Malam/hari Jum'at tiba lagi. Kesempatan duduk di depan PC-nya abah.

Apanya yang aneh dengan Lembaga Sensor Film (LSF). Itu artinya LSF 
memperhatikan persamaan gender, lelaki dgn perempuan diperlakukan sama. Pusar 
merupakan aurat bagi lelaki maupun perempuan

Muammar Qaddhafi


  ----- Original Message ----- 
  From: IrwanK 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Cc: [EMAIL PROTECTED] ; ppiindia@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, February 19, 2006 04:26
  Subject: [wanita-muslimah] 9 Naga, Dunia Hiburan dan Perjudian(?) - Re: 
Hati-hati: Ada laranganbaru mempertontonkan pusar lelaki di Indonesia!


  Komentar saya ada di bagian bawah.. Sorry kalau agak panjang..

  -------- Original Message --------
  Subject:       Hati-hati: Ada larangan baru mempertontonkan pusar lelaki di 
  Indonesia!
  Date:       Wed, 14 Dec 2005 08:17:27 -0800 (PST)
  From:       radityo djadjoeri <[EMAIL PROTECTED]>


  *Hati-hati: Ada larangan baru mempertontonkan pusar lelaki di Indonesia!*

  Lembaga Sensor Film (LSF) sungguh aneh: pusar lelaki tak boleh tampil
  di poster film. Nasib buruk itu dialami oleh sutradara Rudi Soedjarwo
  yang membuat poster untuk film terbarunya berjudul "9 Naga". Pusar
  milik aktor Fauzi Baadila tersebut musti ditutup dengan lakban merah.
  Begitu juga tagline "*Manusia terbaik Indonesia adalah seorang penjahat*"
  mengalami nasib yang sama: tak boleh ditampilkan. Hal tersebut diungkapkan
  Rudi dalam konferensi pers pada Selasa (13/12) lalu.

  Walau poster-poster tersebut sudah direvisi, namun LSF belum 
  mengembalikannya
  ke pihak produser film. "Padahal kami musti pasang poster-poster itu
  untuk promosi," ujar Rudi yang pernah menggarap film "Ada Apa Dengan
  Cinta?" Menurutnya, pembuatan poster yang menelan biaya sekira Rp 1 milyar
  tersebut tak mungkin diganti karena sudah terlanjur dicetak. 

  Apa ya menariknya pusar Fauzi? Jangan-jangan anggota LSF macam Titie
  Said menderita kelainan jiwa: ngiler melihat pusar lelaki! Atau ia sekadar
  ingin terlihat berkuasa dengan menggunakan otoritas yang dia miliki untuk
  melarangnya? Atau barangkali LSF menerjemahkan kerisauan SBY secara keliru?

  Sebagaimana kita semua tahu, beberapa waktu lalu SBY sempat risih saat 
  melihat
  tayangan penuh pusar di televisi. Kerisihannya itu ia utarakan kepada
  mantan Menko Kesra Alwi Shihab. Lalu Alwi langsung membeberkannya kepada
  nyamuk pers. Pada bulan puasa lalu SBY sempat mengakui, tontonan yang
  ia sukai di layar kaca adalah tayangan "Kiamat Sudah Dekat" garapan
  Deddy Mizwar. Semoga pengelola TV tak menerjemahkan kesukaan SBY itu
  dengan membuat program sejenis. Beberapa hari lalu Nyonya Ani Yudhoyono 
  juga
  ikut-ikutan dengan meminta  pihak stasiun televisi agar menghentikan 
  tontonan
  berbau pornografi.    

  Pertanyaan yang hingga kini masih menggantung, apakah kita masih 
  membutuhkan
  keberadaan LSF yang peninggalan Orba itu?

  Ungkapkan opini Anda di:

  http://mediacare.blogspot.com

  http://indonesiana.multiply.com

  ==========

  Saya masih teringat salah satu kalimat dalam salah satu Today's Dialogue 
  di MetroTV,
  dengan narasumber JakGung Arman (Pak Abdurrahman Saleh) dan seorang 
  pengamat
  hukum Deny -dari Yogya- (sorry lupa nama lengkapnya).
  Deny bilang bahwa hukum di Indonesia (saat ini) akan 
  terhenti/mandul/apalah namanya
  apabila berhadapan dengan 4 tempat:

  1. Istana
  2. Cendana
  3. Senjata (Tentara dan Polisi?)
  4. Kelompok Naga (kelihatannya sama dengan yang di artikel di bawah).

  Sewaktu melakukan googling soal PTFI (Freeport Indonesia), secara tidak 
  sengaja saya
  menemukan satu artikel lama (dari Majalah Forum?) soal 'Sembilan Naga'.

  http://www.layarperak.com/print.php?newsid=1134398692

  Poster Sembilan Naga Dicekal, Rudi Soedjarwo Gelar Konpers
  Oleh: Ekky Imanjaya

  Quote:
  "..
  Intinya, membawa kabar buruk bagi film yang direncanakan akan dirilis 
  Januari besok.
  Poster film itu dicekal oleh Lembaga Sensor Film. Alasannya, di 
  posternya--yang filmnya
  belum jadi itu--*ada dua hal yang "terlarang".  Pertama, tagline yang 
  berbunyi
  "Manusia terbaik di Indonesia adalah seorang penjahat".
  Dan yang kedua adalah sosok Fauzi Baadila yang memperlihatkan pusarnya.
  *Yang lebih disayangkan lagi, film ini dicekal sebelum filmnya selesai 
  dibuat.

  "Baru posternya saja sudah dibanned. ada indikasi filmnya juga kena 
  masalah," ungkap Monty.
  .."

  http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2002/01/15/0016.html

  [L] NENGSHA - Belitan Naga Sampai ke Jenderal

  Quote:
  "..
  Uang yang mirip-mirip dana nonbudgeter bagi para pemimpin TNI, Polri, Pemda
  DKI, tokoh ormas dan OKP, termasuk wartawan, itu justru ada di bandar 303
  ini. Akses ke para petinggi itu tidaklah sulit. Sebab, begitu ada sinyal mau
  dipromosikan sebagai salah satu petinggi, para bandar itu langsung 
  mengirimkan
  kurir sebagai salam perkenalan. Hubungan itu terus terjalin secara 
  alamiah pula. *
  "Makanya, mustahil kalau ada jenderal yang bilang tak pernah makan
  duit judi,"* kata Anton. Upeti yang disalurkan juga tergolong tak sedikit.

  Untuk oknum perwira tinggi TNI dan Polri misalnya, perbulan Rp 15 miliar.
  Sementara setingkat di bawahnya Rp 10 miliar. Turun ke bawahnya lagi, Rp 5
  miliar. Begitulah seterusnya. "Itu belum termasuk permohonan bantuan dalam
  bentuk barang seperti mobil dan komputer," ujar sumber di Mabes Polri.
  Begitu juga dengan pejabat tinggi di Pemda DKI Jakarta. Masih menurut Anton,
  upetinya bisa Rp 10 miliar per bulan. Sementara Ketua OKP dan ormas,
  berkisar Rp 200-500 juta per bulan. "Yang berat itu kan dari kalangan 
  aparat.
  Mulai dari Polsek dan Koramil hingga jenderal. Dana operasionalnya lumayan
  besar," kata salah seorang bandar kepada FORUM.
  *Makanya, unjuk rasa masyarakat antijudi tak pernah disambut selayaknya.
  Maka jangan pernah mimpi, masalah judi tuntas.
  *.."

  Mudah"an pencekalan film 9 Naga ini bukan pemanfaatan atau pengalihan 
  kepada isu agama.
  Karena kalau benar, berarti kita berjumpa lagi dengan: "Klaim dan 
  seolah-olah". :-(
  Agama sebagai acuan moral dan konsensus/peraturan/regulasi, Yes..
  Pemanfaatan agama untuk kepentingan politik dan kekuasaan suatu 
  kelompok, No..

  Wallahu a'lam.. CMIIW..

  Wassalam,

  Irwan.K

  ====

  Belitan Naga Sampai ke Jenderal

  Jaringan Sembilan Naga menembus berbagai daerah di Indonesia. Upeti untuk
  pejabat militer, kepolisian, atau pemda, membuat bisnis ini kian kuat.
  Jarum jam sudah bergerak ke angka 01.00 WIB, Sabtu dini hari. Malam pun kian
  larut dan menebar hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang sumsum. Namun,
  beberapa sudut Kota Jakarta tetap saja "panas" dan berdenyut. Sebuah siklus
  sosial yang tetap hidup. Jakarta memang tak pernah "mati" dari kehidupan
  malam, terutama bagi mereka yang doyan dengan dunia hiburan dan perjudian.
  Datanglah ke Kabuki, Hotel Prinsen Park, Kawasan Lokasari di Jakarta Barat.
  Lalu, Pelangi dan Raja Kota di Jalan Hayam Wuruk, termasuk Raja Mas di
  Kawasan Glodok, Jakarta Barat. Siapa pun bisa gambling dan mengadu nasib di
  tempat usaha milik Rudi atau kalangan penjudi sering memanggilnya dengan
  sebutan Rudi Raja Mas. Cukup dengan menitipkan Rp 1 juta di pintu masuk
  sebagai deposit, pengunjung bisa terlibat dalam kegiatan di dalam.
  Pernah menonton film God of Gamblers? Persis begitulah suasana di dalamnya.
  Ada puluhan meja rolet, kasino, dan ratusan mesin mickey mouse. Puluhan
  pekerja, dan ada juga puluhan penjaga berbadan tegap dengan rambut potongan
  cepak. Kabarnya, dari tiga lokasi perjudian itu, Rudi bisa menyedot Rp 5
  miliar dana segar per malam. Hitung saja kalau di dikalikan 30 hari. Maka,
  tak kurang dari Rp 150 miliar per bulan.
  Hatta, berjudi bukanlah hal yang sulit di Jakarta. Riwayatnnya memang sudah
  ada sejak zaman Belanda. Setelah Gubernur Ali Sadikin mengeluarkan izin judi
  pada pertengahan tahun 1967, berlombalah orang membuka bisnis yang menurut
  ajaran agama tergolong haram jadah.
  Ketika itu para penjudi alias junket sudah menghambur-hamburkan rupiah di
  beberapa lokasi perjudian. Misalnya di Petak IX, Copacobana, Jakarta
  Theatre, dan Lofto Fair Hailal. Muncullah beberapa pengusaha Indonesia
  keturunan Cina yang jadi primadona di bisnis ini. Sebut saja Yan Darmadi.
  Semasa Gubernur Ali Sadikin, Yan berhasil meraup Rp 1,5 miliar. Selain
  memiliki saham di empat lokasi perjudian tadi, Yan juga disebut-sebut
  membuka kasino di Surabaya pada tahun 1980. Konon, seperempat penerimaan
  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Buaya itu berasal dari
  Yan Darmadi.
  Tapi, kondisi tersebut tak lama bertahan. Setahun kemudian (1981), Gubernur
  DKI Jakarta Tjokropranolo mencabut kembali izin tersebut. Toh, jaringan
  mafia judi di Jakarta bukannya terputus, melainkan malah meluas ke seluruh
  Indonesia dalam konfigurasi Sembilan Naga. Jaringan ini mirip dengan Triad
  di Hong Kong dan Makau. Merekalah yang menguasai dan mengatur lokasi
  perjudian. Mereka membentuk satuan "pengamanan" yang mengikutsertakan jasa
  centeng amatir sampai jenderal profesional.
  Kini ada sedikitnya 44 lokasi perjudian di Jakarta (lihat tabel). Mulai dari
  kelas kakap hingga kelas teri. Dari yang terbuka, seperti toto gelap
  (togel), sampai yang tertutup (kasino dan rolet). Semua itu bertebaran di
  setiap sudut Jakarta. Sementara kota-kota besar lainnya, seperti Medan,
  Riau, Palembang, Bandung, Semarang, Surabaya dan Manado, juga tak kalah 
  gesit.

  Menurut mantan raja judi Anton Medan, tempat bermain judi terbesar di
  Jakarta kini ada di Gedung ITC Mangga Dua, Jakarta Barat. Di situ, beberapa
  bandar besar seperti Tomy Winata, Engsan, Yasmin, Chandra dan David
  berkolaborasi membangun usaha dan jaringan. Baik untuk wilayah Jakarta
  maupun seluruh Indonesia. Termasuk pengaturan upeti bagi sejumlah oknum
  pejabat tinggi TNI, Polri, Pemda DKI, ormas pemuda dan kemasyarakatan, serta
  wartawan. Dari lokasi itu, para bandar bisa meraup Rp 10 miliar-Rp 15 miliar
  per malam. Setelah dipotong modal pemilik saham, sisanya di bagikan ke
  seluruh jaringan pengamanan tadi. Ada yang per sepuluh hari, per bulan, atau
  per minggu.
  Untuk Jakarta, ada sejumlah nama dan kawasan perjudian potensial yang bisa
  disebut sebagai jaringan "Sembilan Naga" tadi. Selain Tomy Winata, Engsan,
  Yasmin dan David, masih ada Apow, pemilik rumah judi mickey mouse (MM) di
  Pancoran (Glodok), Jalan Boulevard (Kelapa Gading), Kasturi di Mangga Besar,
  Ruko Blok A di Green Garden serta di Jalan Kejayaan, Jakarta Barat. Nah,
  dari tiga lokasi itu, ia minimal meraup Rp 2 miliar setiap malam.
  Di beberapa lokasi lain, Apow juga membangun jaringan usaha sejenis dengan
  Juhua dan Ali Oan di Asemka, Jakarta Barat, serta di Jalan Gajah Mada,
  Jakarta Pusat. Setingkat Apow, ada Rudi Raja Mas. Nah, taipan ini tergolong
  hoki. Lokasi kasino, rolet serta MM-nya terletak di Stadium dan Pelangi di
  Kawasan Hayam Wuruk. Kabuki Hotel Prinsen Park di Lokasari, Jakarta Barat,
  serta di Jalan Kunir, Jakarta Utara, termasuk yang di Pulau Ayer, juga mulai
  membawa keuntungan besar baginya. Kabarnya, dari semua itu, ia bisa menarik
  Rp 10 miliar per malam.
  Rudi tak sendirian. Untuk usaha di Pulau Ayer misalnya, ia menggaet Haston,
  Arief, Cocong, Edi P. dan Umar. Sementara untuk lokasi di kompleks perjudian
  kawasan Taman Sari, Jakarta Barat, Rudi bekerja sama dengan Tomy Winata,
  Arief, dan Cocong.
  Dibandingkan dengan lokasi perjudian lain di Jakarta, gedung berlantai dua
  di Jalan Kunir I ini relatif agak sulit ditembus, terutama bagi mereka yang
  belum akrab dengan "kaki tangan" pemilik lokasi itu. Selain ditutup dengan
  pagar seng, tempat usaha itu juga dikawal puluhan tukang pukul.
  Nah, dari sejumlah lokasi perjudian yang ditelusuri FORUM, permainan kasino
  memang relatif banyak diminati penjudi. Permainan ini menggunakan piringan
  berlubang-lubang kecil yang dapat diputar dan dilengkapi dengan sebuah bola
  kecil. Setiap pemain memasang koin di meja berangka 0-38, yang terbagi dalam
  tiga bagian berdasarkan kelipatan bayarannya. Bagi pemilik koin yang
  angkanya sama dengan tempat bola, ialah sang pemenang.
  Selain jaringan "Sembilan Naga" yang bermarkas di Jakarta tadi, di pentas
  judi nasional ada beberapa nama lainnya yang juga termasuk dalam jaringan
  tersebut. Misalnya Wang Ang (Bandung), Pepen (Manado), Dedi Handoko (Batam,
  Tanjung Pinang dan sekitarnya), Jhoni F. (Surabaya), Olo Panggabean (Medan
  dan Aceh), dan Firman (Semarang). "Mereka inilah yang menguasai jaringan
  mafia judi di beberapa titik di Indonesia. Bahkan, kabarnya sudah masuk
  dalam jaringan mafia judi Hong Kong dan Singapura," kata sumber FORUM di
  Markas Besar Polri.
  Pasar Atom, Andika Plaza, dan Darmo Park merupakan daerah perjudian elite di
  Kota Surabaya. Jenisnya kasino dan bola tangkas. Tapi, tak semua orang bisa
  masuk ke arena itu karena dijaga ekstra ketat. Salah satunya dengan memakai
  sistem "kartu anggota".
  Selain Jhoni F., kabarnya YE alias W, yang dulu tak aktif, kini kambuh lagi.
  Malah, ia kembali menjalin hubungan dengan Rudi Raja Mas dan Chandra di
  Jakarta. Rata-rata per bulannya, omzet yang masuk minimal mencapai Rp 5
  miliar. Sementara di beberapa kota besar di Sumatra, seperti Medan,
  Pekanbaru, Palembang dan Jambi, judi buntut sudah beroperasi selama puluhan
  tahun tanpa hambatan berarti dari aparat keamanan. Di Medan, misalnya,
  bisnis yang paling terkenal adalah kupon togel Singapura serta permainan
  judi KIM yang dikelola Olo Panggabean. Mereka mengedarkan kupon-kupon
  melalui agen setiap Senin, Kamis, Sabtu dan Minggu. Dalam sekali putaran,
  Olo kabarnya menerima bersih sekitar Rp 2 miliar.
  Operasi mereka berjalan lancar-lancar saja. Kalau pun ada gertakan dari
  pemerintah, biasanya tak lama kemudian akan "aman" lagi. Pernah sekali
  waktu, para bandar judi sempat kaget ketika pada Mei 2000, Preiden
  Abdurrahman Wahid--waktu itu masih berkuasa--menuding Tomy Winata sebagai
  dalang judi di atas kapal pesiar. Namun belakangan tudingan itu ditarik
  melalui Jaksa Agung Marzuki Darusman. Pemilik kapal itu, kata Marzuki,
  adalah Rudi Susanto. Ialah kabarnya yang menggelar perjudian di atas kapal
  pesiar di lepas pantai teluk Jakarta yang menghebohkan itu.
  Sumber FORUM menyebutkan, sekali berlabuh, usaha Rudi Susanto tadi bisa
  mencetak duit sedikitnya Rp 500 miliar bersih. Sayangnya, banjir rupiah yang
  didapat para bandar judi seperti Rudi Susanto dan kawan-kawannya, jarang
  sekali disimpan di Indonesia. "Setelah itu, mereka beli dolar dan langsung
  mentransfer ke salah satu bank asing di luar negeri," kata sumber FORUM di
  Bursa Efek Jakarta.
  Maraknya praktek perjudian di Indonesia tentu tak terlepas dari sebuah
  riwayat hitam bangsa ini. Apiang Jinggo alias Yan Darmadi adalah pemilik
  Peta Sembilan dan Kopabana, dan boleh dibilang sebagai raja judi pertama
  (era Orde Lama). Apiang memang sempat berkibar beberapa tahun, saat Ali
  Sadikin melegalkan judi di Jakarta. Namun, setelah keluar kebijakan
  pemerintah yang melarang judi, bisnisnya kabarnya sempoyongan.
  Tapi, kondisi itu tak berlangsung lama. Meski ada larangan, operasi bawah
  tanah tetap saja jalan. Nah, generasi kedua, diwarisi Robert Siantar dan
  Abah. Sedangkan Sie Hong Lie, Liem Engsan alias Hasan, Apyang alias Atang
  Latif, serta mendiang Nyo Beng Seng alias Darmansyah, termasuk Anton Medan
  sendiri, adalah generasi ketiga. "Waktu itu saya menguasai tujuh lokasi di
  Jakarta. Sisanya di Batam, Jambi dan Medan," kata Anton Medan. Sedangkan
  Tomy Winata, Rudi Raja Mas, dan sederet nama lainnya tadi adalah pewaris
  generasi keempat.
  Di luar nama-nama tadi, masih ada tokoh lain yang beroperasi sampai ke
  mancanegara.
  Sebut saja Sie Hong Lie, ia memiliki usaha judi Lotere Phom Penh di Kamboja.
  Juga peternakan, pacuan kuda, serta bukit timah di Singapura dan Penang,
  Malaysia. Selain itu, ia memiliki dua kapal pesiar, Delfin Star dan Lido
  Star, yang bermarkas di Singapura.
  Ada lagi nama Apyang, selain mengelola judi di Chrismast Island, Australia,
  bersama Robby Sumampouw, ia juga membuka bank, properti, dan hotel di
  Jakarta. Sementara mendiang Nyo Beng Seng punya jaringan judi di Genting
  Highland (Malaysia), Las Vegas (AS), Macau dan Perth, Australia. Usaha di
  Indonesia adalah perusahaan rekaman Irama Tara.
  Mengapa mereka bisa begitu aman dan kuat?

  Menurut Anton Medan, semua itu tak terlepas dari jaringan pengamanan alias
  beking yang dibangun. Biasanya, setiap pergantian pucuk pemimpin TNI, Polri
  atau Gubernur DKI, para gembong itu kerap mencari jalan masuk sebagai
  partner. Maklum sajalah, sebagai pemimpin, tentu mereka membutuhkan dana
  operasional yang tak sedikit. Nah, pundi yang paling aman dan sulit terlacak
  adalah dari sektor 303 ini.

  Uang yang mirip-mirip dana nonbudgeter bagi para pemimpin TNI, Polri, Pemda
  DKI, tokoh ormas dan OKP, termasuk wartawan, itu justru ada di bandar 303
  ini. Akses ke para petinggi itu tidaklah sulit. Sebab, begitu ada sinyal mau
  dipromosikan sebagai salah satu petinggi, para bandar itu langsung
  mengirimkan kurir sebagai salam perkenalan. Hubungan itu terus terjalin
  secara alamiah pula. "Makanya, mustahil kalau ada jenderal yang bilang tak
  pernah makan duit judi," kata Anton. Upeti yang disalurkan juga 
  tergolong tak sedikit.

  Untuk oknum perwira tinggi TNI dan Polri misalnya, perbulan Rp 15 miliar.
  Sementara setingkat di bawahnya Rp 10 miliar. Turun ke bawahnya lagi, Rp 5
  miliar. Begitulah seterusnya. "Itu belum termasuk permohonan bantuan dalam
  bentuk barang seperti mobil dan komputer," ujar sumber di Mabes Polri.
  Begitu juga dengan pejabat tinggi di Pemda DKI Jakarta. Masih menurut Anton,
  upetinya bisa Rp 10 miliar per bulan. Sementara Ketua OKP dan ormas,
  berkisar Rp 200-500 juta per bulan. "Yang berat itu kan dari kalangan
  aparat. Mulai dari Polsek dan Koramil hingga jenderal. Dana operasionalnya
  lumayan besar," *kata salah seorang bandar kepada FORUM.*
  Makanya, unjuk rasa masyarakat antijudi tak pernah disambut selayaknya.
  Maka jangan pernah mimpi, masalah judi tuntas.
  Yang perlu dicermati Pemerintahan Megawati sebenarnya ialah, menegosiasikan
  Judi dengan tokoh agama. Daripada hasil judi masuk mulut setan-setan backing
  judi tadi (cukong, preman dan jenderal korup sebaiknya JUDI dilegalkan saja
  di Indonesia) Agar pemerintah mendapat tambahan income tak kunjung kering
  yg dapat membangun fasilitas sosial yang digunakan bagi kepentingan rakyat
  banyak khususnya yg miskin.

  Kita tahu, semua orang ingin matinya masuk sorga.
  Nah yang tidak ingin masuk sorga silahkan main judi. Gampang kan?????

  ----- End of forwarded message from O'sama bin Titan -----


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke