terhadap nasib penderitaan para korban pelanggaran HAM di masa lalu. Yang tidak boleh dibiarkan berlangsung terus. Justru, karena Jusuf Kala adalah seorang pejabat tertinggi negara sesudah Presiden SBY. *** ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/